Bab 48

37.5K 2.2K 34
                                    

Kata orang kita tidak boleh terlalu bahagia. Karena saat kita terlalu bahagia, yang akan menunggu kita adalah kesedihan.

Aku terlalu bahagia, pikirku. Hingga kebahagiaanku mengendap menjadi sebuah kesedihan. Mungkinkah kita tidak boleh memiliki kebahagiaan yang terus menerus? Hingga saat kesedihan itu datang, kita akan siap menghadapinya.

Ketika kami keluar dari ruangan dokter, Leo menatapku sambil mengernyitkan alisnya.

"Ekspresi apa itu, Ren? Setiap kita habis ketemuan sama dokter Said, wajahmu selalu gak enak dipandang. Sia-sia skincare ratusan ribu yang kamu beli pakai uangku. Sebelum usia empat puluh, kamu bakal memiliki kerutan di wajahmu."

Aku menelan ludah. Menahan air mata yang mati-matian mau keluar. Leo paling tidak suka melihat aku menangis. Ia bakal mati-matian mengejekku. Mengatai aku cengeng dan melontarkan kalimat pedas. Kalimat pedas yang aku tahu, adalah satu-satunya cara ia menghiburku.

"Suamimu ini belum mati. Tapi kamu sudah menangis seakan-akan aku bakal mati besok." Leo mencibir. "Asal kau tahu ya. Aku belum ikhlas membiarkan kau jadi janda. Membiarkanmu jadi milik pria lain."

"Oh, apa kau lupa. Kau sendiri yang bilang. Kalau kamu sudah gak ada, aku boleh menikah lagi. Dan bakal mewarisi semua hartamu."

"Apa kamu pikir pria yang bakal menikahi janda kaya sepertimu, bakal tulus mencintaimu? Mereka cuma mau uangmu. Kau bakal makan hati setiap hari. Kulitmu bakal cepat keriput, rambutmu bakal tumbuh uban. Kalau sudah begitu, suami barumu bakal kabur dengan perempuan lain. Kau bakal ditinggal patah hati."

"Bukankah waktu itu kamu yang merestui aku untuk kawin lagi? Tapi sekarang kamu menyumpahi aku patah hati, wajah keriput dan ubanan. Kenapa kau tidak bisa konsisten dengan kata-katamu?"

"Karena aku gak akan rela kalau kau jadi milik orang lain," bisiknya memelukku erat-erat." Kamu harus percaya sama aku, Ren. Aku akan berjuang melawan penyakitku. Aku pasti sembuh. Kamu sudah dengar apa kata dokter Said kan? Dengan pengobatan yang tepat, leukemiaku bisa sembuh.

"Sekarang ilmu kedokteran sudah semakin maju. Kalau dokter-dokter di sini tidak bisa menyembuhkanku, aku bakal berobat keluar negeri. Keujung dunia pun, bakal aku cari dokter yang hebat. Dokter yang bisa menyembuhkanku. Kamu percaya sama aku kan, Ren?"

"Ya, Leo. Aku percaya."

"Aku ingin kita bisa terus bersama sampai tua, Ren. Membesarkan anak-anak kita bersama. Sampai Della menikah dan punya anak. Sampai anak dalam kandunganmu ini lahir, besar dan menikah."

" Tentu, Leo." Sahutku pelan penuh haru. Melihat tekad kuat di wajahnya. Binar keyakinan di matanya, aku membalas pelukannya erat. Menyembunyikan wajahku di dadanya. "Aku juga mau terus bersamamu sampai tua. Membesarkan anak-anak kita bersama."

"Tentu saja, Ren. Memang kau pikir selemah apa suamimu? Penyakitku belum terlalu parah, aku pasti bisa melawannya. Yang harus kau lakukan hanyalah tetap bersamaku. Setelah aku sembuh, akan kubawa kau keliling dunia."

Pelukan Leo semakin erat. Tanpa kusadari dua tetes airmata membasahi pipiku. Tuhan, sekali ini saja. Kumohon padaMU. Jangan biarkan Leo kenapa- kenapa. Tolong jangan KAU ambil  Leo secepat itu dariku.

Aku masih ingin bersamanya. Merasakan pelukan hangatnya. Dan kecupan lembutnya. Kumohon, biarkan kami hidup bersama lebih lama lagi..

" Jangan menangis, sayang." Leo yang menyadari aku menangis, melepaskan pelukannya dan mengecup bibirku lembut. Ia bahkan tidak peduli, kalau ada orang yang lewat dan melihat kami. Dihapusnya air mataku. Matanya menatapku lembut. "Aku bakal sembuh, Ren. Aku bakal terus menemani kamu."

Ia kembali memelukku. Tanpa sadar pelukannya semakin erat. Seakan ingin diremukannya tubuhku. Mata kami saling menatap. Aku bisa melihat matanya perlahan basah. Apa Leo tidak sadar kalau ia juga menangis?

Perlahan aku mengulurkan tangan. Menghapus air matanya.

" Leo, aku cinta padamu..."

*************

Hello, teman semua, hari ini saya update langsung tiga bab sekaligus. Karena anak saya sedang PTS dan butuh perhatian, jadi saya mohon maaf kalau gak bisa update tiap hari ya.

Tapi saya janji, begitu si bocil selesai PTS, Insha Allah bakal update seperti biasa.

Terima kasih buat pengertian dan semua dukungannya.

Salam sayang

Eykabinaya

Jakarta, 19 september 2022

SERENADA BIRU (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang