20. Bridal

171 3 0
                                    

Cizta dan Zen ke tempat berikutnya, melihat tempat wedding dress.

"Udah deh, jangan mukanya ditekuk gitu, jadi makin imut Ta.. Bikin aku mau makan kamu sekarang" Ucap Zen menggoda.

"Ih, daritadi bilangnya mau makan Cizta mulu. Nanti kalo Cizta habis gimana? Huh" Kesal Cizta polos

"Hahaha, kamu polos banget sih Ciz" Ledek Zen

"Ih polos apaan? Udah deh.. Mendingan kita makan dulu. Cizta laper"

"Oke, mau makan apa? " Tanya Zen

"Hmm.. Cizta lagi mau makan yang ada kuah, soto aja kali ya"

"Oke ratuku" Kata Zen

"😳" Cizta terdiam mendengarnya.

Sampailah mereka ditempat makan dan mulai menyantap makanannya.

"Abis ini kita ketempat sewa baju pengantin ya" Kata Zen santai.

"Hah? Hmmm besok aja deh. Cizta capek, masih mau tidur. Hehe"

"Kamu mau kuliah di ausi kan? Kalo mau kita harus segera menikah, jadi kamu bisa masuk kuliah disana Ta"

"Iya iya.. Tiap kali ngomongnya begitu, Cizta mau istirahat dulu sebelum mulai kuliah, lagian kan nungguin ijazah juga lama." Ketus Cizta.

"Iya tapi pernikahan duluan juga ga masalah. Kamu kan sudah ada KTP. "

"Huft.. Iya deh. Yaudah yuk buru pergi. Nti kesorean pulangnya. Aku mau ke rumah Heny" Ijin Cizta.

"Mau ngapain? " Tanya Zen

"Ya mau maen sama Heny, udah lama ga ketemu. "

"Tadi katanya mau istirahat"

"Ga jadi, udah berubah mood😣"

Zen pun melajukan mobilnya menuju bridal yang sudah dicari tahu olehnya.

Sesampainya di bridal itu, pelayan disana melayani mereka dengan sangat ramah. Di coba nya beberapa baju pengantin yang menurut Zen cocok untuk Cizta.

Akhirnya mereka sudah memilih baju untuk acara yang akan diadakan.

Di dalam mobil Cizta merengek ke Zen.

"Huft, jadi harus 3x ganti dress nih dalam sehari, banyak banget kan ribet! "

"Ga ribet, kan nanti mereka yang bantu kamu buat pakai baju itu"

"Ihhh.. Cape deh. "

"Udah jangan merengek terus.. Kamu kan taunya siap. Pokoknya diam aja biar mereka yang mengerjakannya. Ini aja kita melewatkan acara lamaran yang di restoran loh. Kalo ga kita buat acaranya 2 hari aja gimana? " Tanya Zen.

"Hah??? Tambah lama aja acaranya. Udah ga usah. 1 hari aja biar abis kelar bisa istirahat berhari-hari deh.. Oiyaaa.. Aku mau ke rumah Heny.. Anterin langsung ke rumah dia aja ya. Hehehe"

"Hmmm.. Kamu seneng banget mau ketemu Heny. Giliran pergi sama tunangan daritadi ngeluh mulu😒" Malas Zen.

"Bukan gitu.. K... Leon... Kan kita udah kelar semua nih. Jadi udah boleh dong aku main kerumah Heny..
Lagian juga kamu kan kudu kuliah. Selesaikan kuliah dulu, mau buat skripsi kan? "

"Iya dong. Aku kan jenius. Selesai buat skripsi langsung sidang. Baru deh kita ke ausi. Gantian kamu yang kuliah dan aku kerja. "

"Iyaiya deh yang jenius. "

Akhirnya Cizta sampai dirumah Heny.

"Yaudah Cizta pergi dulu ya, dah"

Seketika tangan Cizta ditahan oleh Zen.

"Kiss dulu dong" Menyodorkan bibirnya

Dalam hati Cizta. *iuuhhh yang bener aja. 🤯*

"Cup" Cuma kecupan singkat yang diberikan Cizta ke Zen. Tapi Zen menarik Cizta lagi dan mendorong kepala Cizta menuju mukanya sehingga bibir mereka bertemu.
Zen semakin erat mencium Cizta.

"Mmm... " Cizta mulai gelagapan karena mulai kehabisan nafas.

Zen menghentikan kegiatan panasnya itu.

"Dasar, kamu harus belajar menyesuaikan nafasmu saat kita berciuman" Sindir Zen

"Ih kamu saja yang kebanyakan oksigen, hhh" Cizta masih terbata-bata karena sibuk mencari oksigen

"Hehee.. Nanti kita akan lebih lama loh melakukannya" Ledek Zen.

"🤯😳 .... Udah ya kak.. Cizta pergi dulu" Seketika Cizta langsung turun dari mobil dan berlari menuju rumah Heny.

Langsung masuk ke rumah Heny dan menyapa orang tuanya. Heny menyambut Cizta dengan tatapan aneh. Karena melihat Cizta yang mukanya masih terlihat merah di pipinya.

Sedangkan didalam mobil Zen merasa sedikit kesal karena mendengar Cizta memanggilnya *kak*.

Obsesi SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang