"Sendirian aja?"
Aku terkaget mendengar suara dari belakang yang menyapaku.
"Lah elu malah ngapain kesini? Bukannya maen ama si Maya," jawabku ke Anggun yang langsung duduk di sebelahku. Tangannya meraih cangkir kopiku dan menyeruputnya pelan.
"Ada rokok ngga? Gue gabut dari tadi diem doank di kamar, abis mandi tadi gatau si Maya disuruh apa sama Mami."
"Coba cari di ruang tamu sana, biasanya Maya ninggalin rokoknya di sofa," jawabku.
Anggun lalu bergegas menuju ruang tamu untuk mencoba mencari rokok sedangkan aku masih menikmati malam ini sambil duduk santai di kursi teras belakang. Tak biasanya aku bisa mempunyai waktu luang senyaman ini ketika harus pergi bersama dengan Maya dan Mami apalagi bila ada Anggun. Entah aku harus menganggap ini beruntung atau tidak, munculnya bang Raja kali ini malah membuat mami sedikit lebih sibuk dan membuatku lebih 'bebas' saat ini.
Tak seberapa lama Anggun kembali datang sambil menyalakan rokok lalu menghisapnya. Aku tersenyum melihatnya duduk dengan pose 'laki' sambil memainkan asap rokok.
"Kalo kek gini keliatan lakinya ya lu," ujarku mengejek.
"Cantik kek gini kok dibilang lakik sih," Anggun mencentil sambil merubah pose duduknya. Baju maid hitam yang dia gunakan saat ini memang terlihat sangat seksi karena mengekspos dadanya yang menyembul sempurna. Rok mininya menyembunyikan chastity merah jambu yang ada di dalamnya. Collar besi bergembok terkunci menggantung di lehernya. Kakinya terbalut stocking warna gelap yang senada dengan baju maidnya. Seharusnya dia sudah siap untuk 'melayani' tapi malah terdampar disini bersamaku.
Tak lama kudengar suara motor yang berhenti di depan gerbang, tak lama setelahnya suara motor itu pergi menjauh dan terdengar suara pintu gerbang yang dibuka. Sepertinya itu Maya yang mungkin disuruh untuk membeli sesuatu karena tidak mungkin ada orang lain yang bisa membuka pintu gerbang yang terkunci tanpa membawa kunci yang hanya dimiliki oleh Mami. Dan benar saja tak lama setelahnya Maya muncul sambil membawa beberapa plastik kresek di tangannya.
"Darimana lu? Kasian ni babu di anggurin" tanyaku sambil menoyor Anggun.
"Tadi disuruh mami cari martabak buat bang Raja, sekalian aja gue belanja cemilan di minimarket."
"Kenapa ga bawa mobil aja tadi? kok malah ngojek."
"Dari tadi aja gue bingung nyariin elu ndom, maksudnya biar sekalian minta anter. Daripada ribet mending ngojek aja sekalian."
"Yaudah sono buruan dianter martabaknya keburu dingin itu," ujarku lagi.
Maya mengangguk lalu bergegas pergi mengantarkan martabak ke kamar bang Raja dan meninggalkan satu kresek cemilan di lantai begitu saja. Terlihat ada sebungkus keripik kentang kesukaanku terselip disitu. Aku beranjak dari kursiku lalu meraih keripik kentang itu dan menikmatinya.
"Eh Nggun, gue boleh nanya ga?" tanyaku kembali memulai obrolan.
"Nanya aja sih, tumben bener lu pake ijin segala."
"Ya gue takut lu tersinggung aja sih ama pertanyaan-pertanyaan gue."
"Kan slave ga boleh tersinggung... dijual aja ga boleh protes... " jawab Anggun sambil ikut meraih keripik kentang dari bungkusan yang kupegang lalu mengunyahnya. Aku cuma terdiam sambil masih menimbang-nimbang untuk bertanya.
"Mau nanya apaan? Ditungguin malah diem," Anggun memandangiku sambil membuang puntung rokok setelah hisapan terakhirnya.
"Lu ga bosen hidup kaya gini terus? Tiap kali pulang ke Indo cuma buat disiksa gini," tanyaku.
"Ya mau gimana lagi kan, udah jadi rutinitas gini... ya dinikmatin aja kan... toh gue pulang kesini ga cuma disiksa doank... ya jalan-jalan juga, ketemu kalian juga, nyempetin ketemu keluarga juga bentar. Anggep aja ini hiburan gue selama liburan," jawab Anggun dengan santai.
"Hebat ya keluarga lu bisa nerima elu apa adanya gini,"
"Nerima duitnya iya... tapi keadaan gue yang begini ya tetep aja jadi masalah buat mereka. Makanya gue ga pernah lama kalo ketemu keluarga. Secukupnya doank yang penting tau kalo mereka sehat udah seneng banget gue," jawab anggun sambil sedikit berkaca-kaca.
"Oooh... kirain diterima dengan baik," ujarku lagi.
"Gue sendiri aja dulu ga nerima keadaan gue sendiri, terlebih lagi ketika masih bentuk laki... berapa kali nyoba mati tapi ga lewat-lewat sih... sampe akhirnya ketemu mami, dipelihara, dikasih jalan dan jadi begini-ini akhirnya."
"Trus kenapa ga sekalian ganti casingnya total sih? Itu biji masih lu piara."
"Kalo boleh sih pengen gue potong sekalian dijadiin lobang, tapi emang ga boleh sama mami. Buat mainannya mami katanya tapi udah di 'steril' sih," jawab Anggun sambil menyibak roknya dan mempertontonkan chastity yang dipakainya.
"Lu ketemu mami juga karena bdsm?"
"Iyalah... tapi ya belum terlalu paham tentang bdsm waktu itu... Cuma dari awal emang suka menyiksa diri dari kecil... ya karena ga menerima diri dan dulu kan selalu aja dimarahin kalo pake barang-barang cewe.
Awalnya masuk komunitas orang-orang kek gue gini... cari temen yang senasib, terus lama-lama kok ngerasa nyaman lalu mulai kabur lah dari rumah biar menikmati jadi "diri sendiri"... kerja apa aja halal ga halal biar bisa beli ini itu trus sampe akhirnya ada yang ngenalin gue ama mami gitu."
"Siapa yang ngenalin ke mami? Kan bisa dibilang mami itu nyaris tak terjamah... susah bisa masuk ke circle mami," tanyaku lagi.
"Pelanggan gue dulu sih... dia emang suka ngiket sama nyiksa gitu dan gue juga suka banget kalo main ama dia. Sampe suatu kali dia datengnya sama mami gitu dan abis gue disiksa, dia yang disiksa ama mami.
Dari situ lalu gue kenal ama mami dan dipiara deh ama mami. Dikasih kerjaan juga tapi malemnya dikerjain. Kadang dijual juga ama mami tapi duitnya full dikasih ke gue. Dibiayain semua kebutuhan hidup."
"Trus lu ngerubah semuanya gitu juga mami yang biayain?" aku kembali memotong dengan pertanyaan lain.
"Awalnya iya, dulu sempet bercanda sambil ngobrol pengen operasi sama nggedein susu nih, eh ternyata dikabulin sama mami," jawabnya sambil tersenyum. "Tapi abis itu buat yang ini itu gue lanjutin dari tabungan yang udah kekumpul lama. Bolak-balik ke luar buat modifikasi ini itu, beli obat hormon dan banyak banget yang laennya sebagian disupport sama Mami. Karena harus bolak balik mulu ke Luar negeri malah akhirnya dikenalin lah sama mami ke temennya yang ada di sana dan dikasih kerjaan deh," lanjutnya lagi.
"Lu udah enak dapet kerjaan disana kok bolak-balik lagi kesini? Kan lu bisa fokus di kehidupan baru disana yang mau nerima lu apa adanya," tanyaku lagi.
"Salah satu cara gue untuk berterimakasih ke mami adalah 'pulang' dan kembali bertemu dengan orang yang sudah menyayangiku dengan luar biasa. Orang yang menerimaku, mensupport, dan memberi jalan sampai aku bisa hidup dan sehebat ini."
"Dan merelakan diri untuk diperlakukan seperti ini setiap pulang?" tanyaku sekali lagi sambil memandanginya.
"Kalo gue menikmati semua ini, harusnya gue jawab rela atau apa?" senyum Anggun menutup obrolan kami. Aku tak lagi mempertanyakan apapun dan memilih untuk menghabiskan kopi yang sudah dingin karena semilir angin malam. Sebuah jalinan yang rumit membuatnya tetap kembali ke sini walaupun dia disana seharusnya bisa terbang jauh lebih tinggi. Dia tetap menghormati orang yang membuatnya melakukah langkah awal untuk menjadi seperti ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/320695384-288-k805990.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
He(ll)aven
Non-Fictionini yang namanya surga dunia? atau malah neraka? harus berusaha bertahan atau malah harus segera pergi?