17. Persiapan

164 2 0
                                    

Zen sibuk mengurus semua yang diperlukan untuk acara tunangan.
Sudah 90% dikerjakan dan Zen tetap menjalankan kuliahnya dengan lancar.

Cizta sibuk dengan UAN yang sudah terlaksana. Dan dinyatakan semua lulus.
Tinggal menanti ijazah.

Loren dan Kielz sibuk dengan persiapan tunangan juga. Jujur saja mereka merasa senang karena akan menjadi besan.

Akhirnya acara yang ditunggu pun tinggal 1 hari lagi. Besok Zen dan Cizta akan resmi bertunangan.
Zen mengantar Cizta untuk fitting bajunya.

"Ayo Ta, kita mau fitting baju kamu"

"Iya kak Leon. Sabar. "

Zen melajukan mobilnya langsung ke tempat tujuan. Sesampainya mereka langsung dilayani.

Setelah selesai fitting baju.

"Kak Leon, makan dulu ya Cizta laper"

"Oke."

Mereka langsung menuju tempat makan.
Saat mereka sedang menikmati makanannya, tiba-tiba Cizta melihat seseorang yang dikenalnya.

Dalam batin Cizta. *eh.. Itu kayaknya kak Sean deh, sama siapa ya? *

Sean yang sedang bersama pacarnya pun duduk dan memesan makanan.
Saat melihat sekeliling, tidak sengaja matanya bertemu dengan mata Cizta.

Sean pun hanya melihat Cizta dari jauh. Dan Cizta hanya melihat Sean dengan sorot mata yang sendu..
Ada perasaan sedih karena melihat Sean bersama seorang perempuan.
Tapi Cizta sadar, dia tidak bisa membiarkan Sean dalam bahaya jika terus egois.

Cizta memutuskan kontak matanya dengan Sean.

"Hmm.. Udah kenyang kak. Pulang yuk" Ajak Cizta.

"Oke.yuk"

Zen dan Cizta keluar dari tempat makan dan mulai melajukan mobilnya untuk pulang kerumah. Selama didalam mobil tidak ada suara dari Cizta.
Cizta merasa sedih akan apa yang baru dilihatnya.
Zen melihat perubahan mood Cizta.
Sesampainya dirumah Zen ikut masuk ke rumah Cizta.

"Zen, Cizta.. Kalian sudah pulang, nak" Kata Kielz

"Iya ma. " Jawab Zen dan Cizta kompak.

"Udah makan sayang? "

"Sudah mama Kielz. Zen dan Cizta sudah makan"

"Yaudah.. Besok kan acaranya. Kalian harus persiapkan diri dengan baik ya" Ucap Kielz

"Pasti ma. 😎" Sombong Zen.

"Yaudah ma.. Cizta ke kamar dulu" Dengan cepat Cizta menuju kamarnya dan diikuti Zen.

"Zen juga ikut ke kamar Cizta ya ma, ada yang mau Zen bicarakan" Dengan cepat Zen mengikuti langkah Cizta

"Iya.. Dasar kalian itu, besok acaranya masih saja kayak anak kecil" Ledek Kielz

Zen yang ikut kekamar Cizta membuat Cizta sedikit gereget.

"Ih kak Leon, ikutin Cizta mulu, emangnya Cizta induk ayam😖"

"Iya kamu kan induk aku. Aku harus ikutin kamu kemanapun kamu pergi"

"Enak aja😒. "

"Haha.. Lagian kamu sebut diri kamu induk ayam." Dengan santainya Zen tiduran dikasur Cizta

"Kak Leon pulang aja.."

Tiba-tiba Zen memeluk Cizta dari belakang.

"Kenapa moodmu berubah setelah kita makan di restoran tadi? "

"😳" Cizta hanya diam dalam batinnya, *kok kak Leon bisa tau mood gue lagi ga bagus ya, tapi kan ga mungkin gue bilang gara-gara liat kak Sean😞*

"Apa karena lelaki yang dulu masuk rumah sakit itu? 👿" Tanya Zen dengan dingin

"🤯 hmm.. Ga kok kak.. Emangnya kenapa sama dia? " Cizta agak ketar ketir akan pertanyaan telak Zen. *bagaimana kak Leon bisa tau*

"Tadi ada dia di restoran. Dan aku tahu kamu melihatnya sejak itu kamu berubah, aku tidak suka.. Kamu tau kan aku pencemburu? " Tanya Zen

"Ehemm. Ga kok kak. Aku biasa aja. Lagian besok kan hari H yang ditunggu kaka" Jawab Cizta sedikit malas.

"Iya. Besok adalah awal bagi kita. Dan sebulan berikutnya adalah hari pernikahan kita. " Kata Zen

"Hah????? Cepet banget kaaak??! " Teriak Cizta

Zen membalikkan badan Cizta dan mensejajarkan matanya ke mata Cizta.

"Kata orang dari waktu pertunangan ke pernikahan tidak boleh terlalu lama, bahkan menurutku sebulan itu terlalu lama. Atau kamu mau 2 minggu setelah pertunangan kita akan menikah? "

"Eh jangan kak.. Yaudah sebulan setelah pertunangan aja ya kak" Tawar Cizta

"Oke! 😈" Zen sudah menebak Cizta akan mengatakan itu.

Yasudah kalau gitu aku pulang dulu. Persiapkan dirimu untuk acara pertunangan kita besok.

Cizta tidak menjawab.

Zen langsung mencium bibir Cizta.

"Mm" Cizta berusaha mundur tapi pinggangnya didekap erat oleh Zen.

Cukup lama mereka berpagutan sampai akhirnya Zen melepaskan ciuman itu karena Cizta mulai kehabisan oksigen.

"Dasar kamu. Sepertinya harus banyak belajar hal ini dariku😈" Kata Zen

"Ih kak Leon mesum banget sih, udah sana pulang" Rengek Cizta dan langsung berlari ke kasur menutup diri dengan bedcover

Zen tertawa melihat tingkah laku calon tunangannya.

"Yasudah aku pulang dulu ya, see you tommorrow honey"

Tidak ada jawaban dari Cizta.

Zen pun pulang dan bersiap-siap untuk hari esok.

Obsesi SahabatkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang