11. Mansion Zen

372 12 0
                                    

Keesokan paginya Cizta bangun terlebih dulu dengan kondisi yang masih dipeluk oleh Zen.
Zen kurang bisa tidur karena sulit menahan hasratnya saat bersama Cizta. Semalaman dia berusaha untuk tidur dan akhirnya dia tertidur jam 4 pagi.

"Hmm.." Cizta melihat wajah Zen.

Dalam hati Cizta berkata ,
Kak Leon ganteng sih, tapi kita kan cuman teman kecil, kenapa kak Leon bilang dan berbuat seperti itu kemarin. Aku ga punya perasaan apapun ke kakak😢

Tidak lama Zen membuka kedua matanya
Dengan reflek Cizta kembali memejamkan kedua matanya.
Zen mengetahuinya dan tersenyum melihat tingkah imut Cizta.

"Aku tahu kamu sudah bangun Ta!"

"Hmm.. Kalo gitu aku mau ke wc kak"

Dengan cepat Cizta mendorong Zen dan berlari menuju kamar mandi.

Zen membiarkannya dan tersenyum melihat Cizta yang salah tingkah.

Cukup lama Cizta di dalam kamar mandi karena Cizta malu untuk keluar dari kamar mandi.

"Apa nih dileherku, kok merah semua gini sih. Ih gimana bisa keluar, kan malu. "

Tiba-tiba Zen mengetuk pintu kamar mandi.

"Ta , kamu ngapain? Kok lama banget didalam. "

"Hmm.. Kak Leon.. Kayanya Cizta alergi deh.. Leher Cizta merah gini" Jawab Cizta polos.

Zen tertawa dibalik pintu. Selama ini Zen menjaga Cizta dengan sangat baik bagai harta karun, jadilah Cizta begitu polos dengan hal itu.

"Ta, buka dulu pintunya. Biar aku lihat"

"Ih malu kak. Ga mau ah dilihat kaka"

"Buka Ta, aku sudah melihat dan menyentuh yang ada dibalik bajumu. Jadi kamu tidak perlu malu lagi denganku. Atau aku dobrak pintu ini❄👿" Zen mulai tidak sabar.

Cizta yang mendengar merasa takut. Dia membuka pintu itu perlahan. Tapi dengan cepat Zen masuk ke dalam kamar mandi dan memeluk Cizta dari belakang.

"Ini tanda bahwa kamu milikku, sayang. " Kata Zen tepat dikuping Cizta dengan nada sensual didepan kaca Zen menunjuk tanda merah itu

Cizta merasa geli.

"Ih kak, merah gini tanda apaan, kan aneh jadinya. Kapan hilangnya coba..😩"

Karena dari kecil Cizta selalu bersama Zen. Walau ada rasa takut tapi Cizta masih berani melawan kata-kata Zen.

Tiba-tiba Zen memutar dirinya membelakangi kaca dan menghadap Cizta.

"Bila tanda ini hilang aku akan membuatnya lagi" Ucap Zen.

"Membuatnya? Ih udah deh kak. Aku kan masih sekolah. Masa leherku merah-merah gini.. "

Dengan cepat Zen mendekatkan bibirnya ke leher Cizta dan mulai menghisapnya.

Cizta yang terkejut dengan tindakan Zen, langsung berusaha mundur, tapi telat Zen lebih dulu mendekap erat pinggang Cizta sehingga Cizta hanya bisa diam mematung.

Cizta mulai mengeluarkan suara karena merasa geli sekaligus aneh.

"Nghh, kak Leon, Cizta ha..rus seko..lah" Kata Cizta dengan terbata

Zen menghentikan kegiatannya.

"Kamu hari ini ijin tidak masuk sekolah. Kamu mau ke sekolah dengan tanda merah itu? "

Seketika Cizta terdiam seribu bahasa dilihat diri ke cermin didepannya.. Begitu jelas tanda kissmark itu.

"Kak Leon, kenapa harus nambahin lagi sih, ihh sebel. Yaudah Cizta mau mandi aja biar bisa hilang, udah kak Leon keluar dulu sana"

Bukannya keluar Zen malah menggendong Cizta ala bridal style.

"Ih turunin Cizta kak, aku mau mandi! " Teriak Cizta

Dihiraukan Zen dan menaruh Cizta di kasurnya.

Zen mulai menindih Cizta.

"Ih mau ngapain sih kak, Cizta mau mandi, awas"

"Kamu canduku , Ta, mmm" Dengan cepat Zen mulai mencium Cizta lagi dengan penuh gairah. Seperti tidak pernah puas dengan apa yang dilakukannya semalam dan kejadian di kamar mandi.

Yah bagaimana bisa puas kalau dedek kecilnya belum terpuaskan dengan benar. 😝

Obsesi SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang