"Hubungan kamu dengan Leo harmonis kan, Ren? Bukankah Leo memperlakukanmu dengan baik?" Pertanyaan Tante Inan membuyarkan lamunanku. "Terus, kapan kamu mau ngasih adik buat Della? Kalian kan sudah hampir satu tahun nikah, apa gak kepingin nambah momongan?"
"Ini kami juga lagi usaha kok, ma. Tapi belum dikasih sama yang di atas. Mau gimana dong?" jawabku gugup. Ah, kalau saja Tante Inan tahu.. tidak, tidak, Tante Inan tidak boleh tahu. Kalau Tante Inan tahu, Leo otomatis akan tahu.
Dan kalau Leo tahu... aku bergidik membayangkannya. Tidak ingin membayangkan reaksi Leo kalau ia tahu, kalau selama ini aku diam-diam mengkonsumsi pil kb.
Sejak kejadian malam pertama kami bercinta dan Leo tidak menggunakan pengaman, aku sangat panik. Takut kalau aku hamil. Dan saat dua minggu kemudian melakukan test pack dan hasilnya negatif, aku merasa lega dan cepat ke bidan untuk melakukan kontrasepsi. Aku memilih pil agar Leo tidak curiga.
Dan terbukti, setiap berhubungan intim Leo tidak pernah memakai pengaman. Ia selalu menolak memakai pengaman atau membuat seribu satu alasan. Jika aku tidak minum pil kb, aku yakin aku bakal hamil.
Nafsu seksuil Leo lumayan besar, hampir setiap malam bila tidak ada tugas keluar kota dia bakal minta jatah. Aku juga tidak akan menolak sih, bagaimanapun aku suka sesi bercinta kami. Aku suka saat Leo berada di dalamku. Suka aroma tubuhnya, suka deru panas napasnya yang terngengah-engah bila kami mencapai puncak bersama dan suka... astaga, aku pasti sudah berubah menjadi perempuan berotak mesum. Bisa-bisanya di saat seperti ini malah membayangkan Leo...
Meski kehidupan sexual kami begitu harmonis, aku tetap harus membuat antisipasi. Aku tidak ingin terburu-buru hamil lagi bila ingat Leo menikahiku bukan karena cinta. Tidak tahu bagaimana ke depannya nanti. Walau meminum pil kb juga belum menjamin dan cukup merepotkan, karena bila terlupa tanggal dan hari, dan aku tidak meminumnya, bisa-bisa hamil lagi.
"Iya sih, anak kan rejeki ya. Pemberian dari yang di atas. Kalau belum dikasih mau bilang apa? Kamu yang sabar aja ya, Ren. Mama yakin kamu pasti bakal cepat hamil lagi, kalian berdua masih muda dan sehat."
"Iya, ma. Minta doanya aja." Aku menarik napas lega karena sepertinya Tante Inan paham. Semoga ia tidak mengungkit masalah ini lagi. "Lagipula kami kan baru hampir setahun nikah, belum lama. Banyak kan pasangan yang sudah nikah bertahun-tahun belum dikaruniai anak."
"Iya, mama paham kok. Yang penting kamu berdoa dan berusaha ya."
"Iya, ma."
Malamnya, saat akan tidur Leo bertanya apa yang aku bicarakan dengan mama dengan begitu seriusnya tadi siang.
"Mama cuma tanya kapan aku mau kasih adik buat Della," jawabku yang sedang asyik membaca majalah. Ada artikel menarik tentang business woman yang sukses. Aku sampai terpesona membacanya hingga menjawab acuh tanpa mengangkat wajah.
"Oh gitu. Iya juga ya, kapan kita mau kasih adik buat Della?Padahal tiap malam kita selalu 'olahraga gulat ranjang'."
"Anak itu kan rejeki dari yang di atas, Leo. Mungkin kita memang belum dikasih.." kataku yang masih asyik dengan majalah di tanganku tidak ngeh dengan ucapan Leo soal olahraga gulat ranjang.
Aku kaget ketika tiba-tiba Leo merebut majalah di tanganku dan membuangnya begitu saja.
"Kamu lupa dengan peraturan yang kita sepakati bersama, Ren?"
"Apa?"
"Dilarang membaca dan main ponsel kalau sudah di kamar."
Cih, kayak dia sendiri tidak pernah main ponsel kalau di kamar. Tapi aku diam saja tidak berani membantah.
"Itu artikel yang bagus, Leo. Makanya aku keasyikan baca."
"Apa isi artikel itu lebih menarik dari suamimu yang tampan ini?"
Kalau kujawab iya, Leo pasti ngamuk.
"Aku gak suka kamu cuekin sementara aku lagi ngomong sama kamu."
"Aku gak nyuekin kamu kok. Aku kan tadi juga jawab apa yang kamu omongin sama aku."
"Soal bikin adik buat Della?"
"Iya."
"Terus kamu gak heran kenapa sampai sekarang kamu belum hamil juga?"
"Kenapa harus heran? Kita baru satu tahun nikah. Wajar kan kalau aku belum hamil? Kan banyak pasangan yang sudah lama nikah dari kita juga belum dikasih momongan."
"Tapi aku gak pernah pakai pengaman. Ngeluarinnya juga di dalam. Lagi pula kenapa waktu Della sekali saja langsung jadi?"
"Mana aku tahu?" Tapi tak urung wajahku memerah juga. Kenapa ucapan Leo frontal sekali? "Waktu itu kita memang melakukannya cuma sekali. Tapi berkali-kali..."
"Kalau begitu.. mulai sekarang kita bakal ngelakuin itu lebih dari sekali."
"Hah?"
"Aku sudah putusin, paling sedikit kita bakal ngelakuin itu tiga ronde dalam semalam." Leo terlihat tersenyum puas dengan ide di kepalanya. Sedangkan aku menatapnya horor.
"Kamu mau bikin pinggang aku patah?"
"Kenapa? Yang gerak kan aku?Kamu cuma tinggal berbaring telentang dan membuka pahamu. Biar aku yang bekerja. Atau kamu mau posisi di atas seperti tempo hari? Tapi posisi woman on top malah bikin kamu gak hamil. Mending kamu terlentang aja di bawahku dan biar aku yang gerak."
Leo ngomong apa sih? Dia.. dia gak serius kan????
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENADA BIRU (End)
General FictionDelapan tahun yang lalu Leo dijodohkan dengan Renjani,anak dari teman ibunya.Sebuah perjodohan yang tidak diinginkan Leo.Marah oleh perjodohan itu,ia pergi dari rumah,meninggalkan keluarga dan kota kelahirannya.Bertahun-tahun kemudian mereka kembali...