Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, dan peristiwa adalah hasil ketidaksengajaan.
*
*
*Aku dan Sangkuriang dimasukkan ke dalam kurungan yang terbuat dari bambu. Kurungan itu berbentuk persegi yang ukurannya tidak besar. Kami hanya bisa duduk. Sangat tidak nyaman. Ditambah masing-masing kaki dan tangan kami diikat oleh tali tambang yang membuat kulit lecet.
Kami berdua dibawa ke sebuah bangunan besar dan luas. Aku tahu tempat ini. Keraton alias istana dimana Prabu Sungging Purbangkara tinggal. Prabu Sungging Purbangkara adalah raja yang memerintah kerajaan Parahyangan, sekaligus ayah Dayang Sumbi dan kakek dari Sangkuriang.
Bentuk istana di Nusantara memang tidak seperti istana kerajaan Eropa, istana Disney, atau bahkan mansion Duke Utara di manhwa. Awalnya, kami disambut oleh gapura yang tinggi besar nan kokoh. Saat masuk, ada hamparan taman yang luas dengan bunga berwarna-warni dan pohon rindang dengan daun hijau yang segar. Ada beberapa bangunan seperti candi kecil dan saung teduh untuk beristirahat yang mengambang di atas kolam. Banyak prajurit dan pelayan yang berlalu lalang.
Baru kali ini aku melihat penampakan kerajaan di Nusantara. Rasanya jauh berbeda dengan kerajaan di manhwa yang kubaca. Aku sempat terpesona, sampai otakku mengingatkan kalau aku dibawa kesini sebagai tahanan. Sial.
"Sebenarnya kita mau dibawa kemana sih!" gumamku mulai kesal.
Aku mengalihkan pandangan ke samping. Ah bangunan besar ini, istana raja ya? Aneh, padahal ini di dalam benteng, tapi di luar bangunan istana juga dibangun benteng. Bahkan satu-satunya akses masuk ke sana hanya sebuah gapura yang ukurannya lebih kecil dari gapura di depan.
Prajurit-prajurit kerajaan membawa aku dan Sangkuriang ke sebuah lapangan. Sepertinya ini tempat latihan militer atau lahan ajang pertarungan antar ksatria. Banyak senjata dan boneka kayu atau jerami untuk latihan.
Kurungan kayuku diletakkan beberapa meter dekat jalan masuk, tapi Sangkuriang berada jauh di sebrang sana. Aku tak mengerti kenapa. Ditambah prajurit yang menjaganya lebih banyak. Disampingku hanya ada dua orang saja. Mungkin karena Sangkuriang adalah buronan utama.
Terdengar bunyi terompet yang ditiup panjang. Tak lama kemudian, datanglah raja bersama beberapa iring-iringannya. Itukah Prabu Sungging Purbangkara? Ia terlihat seperti ada di usia pertengahan atau akhir lima puluhan. Hampir seusia kakekku, tapi dia lebih bugar, badannya lebih tegap. Wajahnya tegas, sorot matanya tajam, dan jambangnya mulai memutih. Tipe kakek dengan wajah seram, namun gagah.
Semua orang yang ada di tempat itu membungkuk memberi hormat kepada raja. Prabu Sungging Purbangkara duduk di singgasananya dan mengangkat tangan agar semua berdiri.
"Keluarkan pemuda itu dari kurungan!"
Dalam satu kali perintah, dua orang prajurit langsung mengulurkan Sangkuriang. Tentunya dengan cara yang kasar.
"Jadi, kaukah pemuda yang telah mencari gara-gara dengan orang-orangku?" tunjuk sang Prabu kepada Sangkuriang.
Sangkuriang tak menjawab. Mulutnya bungkam.
"Gusti Prabu bertanya padamu, JAWAB!" Titah seorang Adipati kepada Sangkuriang.
"Saya hanya menegakkan keadilan!" akhirnya Sangkuriang buka mulut. Ia melanjutkan, "Salah satu adipati anda telah menyalahgunakan kekuasaannya dengan merampas harta benda milik rakyat lebih dari semestinya."
"Lancang sekali kau! Setelah membuat onar, sekarang kau menuduh adipatiku melakukan penyalahgunaan kekuasaan? Kau tahu apa hukuman bagi orang yang berani memfitnah bangsawan?" murka sang Prabu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemala di tanah Parahyangan
FantasyKemala hanyalah seorang siswi SMA biasa. Suatu ketika, ia tertabrak oleh mobil dan terlempar ke dunia antah berantah. Di sana, ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Sangkuriang. Ini adalah kisah Kemala di tanah Parahyangan. Tempat dimana legenda...