INTRO

1.9K 17 7
                                    

"Hoaaaahheeemmmm"

Rasanya kantuk ini masih juga tak mau pergi padahal baru saja kuhabiskan secangkir kopi yang tadi ku buat di pantry setibaku dari kantor tadi. Kondisi kantor agak sepi karena beberapa karyawan pergi dengan tugasnya masing-masing. Ada yang mengurus tour ke Raja Ampat, dan juga ada yang ke Karimunjawa.

"Proposalmu ditunggu sama bu Lisa lho Gus," suara Maya mengagetkanku yang masih berusaha mengumpulkan semangat untuk bekerja pagi ini.

"Kan kemaren udah takirimin filenya, baru juga dateng. Ganggu acara ngantuk aja lu May," jawabku yang masih cukup malas untuk bekerja. Aku baru saja sampai ke Jakarta tadi pagi. Belum sempat mengistirahatkan tubuh dan langsung mendamparkan diri ke kantor.

"Mintanya yang fisik biar bisa dicorat-coret dan direvisi. Tar ujung-ujungnya gue juga yang bakal ngerevisi... tinggal ngeprint doank terus ngadep Bu Lisa kan gampang... sono gih dah ditungguin dari tadi pagi... pake baju baru lho beliau," ujar Maya sambil menutupi senyum di mulutnya dengan tangan kanan.

"Iye-iye," jawabku malas. Aku benar-benar ogah-ogahan kali ini. Rasa kantuk masih sangat menderaku tapi tetap saja aku melakukan apa yang diminta Maya. Begitu selesai mencetak proposal aku melangkah dengan malas menuju ruangan bu bos dan mengetuk pintunya.

"Masuk," suara kalem bu Lisa terdengar dari dalam mempersilahkan aku masuk. Dengan santai aku masuk ke ruangan beliau.

"Pagi bu, ini proposal fisiknya," sapaku santai.

"Ini jam berapa kok masih bilang pagi? Udah hampir jam 11 ini," jawab Bu Lisa sambil tersenyum mengulurkan tangannya menerima proposal dariku. Hari ini beliau tampak segar dan cantik dengan setelan bajunya kali ini. Blazer long coat warna coklat dengan baju dalam terusan berwarna hitam. Di lehernya juga ada neckscarf berwarna senada dengan blazernya. Dia memang selalu Nampak trendi walaupun umurnya sudah hampir 40 tahun. Dia memang tipe wanita yang selalu memperhatikan penampilan dan juga tubuhnya. Bahkan kalau tak mengenalnya, bisa jadi orang mengira umurnya masih di kisaran 20an atau awal kepala tiga.

"Gimana Jogja? Bawain pesenan kami nggak Ndom?" tanya bu Lisa sambil membaca proposal yang kuberikan. Oh iya bu Lisa dan juga Maya sering memanggilku dengan nama 'Ndom'. Bisa dibilang panggilan kesayangan hahahaha. Nanti akan kujelaskan apa maksud nama panggilan itu.

"Jogja sekarang lumayan panas. Tapi suasananya masih tetep sama.. masih enak buat piknik," jawabku santai.

"Oleh-olehnya? Lupa?" kini giliran Maya menagih pesanannya.

"Kagak, besok gue bawain... males bawanya tadi pagi," jawabku sambil memandangi Maya yang sedang duduk di mejanya. Ruang kerjanya memang jadi satu dengan bu bos. Bukan cuma ruang kerja sih, bahkan mereka juga tinggal serumah. Dulu alasannya sih karena bu Lisa memang tinggal sendiri dan melajang, makanya Maya diminta untuk ikut sekalian tinggal di rumahnya... Katanya...

"Nanti sore aja kita mampir ke apartemen sekalian, nanti setelah makan siang kamu ikut meeting sama klien ya Ndom buat nawarin proposal ini," kata bu Lisa sambil berdiri dan memberikan proposal yang sudah dicoret-coret kepada Maya. Ternyata baju terusan yang dia pakai hanya setinggi diatas lutut plus belahan di sisi kirinya. Kaki putih mulusnya jadi sangat menggoda dengan higheels hitam favoritnya.

"Ini mau ada acara apa ni kok tumben dandan cakep pake baju seksi banget hari ini," tanyaku sedikit menggoda.

"Lho kan mami menyambut kedatangan mas Ndom yang udah berhari-hari nggak berangkat ngantor," tiba-tiba Maya nyeletuk sambil menutup mulutnya.

"Eeh nakal ya kamu May," tiba-tiba bu Lisa mukanya memerah malu.

"Kangen mi?" tanyaku sambil tersenyum. Bu Lisa menjawab dengan anggukan lalu tiba-tiba duduk dipangkuanku.

"Sibuk banget ya kayanya di Jogja sampe gamau ngegubris pesan sama telpon. Padahal mami dah mau nyusulin," jawabnya lirih sambil memeluk leherku. Maya yang paham dengan situasi langsung mengunci ruang direktur dan memasang tanda meeting supaya tak ada yang mengganggu.

Keliatan aneh ya... Saat ini aku memang sedang berada dalam sebuah konstruksi kehidupan yang cukup rumit. Terutama di kantor ini. Di real life Gusti adalah seorang karyawan yang biasa-biasa saja. Disini aku menjadi seorang supervisi yang mengatur tour project yang didapat oleh perusahaan. Seorang bawahan dari bu Lisa. Bahkan posisiku ada di bawah Maya. Tapi semua berbeda dengan posisiku yang sebagai BiDe.

Adalah sebuah kebetulan yang mempertemukan BiDe dengan bu Lisa atau DarkMommy(panggil saja mami). Dia sekarang adalah partnerku di BDSM. Mami Lisa adalah bos sekaligus sub ku. Rumit kan? Itu masih belum ditambah dengan posisi Maya. Mami Lisa bukan 100% sub dan bisa dibilang dia lebih cenderung ke switch, dan si Maya adalah 24/7 slave dari mami. Itu sebenernya alasan kenapa Maya tinggal bareng sama mami. Lalu kenapa aku nggak sekalian tinggal serumah? Aku masih pengen tetep waras untuk menghadapi dunia. Buat mikirin hubungan dan bagaimana cara memposisikan diri aja dah ruwet, tambah lagi kalo masih harus serumah dengan mereka.

Oh iya, panggilan Ndom... panggilan kesayangan mereka buatku...

Pasti banyak dari kalian yang punya pikiran kata Ndom itu diambil dari kondom... iya kan? Ngaku aja...

Ndom itu singkatan dari Ndoro Dom atau bias dibilang Tuan Dom. Nama itu sudah tersemat sejak awal aku dan mami partneran.

Enak ya bisa partneran sama bos?

ENGGAKKK!!!

Karena diluar hubungan itu kita harus tetap professional menjalankan pekerjaan kita di real life dan yang kadang menyebalkan adalah sering tercampur aduknya hal-hal yang ada di real life dan juga alter yang malah jadi sangat menyebalkan.

"Kok diem aja," suara lembut mami membuyarkan lamunanku. Bibir basahnya mengecupku hangat.

"Sebenernya sih ga sibuk-sibuk amat cuma kemaren sekalian bebersih rumah kakek, mumpung di Jogja juga kan. Oh iya aku sempet ketemu bang Raja... dapet salam tuh dari beliau."

"Lah kan kalo tau gitu kemaren beneran nyusul sekalian ya May ya... malah bisa nongkrong sama bang raja segala," kata Mami dengan nada yang sedikit manja.

"Iya tuh, Ndom ga mau ngajak-ngajak kalo mau ketemuan," Maya ikut-ikutan menimpali.

"Halahhhh... besok kalo ke Jogja lagi kan bisa ikut biar bisa ketemuan, Cuma gitu doank lho kok segitunya... Eh iya, meeting sama klien ga bisa dimajuin aja? Sekalian pas makan siang gitu biar bisa cepetan baliknya. Ngantuk banget ini mata," aku mencoba mengelak.

"Ya udah May, coba di reschedule aja meetingnya siapa tau bisa lebih enak ngelobbynya kalo sambil makan siang," perintah Mami ke Maya.

"Siap laksanakan," jawab Maya yang langsung sigap dengan tugasnya.

"Yaudah aku nunggu di meja kerjaku aja ya, mau sekalian ngecek progress kerjaan bocah-bocah yang ke Raja Ampat. Mau minta tolong OB juga buat bikinin kopi lagi biar bisa melek." Aku mencoba mencari alasan untuk keluar dari ruangan.

"Mau di BJ aja biar melek?" Mami mencoba menawariku dengan senyum nakalnya.

"Iya abis itu sekalian dikasih susu biar merem melek ya Ndom," lagi-lagi Maya mencoba ikut menimpali.

"Yang ada malah gue ngorok ntar waktu meeting sama klien, dah ah gue balik dulu ke meja kerja," jawabku yang langsung nyelonong membuka pintu lalu keluar dan kembali ke meja kerjaku.


He(ll)avenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang