Melepas Rindu (2)

917 13 1
                                        

Dengan kasar kujambak Maya untuk memaksanya turun dari atas tubuh Mami ke lantai ketika lagi-lagi mami tak bisa menahan squirtnya dan dengan deras sukses membuat muka Maya basah kuyup. Dengan duduk bersimpuh dan tangan yang disilangkan ke belakang Maya menghadapkan wajahnya yang basah padaku. Kulempar dua buah saputangan ke wajahnya sembari berkata

"Di lap dulu muka sama rambutmu sampe bersih!" dengan sigap Maya berusaha mengeringkan muka dan rambutnya dengan saputangan yang kulempar padanya.

"Kamu turun sini!! Nggak tanggung jawab!!" kataku agak keras pada Mami yang cuma terduduk melihat kami. Langsung saja mami turun sambil mengambil satu saputangan yang ada di tempat tidur dan ikut membantu Maya. Sengaja kutunggu mereka selesai sebelum mulai menekan mereka lagi.

"Siapa yang suruh ambil saputangan lagi?!" suaraku agak keras menghardik Mami yang membuat mereka berdua terkejut. Mami langsung menggenggam erat saputangan yang dipegangnya lalu menyembunyikannya dengan menyilangkan tangan ke belakang. Kupegang dagunya agar mengarahkan wajahnya padaku. Sambil menggelengkan kepalanya dia berusaha untuk menghindar beradu pandang denganku. Kubuka tanganku kananku memintanya untuk memberikan saputangan yang digenggamnya padaku. Begitu saputangan yang basah itu diberikan padaku, tangan kiriku langsung menekan kedua pipinya dan memaksa mami membuka mulutnya dan dengan kasar kujejalkan saputangan basah itu ke dalam mulutnya.

"Mana punyamu?" aku berbalik ke arah Maya. Maya yang kaget langsung berusaha memasukkan dua saputangan yang tadi kulempar ke dalam mulutnya.

"Siapa yang suruh?!!" Lanjutku. Maya langsung gelagapan mengeluarkan lagi saputangan yang sudah masuk ke mulutnya. "Jejelin ke mami," imbuhku lagi.

Kupasang collar ke leher mami lalu melakukan hal yang sama ke Maya dan menariknya untuk bergeser mundur memberi jarak ke mereka berdua. Kutempelkan dildo tepat ditengah-tengah jarak antara mereka berdua lalu berjalan ke belakang mami. Kupasang cleavegag dengan satu saputangan lagi untuk mengunci tiga buah saputangan lain yang sudah bersarang memenuhi mulut mami. Dengan dua buah borgol kukunci pergelangan dan siku mami ke belakang. Setelah selesai dengan mami kini giliran Maya yang kudekati.

"Inget ini?" tanyaku sambil menyodorkan sebuah saputangan yang terlipat rapi ke Maya. Begitu melihatnya Maya langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Saputangan berwarna soft cream bermotif bunga dengan strip besar orange polkadot di setiap sisinya. Saputangan pertama yang dihadiahkan Maya padaku dulu.

"Ayo buat mamimu cemburu," ujarku sambil melipat saputangan dan memakainya untuk memblindfold Maya. Kupeluk Maya dari belakang sambil mempermainkan payudara besarnya dihadapan mami. Kulihat Mami yang mulai salah tingkah melihat kami yang asyik saling menikmati. Setelah puas mencumbu bibir Maya kuarahkan kepalanya untuk mengulum dildo yang tadi kutempelkan di lantai.

Karena dildo yang tertempel dilantai, posisi Maya menungging dan memperlihatkan belahannya yang basah ke arahku. Sambil tersenyum ke arah Mami, kulesakkan batangku masuk ke dalam liang senggama Maya. Maya yang kaget langsung berusaha menahan desahnya dan yang kutunggu-tunggu akhirnya kudengar suara manja mami yang entah berucap apa karena mulutnya tersumpal penuh tapi yang kutahu itu pasti sebuah protes darinya. Suara manjanya menggugah hasratku yang malah semakin menjadi-jadi menggodanya. Kutarik turun blindfold Maya sampai ke mulutnya menjadi cleave gag lalu kutarik dia agar menegakkan badannya. Pertahanannya akhirnya runtuh dan tak mampu menahan desahnya setelah berulang-ulang kulesak dalam batangku sambil sedikit kucekik Maya agar dia bisa mempertahankan tubuhnya tetap berdiri. Kedua tangannya berusaha mencari apapun yang bisa dia pegang dari tubuhku agar bisa mempertahankan tubuhnya. Melihat itu Mami semakin meracau manja karena cemburu.

"Sini!!! Tunjukin kalau kamu lebih nikmat dari dia!!" kataku ke Mami sambil kembali membombardir Maya yang membuatnya semakin meracau. Mami yang semakin naik egonya langsung mendekat.

"Show me!!" kataku sambil menunjuk ke arah dildo yang tertempel di lantai. Tanpa pikir panjang Mami langsung berusaha memasukkan dildo itu ke dalam vaginanya lalu bersimpuh diatasnya.

"Gimana mau liatnya kalo kaya gitu? Jongkok!! Buka kakinya!!!" Mami langsung merubah posisinya sambil bergerak naik turun mencoba memperlihatkan servis terbaiknya. Sambil melepas cleavegag dari Maya, aku masih terus berusaha menggoda Mami. Aku beranjak dari mereka berdua lalu mengambil sisa peralatan yang tadi kutata di tempat tidur. Kupakaikan dildo gag ke Maya lalu melepas sumpalan mulut Mami yang sudah jadi sangat basah bercampur dengan salivanya.

"Suck it!!" perintahku ke mami sambil mendorong kepalanya menuju dildo gag yang dipakai Maya. Kubuka borgol yang menahan siku Mami lalu kupakaikan ke siku Maya. Kunikmati Mami yang berusaha mempertahankan ritme pergerakan naik turun tubuh dan maju mundur kepalanya sembari mengganggunya dengan magicwand vibrator yang sesekali kutempelkan ke clitnya. Sesekali semburan mengalir kencang mengiringi tubuhnya yang menggelinjang karena tak mampu menahan orgasmenya. Kupasang clover clamp ke puting Maya yang membusung karena siku yang tertahan borgol di belakang. Setelah kurasa Mami sudah sangat kepayahan, kuhentikan upayanya lalu menariknya ke sudut disamping lemari lalu mendudukkannya di kursi. Sambil menata nafasnya yang sudah tak karu-karuan masih saja dia dengan manja berkata lirih

"Fuck me please..."

Aku yang terkaget langsung tersenyum lalu menjejalkan penisku ke mulutnya sambil berujar "Kalian bikin kamar ini makin berantakan, biar maya bersihin semua dulu baru mami yang tak habisin."

Mendengar itu Mami malah semakin bersemangat melakukan felatio yang membuatku tak bisa bertahan. Dengan deras spermaku meluncur ke tenggorokannya.

"Nakal ya," ujarku sambil menahan kepala Mami yang asyik menyedot semua sariku sambil tersenyum. Kubuka lemari mencari-cari beberapa dasiku yang seharusnya ada di dalam situ. Begitu kutemukan dasi yang kucari, langsung kuikat paha mami dengan dasi masing-masing ke punggung kursi yang membuatnya jadi duduk mengangkang. Dengan sisa dasi yang ada kuikat dada dan pundaknya dan menahannya ke punggung kursi untuk semakin menghambatnya bergerak. Diposisinya yang sekarang, dengan mudah aku memasang speculum dan membuka liangnya menjadi sangat lebar sampai kepala magicwand vibrator bisa mulus masuk kedalamnya. Kujejalkan dildo yang tadi ada di lantai ke dalam analnya dan membuat dua lubang bertetangga itu penuh sesak dengan dildo dan juga magicwand. Sekali lagi kusumpalkan saputangan-saputangan basah yang tadi bersarang di mulut mami untuk menahan berisiknya.

"Mami anteng dulu disini ya," kataku sambil mengelus-elus rambutnya lalu mulai menyalakan magicwand. Tubuhnya langsung meronta begitu magicwand yang masuk dalam speculum bergetar. Sebelum benar-benar meninggalkannya, kuhadiahi kedua putingnya dengan cloverclamp yang tadi dipakai Maya.

Kuhampiri Maya yang masih duduk bersimpuh lalu kulepas dildo gag dan borgol yang terpasang ditubuhnya. Kukembalikan cleavegag yang tadi menggantung di lehernya.

"Beresin semuanya ya, semua yang basah masukin ke mesin cuci aja, abis itu nyusul ke kamarmandi, gue mau guyuran lagi," kataku sambil memberi pat-pat ke kepala Maya yang disambut dengan anggukan. Tanpa menunggu lama Maya langsung bergerak membereskan semua kekacauan yang dihasilkan dari 'perang rindu' barusan. Bahkan aku masih melihat Maya masih saja sempat menggoda mami ketika aku melangkah masuk ke kamarmandi.

Tak lama setelah air hangat mulai menyamankan tubuhku, kudengar ketukan di pintu kamar mandi. Sama saja Seperti Mami Lisa, Maya tanpa ijin langsung merangsek masuk dan ikut membersihkan diri dibawah guyuran shower.

"Ga dilepas cleavegagnya?" tanyaku sambil melumat bibirnya.


He(ll)avenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang