13. Ijin Loren

286 13 0
                                    

Zen menghubungi mamanya agar pulang kerja nanti bisa bicara dengannya dirumah.

"Ma, nanti Zen mau bicara sama mama. Bisa tidak mama pulang lebih cepat? " Tanya Zen

"Ada apa sayang? Yaudah nanti mama akan pulang ontime ya, kebetulan mama lagi bisa" Jawab mama Loren dari sebrang telepon.

"Oke ma, hati-hati dijalan, Zen tunggu"

Kemudian Zen mulai menyiapkan dirinya untuk nanti malam.

Tidak terasa waktu mama Loren sudah sampai dirumah. Dan disambut oleh Zen.

"Mama sudah sampai? Mama mandi dulu yah" Zen menggiring mamanya untuk mandi terlebih dahulu.

"Duh, iya Zen. Mama bebersih dulu ya. Mama penasaran kamu mau ngomong apa? "

"Setelah mama selesai akan Zen kasih tau" Jawab Zen mantap

"Iya deh"

Mama Loren pun mandi dulu dan selesai itu dia segera menemui Zen di kamarnya.

"Zen.. Mama masuk ya"

"Iya ma"

Mama Loren pun masuk ke dalam kamar Zen, dilihatnya anak semata wayangnya sedang memilih baju yang bagus untuknya.

"Ada apa nih Zen, tidak biasanya kamu memilih baju gini" Canda mama Loren.

Zen duduk di sofa dalam kamarnya dan diikuti Loren.

"Ma, Zen mau melamar Cizta" Ucap Zen langsung

Loren sempat kaget dan bingung

"Hmm.. Zen mama bukannya melarang, tapi Cizta masih di sekolah SMA. " Jawab Loren.

"Iya ma, Zen tahu itu. Awalnya Zen mau menunggu sampai Cizta lulus. Tapi setelah dipikir lagi, tunangan dulu lebih baik ma. Biar Cizta tidak dekat dengan pria manapun" Ucapan Zen membuat Loren sempat merinding karena sekilas nadanya begitu dingin

"Hmm.. Tapi Zen untuk masalah ini, kita juga harus bertanya ke Cizta, apakah dia bersedia atau tidak" Jawab Loren sedikit ragu.

Loren sebenarnya tahu anaknya sangat tertarik dengan Cizta makanya dibiarkan Zen selalu mengantar jemput Cizta. Sebenarnya Loren ingin Zen kuliah diluar negeri tapi Zen tidak mau karena alasan untuk selalu bersama Cizta. Tapi Loren tidak menyangka Zen mau melamar Cizta yang masih duduk dikelas 3 SMA.

"Ma, Cizta sebentar lagi lulus kok, setelah lulus kami akan adakan pernikahan" Jawab Zen antusias.

"Sayang, mama dukung kamu, tapi Cizta juga punya kebebasan untuk memilih. Setelah dia lulus SMA, dia juga menginginkan kuliah, dia pernah mengatakan itu ke mama. " Jawab Loren dengan sabar.

"Iya ma, Zen ga larang Cizta untuk kuliah. Tapi setelah menikah dengan Zen. Tolong bantu Zen ya ma untuk bicarakan ini ke keluarga Cizta.." Ucap Zen sedikit sendu.

"Hm.. Yaudah coba mama bicarakan dengan orang tua Cizta ya. "

"Sekarang ya ma.. Tadi Zen udah ijin sama mama Kielz kita akan berkunjung. Dan mama Kielz mengundang kita untuk makan malam"

"Cepat sekali, mama belum ada persiapan kata untuk memulainya nak" Membelai kepala Zen

"Mama cukup beritahu keluarga Cizta maksud kita datang untuk melamar Cizta dengan tunangan dulu ma.. Sisanya pernikahan akan dilakukan setelah Cizta lulus dari SMA"

"Tapi apa tidak terlalu cepat untuk mengadakan pertemuan ini? Tanpa persiapan? Mama harus membawa buah tangan untuk mereka"

"Zen sudah siapkan ma" Zen mengambil sesuatu dari laci dikamarnya

Diperlihatkannya se set emas, seperti kalung, anting, gelang dan khusus cincin dari kotak berbeda.

"Kamu sudah menyiapkan ini, sayang? Kamu serius dengan Cizta? Apakah Cizta juga menginginkan ini? Harus dua belah pihak menyetujui hal ini sayang. " Jawab Loren

"Zen sangat serius ma, hanya Cizta yang Zen inginkan. Kalo Zen kehilangan Cizta mungkin Zen akan jadi gila. Jadi tolong Zen ya ma.. Mama ga mau kan liat anak mama ini menjadi gila"

"Huss ngomongnya jangan begitu. Oke mama akan bantu kamu. Tapi tetap saja keputusan Cizta juga penting ya, bila Cizta tidak mau, jangan ada paksaan. Karena sesuatu yang dipaksa tidak baik sayang. "

"Zen tidak akan menikah dengan siapapun kecuali dengan Cizta. Jadi bila mama mau melihat anak mama bahagia dan memiliki cucu, hanya Cizta yang bisa" Dengan nada sedikit mengancam mama Loren.

Loren sempat bergidik ngeri karena perkataan anaknya.

"Yaudah ma.. Ayo siap-siap untuk kerumah Cizta, nanti telat lagi" Ucap Zen antusias

Loren hanya melihat tingkah anaknya itu, sempat ada rasa khawatir bagaimana dengan pertemuan nanti dan ini terasa lebih menegangkan dibandingkan saat Loren bertemu Client.

Loren pun bersiap-siap. Loren dan Zen mengendarai mobilnya ke rumah Cizta.

Obsesi SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang