12. Diserang Babi Hutan

1.3K 195 4
                                    

Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, dan peristiwa adalah hasil ketidaksengajaan.

*
*
*

"DIAM! Pergi dan bawa anak panahku kembali ke sini!"

Mau tak mau aku harus membawa kembali anak panahnya. Aku berjalan melewati semak dan ranting pohon. Bola mataku bergulir kesana kemari mencari keberadaan anak panah itu.

Aku melihat panah itu menancap di sebuah batang pohon. Aku pun berjalan mendekatinya. Setelah mencabut panah itu dan hendak kembali ke kemah, tiba-tiba terdengar suara dibalik semak yang tidak jauh dari tempatku berdiri. Perasaanku mulai tidak enak.

Kakiku melangkah pergi dari tempat itu dengan langkah pelan, namun suara itu malah semakin mendekat. Aku pun semakin mempercepat langkah kaki. Tapi semakin cepat aku berjalan, semakin dekat pula suara itu ke arahku.

Grok...

"Tunggu, suara itu...Sial!"

Aku berlari tak tentu arah setelah mengetahui apa yang ada di belakang. Benar saja, tak lama kemudian makhluk itu menunjukkan batang hidungnya. Seekor babi hutan hitam besar tengah mengejarku.

Sial! Sial! Sial!

Kenapa aku harus bertemu babi hutan sih? Tubuh babi itu juga lumayan besar dan memyeramkan. Aku tidak bisa naik pohon untuk menghindar. Sepertinya aku juga masuk terlalu jauh ke hutan. Akh, benar-benar sial.

Bruk

"Akh.."

Tak sengaja kakiku tersandung akar pohon yang membuat tubuhku tersungkur ke tanah.

"Ssstt...awh, kakiku!"

Aku mengelus pergelangan kakiku yang terasa nyeri. Ada lebam berwarna biru keunguan di sana. Sepertinya terkilir.

Melihat babi hutan yang semakin dekat, aku berusaha untuk bangkit kembali. Namun baru saja aku berdiri, babi itu menyeruduk perutku. Saking cepatnya kejadian itu, aku jadi tak sempat menghindar.

Salah satu taringnya yang lancip menembus kulitku. Sakit sekali rasanya. Ditambah, babi itu menggerakkan kepalanya membuat perutku seperti terkoyak.

"AAAAAAAARGH!"

Aku berteriak sekuat yang aku bisa. Air mataku sampai menetes saking pedihnya luka yang aku rasakan. Di saat itu pula, aku merasa bahwa inilah akhir hidupku. Sampai aku mendengar derap kaki kuda.

Sebuah anak panah melesat ke arah babi itu dan mengenai perutnya. Babi itu menguik kencang dan melepaskan taringnya dariku. Saat binatang itu hendak kabur, dua anak panah kembali melesat ke arahnya, membuat babi itu sekarat, kemudian mati.

Panglima Raganata turun dari kudanya dan berlari menghampiriku. Dia langsung menggendongku yang bersimbah darah ke pangkuannya, lalu membawaku pergi dengan kudanya.

"Bertahanlah, Kemala!"

_____________________________________________

~Author POV~

Raganata sampai di barak. Sangkuriang yang melihat Kemala terluka segera mengambil alih tubuh gadis itu dari dekapan panglima Raganata dan membawanya ke tenda medis.

Selain Sangkuriang, Raganata dan Dayang Sumbi juga ikut serta masuk ke dalam tenda.

Sangkuriang menidurkan Kemala di sebuah kasur kapuk. Tabib segera mengobati Kemala. Tapi sebelum itu, tabib membuka pakaian gadis itu terlebih dahulu karena letak lukanya yang berada di perut. Sangkuriang dan Raganata segera memalingkan pandangannya masing-masing.

Kemala di tanah Parahyangan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang