Pagi yang cukup melelahkan ini diawali dengan penantianku di tempat parkir bandara Soetta. Duduk di belakang kemudi sambil menanti Mami yang sedang menjemput Anggun yang jadwalnya landing pagi ini. Lebih dari 25 menit aku menunggu dan masih belum nampak tanda-tanda mereka menunjukkan batang hidungnya. Hal ini sudah jadi rutinitas tahunan karena memang Anggun bisa dibilang sebagai 'pelanggan tetap' mami yang pasti akan datang setahun setidaknya dua kali.
Sebetulnya aku ingin bangun siang di hari libur ini tapi sedari pagi sudah harus direpotkan dengan ini dan itu termasuk jadi driver untuk menjemput Anggun hari ini.
"Kenapa nggak Maya aja sih yang nyupir?" tanyaku tadi ke mami sebelum kami berangkat.
"Maya udah di Bogor buat bebersih," jawabnya singkat dan kami langsung melaju karena sudah diburu waktu.
Sesampainya ke bandara, mami langsung bergegas masuk dan hanya berpesan sebelum beranjak
"Nanti bakal ada yang ikutan gabung, bukain pintunya biar dia duduk di belakang."
Aku hanya menjawab dengan gumaman karena aku sedang sangat bosan dan sedikit kehilangan mood karena bangun pagiku kali ini. Aku mencoba menghibur diri dengan menyetel musik yang sedikit bisa menenangkanku.
Aku terkaget ketika ada seseorang yang mengetuk kaca pintu mobil. SeSeorang yang posturnya tampak tak asing buatku tapi mukanya tertutup masker dan kacamata hitam berdiri di sebelah mobil.
"Bang Raja?!"
"Udah buruan bukain pintu belakang, mereka dah mau sampe tuh,"
"Oke siap bang siap, ternyata elu ya yang dibilang ikutan sama mami... mami ga bilang apa-apa lho tentang bang Raja," jawabku sambil membukakan pintu supaya bang Raja masuk. Tanpa banyak kata bang Raja langsung masuk dan mengambil posisi di kursi belakang.
Tak lama setelahnya Mami nampak berjalan menuju mobil dan tentu saja ada Anggun yang mengekor di belakang. Aku hanya terdiam ketika mereka berdua dengan hebohnya masuk ke mobil dengan obrolan yang aku sendiri tak terlalu menyimak. Yang aku kaget adalah aku tak melihat bang Raja ketika memperhatikan spion tengah. Aku sempat menengok ke belakang untuk memastikan tapi langsung diminta Mami untuk melanjutkan perjalanan. Aku mulai paham ketika kulihat Mami meletakkan jaketnya di belakang yang sepertinya untuk menutupi sesuatu.
"Apa kabar bro?" Anggun mulai basa-basi denganku. "Tambah cakep aja lu sekarang ya," imbuhnya lagi.
"Ya gini-gini aja kabar gue, lu napa sih datengnya pagi banget? Masih pengen meluk guling gue sekarang." Jawabku sambil mulai menyalakan mesin mobil.
"Ini mami yang bikin schedule dan pesenin tiket," jawab Anggun sambil tersenyum memandang Mami.
"Ini kemana mi?" tanyaku ke mami.
"Ya biasalah kita ke villa Bogor, entaran kita cari sarapan sekalian di jalan," jawab mami sambil mengambil beberapa 'peralatan' yang diletakkannya di tas. Sedangkan Anggun sudah sibuk dengan handphonenya mungkin mengabari kerabatnya yang di Singapura kalau dia sudah landing di Jakarta.
Ini adalah pertemuanku yang ke sekian kalinya dengan Anggun. Entah empat atau yang kelima kalinya. Entah kenapa dia bisa jadi salah satu 'slave' yang paling setia dari Mami. Padahal jarak Jakarta – Singapura tidak bisa dibilang dekat. Itu baru jaraknya... Belum biaya yang harus dia keluarkan dan juga 'lain-lain' yang juga harus disiapkan setiap menghadap mami.
Aku jadi ingat pertama kali aku bertemu dengan Anggun. Setelah belum lama aku mengiyakan proposal dari Mami untuk menjadi 'dom' setelah sebelumnya Mami mencuri Maya menjadi 'sub'-nya. Sama seperti sekarang, aku yang jadi driver tapi waktu itu Maya yang masuk untuk menjemput Anggun sedangkan Mami duduk di sebelah kemudi menanti mereka datang.

KAMU SEDANG MEMBACA
He(ll)aven
Kurgu Olmayanini yang namanya surga dunia? atau malah neraka? harus berusaha bertahan atau malah harus segera pergi?