Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Kesamaan nama tokoh, tempat, dan peristiwa adalah hasil ketidaksengajaan.
*
*
*Aku menghela napas panjang. Hari ini pun melelehkan. Prabu Sungging Purbangkara terus saja mencoba mendekatiku. Aku tidak mengerti dengan pola pikir pria tua itu. Tidak cukupkah bercinta dengan para selirnya sampai harus menggoda perempuan lain?
Aku duduk menyender ke pagar saung dengan lengan menopang dagu. Mengayunkan tanganku, memainkan air kolam yang dingin. Jariku bergerak membentuk sebuah lingkaran di atas air yang tak lama kemudian akan hilang.
Tiap kali aku merasa lelah, rasa ingin pulang selalu datang. Terkadang aku lupa dengan kehidupan asliku. Aku berpikir kalau mungkin ini kehidupan baruku, mungkin aku tidak bisa kembali.
''Kamu suka sekali keluyuran malam-malam ya, Kemala?"
Aku melihat ke arah orang yang bicara. Ternyata itu Astraloka. Bola mataku berputar jengah. Malas sekali. Sudah menghadapi buaya tua, sekarang kucing garong.
''Itu terserah saya, Tuan!" jawabku ketus.
"Kau ini sombong sekali," ujarnya sambil menoel pipiku.
Aku menepis tangannya. Dia benar-benar membuatku tidak nyaman. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain. Tidak sengaja aku melihat Sinta yang juga sedang melihatku. Wajahnya nampak kesal. Setelah saling bertatapan sesaat, ia membuang muka.
''Apa yang kau lihat, Kemala? Apa yang lebih menarik dariku?"
Aku melihat Astraloka dengan dahi berkerut. Begitu percaya dirinya ia sampai membuatku mual.
''Banyak hal yang lebih menarik dari anda, tuan.''
''Kamu ini sombong sekali, Kemala. Apa kamu tahu? Semakin kamu menolak diriku, semakin ingin aku mendapatkanmu.''
Aku berdacak lalu berdiri dan melangkah pergi. Astraloka juga ikut berdiri. Ia berteriak memanggil, tapi kuhiraukan.
Lebih baik aku pulang saja daripada berlama-lama dengan pria hidung belang itu.
Aku kembali ke rumah dengan perasaan dongkol. Marni yang berada di luar, entah sedang melakukan apa, tiba-tiba mengatakan sesuatu saat dia melihatku.
''Amboy, kenapa lah teman-teman cantikku ini? Yang satu pulang dengan wajah gundah, yang lainnya berwajah masam. Kemala, ada apa?"
''Jangan tanya aku kenapa, Marni!" ujarku sambil berjalan masuk. Saat di dalam rumah, aku masih bisa mendengar keluhan Marni.
''Kenapa tidak ada yang menjawab pertanyaanku? Padahal aku bertanya karena peduli. Tapi semuanya memilih untuk tidak menjawab dan pergi."
____________________________________________________________
Aku terbangun di tengah malam karena merasa tenggorokanku kering. Saat bangun, aku tidak melihat keberadaan Sinta. Karena khawatir, aku membangunkan Mirna.
"Mir, Mirna!"
Mirna masih belum bangun. Dia hanya melenguh, lalu kembali tidur.
Aku mencoba membangunkannya lagi. Kali ini sambil menggoncang tubuhnya, dan itu berhasil.
''Ada apa, Kemala?" Mirna bangun dengan kesal.
''Sinta tidak ada!''
''Mungkin dia keluar untuk buang air. Sudahlah, jangan ganggu aku! Aku harus bangun saat fajar," kata Mirna, kemudian kembali tidur.
Mirna bilang tidak apa-apa, tapi aku tetap khawatir. Kuputuskan untuk melihat keluar, apa ada Sinta atau tidak di sekitar sini. Ternyata benar, Sinta diluar. Tapi, dia mau pergi kemana? Kenapa dia berjalan ke arah hutan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemala di tanah Parahyangan
FantasyKemala hanyalah seorang siswi SMA biasa. Suatu ketika, ia tertabrak oleh mobil dan terlempar ke dunia antah berantah. Di sana, ia bertemu dengan seorang pemuda bernama Sangkuriang. Ini adalah kisah Kemala di tanah Parahyangan. Tempat dimana legenda...