[R E V] City|01

554 42 2
                                    

Halo, ini sudah saya revisi yaa, dan mungkin ada beberapa penambahan dan pengurangan. Tapi intinya masih sama kok. Per part akan saya unpublish lalu saya publish lagi. Terima kasihh 🙏🏼

####

"Halo, apa kamu tersesat?"

Jihoon langsung menolehkan kepala saat mendengar bahasa asalnya diucapkan. Ia lalu menemukan seorang gadis yang -- jika perkiraan nya tidak salah -- sepertinya masih berumur 17 tahunan. Gadis itu tengah menatapnya, menunggu jawaban.

"Oh, benar. Aku tersesat. Kalau boleh tahu, ini dimana ya?" tanya Jihoon.

Dia menatap gadis tersebut dengan rasa syukur. Semoga saja gadis ini bisa membantunya. Karena sungguh, dia menaruh harapannya pada gadis ini.

Gadis itu mengangguk paham lalu menjawab,

"Sekarang, kamu ada di kota Solo."

Jihoon mengernyit dengan bingung. "Kota Solo? Itu Jakarta bagian mana?" tanyanya.

Gadis itu terlihat menahan tawanya. Membuat Jihoon semakin kebingungan, apa ada hal lucu yang ia katakan sehingga gadis itu ingin tertawa? Atau ada kalimat yang ia salah ucapkan?

"Tidak, kamu salah! Kota Solo bukan bagian dari Jakarta." katanya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dia lalu mengambil buku dan pulpen. Dia menggambar sebuah garis yang sangat panjang.

"Jadi begini, Solo ada disini, dan Jakarta ada diii--"

"Sini." jelasnya dengan menggaris lagi dari satu ujung ke ujung lainnya memakai pulpen.

Jihoon seketika menjadi terkejut, tempatnya sekarang termasuk jauh dari Jakarta. Dia menutup mulutnya dengan tangan yang mengepal dan ekspresi tak percaya. Bagaimana bisa dia pergi dari Jakarta sampai ke kota Solo? Jihoon tak habis pikir. Ia kira bus yang ia tumpangi tadi memiliki tujuan yang masih ada di sekitaran Jakarta.

Melihat keterdiaman Jihoon, gadis itu kembali mengeluarkan suaranya. "Kamu ingin kembali ke Jakarta?" tanyanya.

Jihoon langsung menggeleng cepat. Bukankah niat awalnya memang untuk kabur? Jadi tidak ada masalah kalau dia memang ada di Solo yang jaraknya memang termasuk jauh dari Jakarta.

"Lalu, kamu mau kemana?" tanya gadis itu lagi.

"Aku sendiri tidak tahu." jawab Jihoon sembari menghela nafas. Ini pasti akan sulit.

Jihoon memang tak kekurangan financial. Tapi dia buta map, alias benar-benar tidak mengenal lingkungan yang ia pijak sekarang! Ponsel? Ia mematikan benda pipih itu untuk berjaga-jaga jika dilacak. Ingin membeli yang baru juga belum bisa.

"Apa ada yang bisa aku bantu?" tawar gadis itu dengan sukarela.

Kalimat itu membuat Jihoon menatapnya, mempertimbangkan. Dia kali ini harus menghitung untung rugi dan resiko dengan benar. Agar kejadian ia tersesat dan persiapan yang kurang ini tidak terulang kembali. Jihoon akhirnya mengangguk.

"Ya, dimana tempat untuk menginap?"

"Hotel? Atau kamar sewa?"

Jihoon kembali mempertimbangkan. Hotel terlihat menggiurkan, tapi ia takut identitasnya terlacak. Tidak ada jaminan kalau agensi tidak mengetahuinya. Bisa saja saat dia sedang berbaring, di depan pintunya sudah berdiri beberapa bodyguard yang diperintahkan untuk membawanya.

"Kamar sewa." ucap Jihoon. Gadis itu mengangguk, ia lalu meminta Jihoon untuk mengikutinya. "Baiklah, ayo!"

####

"Hei! Kamar seperti apa yang kamu cari?!"

"Kita daritadi sudah kesana kemari, tapi tidak ada yang kamu pilih!" keluh gadis itu merasa lelah.

Jihoon meringis, dia sedikit membungkuk untuk meminta maaf karena merasa bersalah. "Maaf, menurutku beberapa fasilitas nya masih kurang."

"Jika seperti itu, kenapa tidak mencari hotel saja?!" serunya terlihat frustasi.

Karena memang sudah sekitar 2 jam an lebih mereka berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lainnya hanya untuk mencari kriteria yang diinginkan oleh Jihoon. Entahlah, sebenarnya kamar seperti apa yang ia cari.

"Aku, aku berhemat." kata Jihoon berbohong. Gadis itu mengusap wajah dan mengacak rambutnya saat mendengar jawaban Jihoon.

"Maaf. . ."

Mereka lalu berjalan lagi, menuju tempat terakhir yang gadis itu ketahui.

"Ini kamar sewa terakhir yang ku tahu." ucap gadis itu dengan harapan kalau Jihoon akan cocok dengan tempat tersebut. Namun, Jihoon kembali menggeleng dengan raut meminta maaf. Membuat gadis itu tak bisa marah karena tak tega melihat wajahnya yang memelas.

"Oke! Tinggal saja di rumahku! Ada kamar mandi dalam dan juga wifi! Bagaimana?"

Gadis itu sepertinya sudah pasrah hingga menawarkan rumahnya sendiri untuk ditinggali orang asing yang baru dikenalnya hari ini. Jihoon terlihat berpikir sebelum mengangguk setuju.

"Baiklah, tapi kamu jangan berharap terlalu banyak!" peringat gadis itu yang kembali diangguki Jihoon. Lagipula tidak ada salahnya melihat-lihat lebih dahulu.

#1 : U - Jihoon [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang