Bab 36

54K 3.1K 5
                                    

Tanpa terasa hampir satu tahun aku dan Leo menikah. Menjalani biduk rumah tangga sebagai suami istri.

Meski Leo tidak pernah mengucapkan kata cinta karena aku juga tahu ia memang tidak mencintaiku. Tapi ia berusaha keras untuk menjadi suami yang baik. Berusaha membuat pernikahan harmonis dan bahagia untukku dan Della.

Bila tidak ada lembur, Leo selalu pulang tepat waktu. Dan meski pekerjaannya sebagai Presdir begitu sibuk, tapi ia selalu meluangkan waktunya untuk keluarga. Bahkan saat dinas keluar kota atau keluar negeri, ia selalu menelpon ke rumah. Menelpon atau video call.

Dan kata-katanya selalu diakhiri dengan ucapan 'papa sayang Della.'

Tak pernah sekalipun ia mengucapkan kata 'aku mencintaimu.' Meski itu hal mustahil yang akan ia katakan padaku, tapi terkadang saat kami tidur bersisian, dengan Leo yang terlelap di sampingku, aku terkadang berkhayal suatu hari nanti Leo juga akan mengatakan aku mencintaimu padaku.

Sering aku memandangi wajah tidurnya yang begitu damai dan tentu saja tanpa sepengetahuannya, aku berpikir bagaimana perasaannya padaku. Adakah sedikit saja perasaan cinta atau suka untukku. Tapi sampai hampir satu tahun usia pernikahan kami, kata cinta tak juga terucap dari bibirnya.

Dan itu membuatku menyerah, berpikir seharusnya aku memang tidak mengharapkan cinta Leo. Semua yang ia lakukan hanya untuk menepati janjinya untuk membuat pernikahan yang harmonis dan bahagia untukku. Ku rasa seluruh cintanya telah ia berikan pada Safira. Meski ia tak menikahi wanita itu, tapi hanya Tuhan dan Leo yang tahu di mana hatinya berada.

Bulan ini adalah ulang tahun Della yang kedelapan. Dan aku berencana untuk membuat pesta ulang tahun untuk Della. Tentu saja dengan mengundang semua teman sekelas Della dan juga guru wali kelasnya.

Aku berencana untuk merayakan di restoran cepat saji saja, pilihanya antara KFC atau Mc.Donalds. Perayaan ulang tahun ini juga ingin ku manfaatkan untuk mengenal orangtua dari teman-teman sekelas Della.

Tapi saat Leo mengetahui rencanaku ini, ia tidak setuju bila ulang tahun Della di restorant fastfood.

"Kenapa tidak diadakan di rumah saja? Halaman belakang rumah kita kan luas, kita bisa mendirikan tenda dan menyewa badut."

"Merayakan ulang tahun di rumah akan sangat merepotkan. Tidak ada cukup pelayan untuk memasak hidangan. Rumah juga akan berantakan. Ini pesta anak-anak loh. Kau tahu kan bagaimana anak-anak itu?"

"Sayang, apa kamu gak pernah dengar tentang event organizer?" tanya Leo memeluk pinggangku. Saat ini kami sedang berada di ruang tengah. Aku sedang menghadap meja tulis dekat bufet, menghitung biaya pengeluaran untuk ulang tahun Della. Ada 32 anak di kelas Della, jika satu anak datang dengan satu pendamping berarti ada sekitar 64 orang yang datang. Belum lagi bila ada orang tua yang membawa anak satu lagi , adik atau kakak dari teman sekelas Della. Itu berarti ada tambahan hidangan dan paket fastfood yang harus dipesan. Belum lagi bingkisan kue-kue yang akan dibagikan pada setiap anak yang datang. Ehm.. kira-kira berapa biaya yang harus aku keluarkan?

"Kita sewa event organizer untuk menangani ulang tahun Della. Termasuk katering dan hiburan."

"Kamu mau kita memakai jasa event organizer?" Aku berbalik menghadapnya. "Kamu tahu gak berapa biayanya? Itu mahal, Leo."

"Ren, kamu lupa siapa suami kamu dan ayah Della? Uang bukan masalah, Ren. Buat saja ulang tahun Della semeriah mungkin, jangan pikirkan soal biayanya. Lagi pula Della itu jugakan anakku."

Ya,tentu saja aku tidak lupa siapa Leo itu. Mungkin aku yang belum terbiasa dengan kemewahan yang Leo berikan. Budget 6 juta yang aku anggarkan untuk pesta ulang tahun Della sepertinya akan membengkak menjadi berkali-kali lipat.

"Dengan menyewa event organizer untuk perayaan ulang tahun Della, kamu gak perlu repot dan kecapekan mengurus semuanya sendiri. Dan kita bakal punya waktu buat bikin adik untuk Della.. " sambil berkata begitu, kepala Leo mendusel di perutku. Dan dengan kurang ajarnya bibirnya mencium payudaraku yang meski terbungkus pakaian tetap tak menghalangi Leo untuk mengecupnya berulang kali.

"Hentikan..Leo.." Aku mencoba mendorongnya menjauh, tapi Leo malah tambah melekat erat.

Di ruang tengah ini memang cuma ada kami saja, karena ini hari sabtu dan Della dijemput Tiara ke Tebet. Tapi tetap saja, bagaimana kalau ada pelayan yang lihat dan memergoki ulah nakal Leo?

"Ayo ke kamar.." bisik Leo seduktif. "Aku udah gak tahan.."

Aku menatap Leo tak percaya. "Ini masih tengah hari bolong.." bahkan ini belum jam dua siang. "Semalam kan udah...,"

"Kenapa kalau ini masih siang?mumpung Della gak ada.. sekarang sama tadi malam kan beda..."

Lalu tanpa mempedulikan protesanku, Leo membopongku ke kamar. Untung saja kamar kami ada di tingkat atas dan tidak melewati dapur atau ruang makan. Coba kalau lewat sana, entah apa jadinya wajahku bila sampai kepergok pelayan.

Leo memang gak tahu malu!

Leo memang gak tahu malu!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SERENADA BIRU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang