Gua enggak tahu semalam gua benar-benar tidur atau enggak. Pokoknya tahu-tahu di luar udah terang aja. Hari ini gua sengaja menghindari Juan dengan memilih berangkat bareng Kevin. Mobil Kevin jemput gua di depan komplek. Gua berangkat jam setengah 6 pagi, sebelum Juan keluar dari kamar dan Bu Asih sampai ke rumah. Semuanya gua lakukan dengan sengaja.
Gua bisa melihat mobil Kevin sudah menunggu di depan komplek. Gua membuka pintu penumpang lalu menyapa supir Kevin sebentar.
"Lu tumben minta gua jemput, kenapa?" tanya Kevin saat gua sudah duduk nyaman di sampingnya.
"Lu enggak tidur semalem?" Kevin menelisik penampilan gua dengan seksama.
"Ada masalah di rumah," jawab gua lesu.
"Adek lu?"
"Ya dan juga tidak."
"Bokap lu?" Kevin bertanya sambil memiringkan duduknya ke arah gua.
Gua mengangguk. "Semalem gua sempet kena serangan panik, sedikit," jelas gua.
Kevin menghela napas berat. Kevin tahu semua tentang hidup gua. Gua sudah berteman dengannya bertahun-tahun.
"Lu dipukul lagi? Bukannya bokap lu udah tobat waktu itu?" Kevin bertanya sambil memeriksa badan gua.
Gua menyingkirkan tangannya. "Enggak. Bukan. Bukan gua yang dipukul. Tapi Juan." Gua memejamkan mata. Gua menyesal kenapa semalam gua tidak menemui Juan. Tapi gua bener-bener enggak bisa berbuat apapun kalau berhubungan dengan hal ini.
"Kok, bisa? Trus gimana? Enggak sampe parah, kan?" tanya Kevin berturut-turut.
"Gua enggak tahu, Vin. Gua enggak berani buat nyamperin," suara gua agak bergetar.
"Dude, dia adek lu. Satu-satunya adek lu. Lu bilang mau membangun hubungan sama dia, kan? Apalagi adek lu abis sakit," Kevin memarahi gua.
"I know. Tapi lu tahu sendiri gua belum sepenuhnya bisa sembuh dari masalah kemarin." Gua merasakan Kevin menepuk bahu gua.
"Oke, Je. Gua paham. Tapi lu enggak seharusnya ninggalin adek lu begitu aja. Nanti istirahat kita ketemu Juan."
---
Selama jam pelajaran pagi gua bener-bener enggak bisa fokus. Pikiran gua terus-terusan mengarah ke Juan. Apa Juan baik-baik aja? F*ck you, Je. Nyesel kan lu sekarang. Maka dari itu saat jam istirahat pertama berdering tanpa lama-lama gua langsung menuju ke gedung SMP NUSA. Tepatnya kelas Juan.
Sampai di kelas Juan gua langsung masuk dan menghampiri Juan yang terlihat sedang membereskan buku. Dia terkejut ngeliat gua dateng ke kelasnya.
"Ngapain?" tanyanya.
Gua mengabaikan pertanyaan Juan dan memilih meneliti setiap inci anggota tubuhnya. Gua melihat pipi kanan dan kirinya yang memerah. Gua menyentuhnya dan langsung dihempas begitu saja oleh Juan.
"Ngapain, sih?" alisnya mengerut tajam tanda dia tidak suka dengan apa yang gua lakuin.
"Lu enggak apa-apa, kan?" tanya gua pelan, masih sambil memerhatikan Juan lamat-lamat.
Juan memutar bola matanya malas. "Basi tau enggak. Lu kemarin kenapa pergi gitu aja?" Mata Juan memancarkan sirat kekecewaan. Je bodoh. Apa yang udah lakuin, sih?
"Maaf." Akhirnya hanya kata itu saja yang bisa keluar.
"Enggak butuh. Udah sana balik. Lu jadi pusat perhatian di sini tahu enggak?" Betul, sejak gua masuk ke kelas Juan, semua mata memang menuju ke kami berdua.
"Nanti di rumah kita ngomong lagi." Tanpa menunggu jawaban dari Juan, gua melenggang keluar. Sampai luar kelas Juan gua terkejut saat melihat Azka dan Kevin yang sudah menunggu di luar.
"Udah, yuk ke markas kita," ajak Kevin.
---
Sampai markas gua masih kepikiran sama Juan. Gua bener-bener bukan kakak yang baik. Gimana bisa gua biarin adik gua dipukul sampe bekas begitu. Itu yang gua liat tadi, siapa tau ada luka-luka lain yang gua enggak tahu. Cukup gua aja, cukup.
"Je, minum dulu. Tadi Bang Mahen bawain jus kotak tiga, katanya buat Kevin sama kamu." Azka memberikan jus jeruk kotak pada gua dan Kevin.
"Bang Mahen boleh buat gua aja enggak, sih, Ka?" tanya gua sambil menusukkan sedotan dan meminum jus kotak.
"Enggak boleh. Tapi kalo kamu mau pinjem enggak apa-apa." Gua tertawa mendengar jawaban polos dari Azka.
"Je, kalo ada masalah apapun cerita ke kita, oke? Jangan tau-tau muncul dengan tampang suram gitu," kini Kevin yang bersuara.
"Iyah, kamu udah bantu aku kemarin-kemarin. Aku juga mau bantu kamu."
"Makasih, guys. Tapi kali ini kayanya gua masih bisa handle semuanya sendiri."
Walau begitu gua bersyukur masih punya sahabat kaya Kevin dan Azka. Seenggaknya gua punya tempat untuk bersandar kalau lagi lelah.
---
Maaf aku telat update, ada sesuatu hal besar yang lagi aku kerjain. Mulai tanggal 1 September aku ada cerita baru yang bakalan aku update setiap hari selama 3 bulan. Tapi tenang aja, jadwal update Jemari Je tidak akan terganggu, aku usahakan. Mungkin muncur satu dua hari atau update 1 minggu sekali. Tapi semoga aku masih bisa sesuai jadwal. Anyway terima kasih sudah menemani Je malam ini. Mulai bab 10 konflik akan memanas. ^^
Jakarta, 30 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
(2) Jemari Je (Selesai)
FanfictionJe yang selalu sendirian. Kesunyian selalu memeluknya. Kehampaan adalah hal yang selalu mengisi ruang hatinya. Kekosongan adalah rumah untuknya. Semuanya selalu seperti itu sejak awal. Kosong, sunyi, dan kosong adalah tiga hal yang selalu mengelili...