Memasuki gerbang, empat remaja dengan seragam SMA yang sama mengerutkan kening mereka. Heran kenapa banyak sekali orang yang berlari tergesa di sekitar. Bahkan, orang yang baru sampai pun melakukan hal yang sama.
"Woahhh, apa sekarang ada pembagian kouta internet gratis?" tanya salah satu dari empat orang itu. Seorang gadis dengan rambut panjang yang digerai. Jika dibandingkan dengan murid perempuan lain di sekolah ini, gadis itu tampak sedikit lebih mungil dari mereka. Meski begitu, dia dianugerahi wajah cantik nan manis yang patut disyukuri. Kulitnya putih mulus, matanya indah dan jernih dengan alis yang sesuai. Bibirnya memiliki warna merah muda secara alami, cukup mungil dengan bibir atas yang lebih tipis daripada bagian bawah.
Tanpa mengalihkan perhatian dari orang-orang yang berlarian, seseorang di samping kanan si gadis membalas, "Mana mungkin. Kalau iya, lo pasti tahu, Ry." Dia adalah seorang lelaki, pemilik rambut ikal berwarna hitam yang menutupi seluruh kening hingga alis. Tergantung siapa yang melihatnya, dia bisa membuat wajahnya terlihat tampan, menggemaskan, dingin, bahkan hingga menyeramkan. Dalam pengecekan terakhir, tinggi badannya menyentuh angka 171 cm. Dia memakai Jas mocca khas SMA ini yang menutupi kemeja putih yang normal dipakai anak sekolah. Darian Bagaskara namanya, lebih akrab disapa Ian.
"Guys, agaknya kita ketinggalan informasi penting." Pria paling tinggi di samping kiri si gadis berbicara, menunjukan layar ponsel pada tiga temannya hingga membuat mereka membulatkan mat── ah, tidak, bukan mereka, tapi dua di antara mereka. Satu lainnya tidak menunjukan ekspresi seperti itu meski keterkejutan sama-sama tergambar di wajahnya. 171 cm adalah tinggi yang cukup luar biasa, tapi lelaki ini memiliki tinggi 185 cm hingga dia mendapat julukan duo egrang bersama satu orang lagi yang tingginya hanya selisih dua dengannya. Selain duo egrang, dia juga menyandang julukan siswa paling tampan se-SMA. Wajahnya benar-benar rupawan, dari gaya rambut hingga caranya tersenyum, semuanya sangat mempesona. Dia Nevan, lebih tepatnya Nevan Abraham.
"Darah! Tetesan darah di lapangan?! Hey, kita harus lihat," ucap si gadis bersemangat. Dia bahkan sudah melesat sekarang, berlari meninggalkan teman-temannya menuju tempat yang dia baca dalam pesan di grup sekolah. Lapangan.
"Amory nggak dikejar?" Tidak, bukan Ian ataupun Nevan yang bertanya. Itu adalah lelaki lain sekaligus orang terakhir di antara mereka. Cakra Algev Lesmana. Anggota duo egrang pemilik tinggi 183 cm. Kalau Nevan disebut tampan, maka Cakra berkharisma. Dia adalah seseorang yang benar-benar menarik untuk diperhatikan dalam waktu lama. Fitur wajahnya unik, memukau dengan gayanya tersendiri. Rambutnya berwarna hitam dengan poni yang menutupi seluruh dahi. Bagian belakangnya cukup panjang hingga mampu menutup setengah tengkuk. Satu lagi yang menarik dari Cakra, itu adalah statusnya sebagai anak konglomerat terhormat di DKI Jakarta. El Group, perusahaan raksasa yang dikelola keluarganya. Semua orang di kelas atas pasti mengenal nama Lesmana.
•••
Setiap sekolah pasti ada yang namanya geng paling hits. Circle pertemanan yang dikenal oleh seluruh warga sekolah mulai dari Ibu Kantin hingga jajaran dewan guru dan kepala sekolah. Begitupun di sekolah ini, sekolah dengan segudang cerita horor yang mampu membuat bulu kuduk berdiri.
SMA Purnama Biru namanya, letaknya di wilayah Jakarta Selatan dan merupakan satu dari sedikit SMA paling populer. Tidak, Purnama Biru tidak terkenal karena isinya anak-anak kaya raya, bukan juga karena siswa-siswinya yang berotak super. Sebelumnya sudah dibilang kalau sekolah ini adalah sekolah dengan segudang cerita horor, bukan? Tepat sekali, itulah alasan kepopuleran Purnama Biru. Cerita horornya bahkan sampai debut di berbagai sosial media.
Di sekolah ini ada empat orang remaja yang menduduki posisi pertama untuk murid paling populer. ACIN sebutannya, diberikan begitu saja oleh warga sekolah dengan alasan terlalu merepotkan kalau harus menyebut mereka satu persatu. Ada sangat banyak alasan dari kepopuleran mereka, beberapanya adalah paras menakjubkan, kepintaran salah satu dari mereka, outfit yang tak pernah gagal, kejahilan juga keberanian yang terkadang membuat mereka mengegerkan sekolah dan masih banyak lagi. ACIN, diambil dari huruf pertama sebutan nama anggotanya. A untuk Amory, C untuk Cakra, I untuk Ian, dan N untuk Nevan.
"Huft, kenapa, sih, Kepsek buru-buru amat bersihin darahnya? Gue, kan, belum lihat," keluh Amory dengan bahu yang turun. Dia tampaknya benar-benar penasaran dengan keberadaan darah di lapangan outdoor yang katanya ditemukan salah satu murid.
"Lo bisa lihat di statusnya anak-anak, Ry, pada bikin mereka," ucap Nevan yang memang tengah melihat status teman-temannya. Sebenarnya dia juga penasaran dengan penampakan darah yang katanya ada di sepanjang lapangan. Diikuti jalurnya, darah itu ternyata tidak hanya ada di lapangan, melainkan dari belakang sekolah hingga daerah parkiran juga gerbang. Yah, meski di bagian gerbang hanya ada beberapa tetes saja. Itupun tak terlalu terlihat.
"Menurut kalian darah siapa itu?" Cakra ikut bersuara, bertanya dalam langkahnya di belakang Amory.
Ian yang ada di sampingnya menggidikan bahu, menelan kunyahan roti dalam mulutnya sebelum berkata, "Mungkin darah tikus yang lahiran."
"Idih, pasti hantu yang kepalanya abis digergaji," timpal Amory membalikan badan. Berjalan mundur di koridor dengan Nevan di sisinya. "Hm, tunggu, kalau gitu darahnya harusnya banyak banget. Seember lebih."
"Isi kepala lo, Ry. Normal sedikit bisa nggak, sih?" tanya Ian meski sebenarnya dia sudah tahu jawabannya. Ayolah, pemikiran Amory normal? Oh, Impossible.
"Pasti ada penjelasan masuk akalnya. Tapi seru juga kalau bikin instastory tentang hantu yang matinya digergaji," papar Nevan. Satu tangannya naik, mengarahkan Amory agar kembali melihat ke depan sekaligus membuatnya berganti posisi dengan dirinya. Berjalan di samping tembok kelas karena di depan sana segerombol siswa tampak buru-buru dengan beberapa peralatan olahraga yang mereka bawa.
"Jawaban kalian selalu nggak memuaskan," ucap Cakra. Mengambil paksa roti di tangan Ian yang tersisa setengah. Memakannya tanpa dosa hingga Ian merenggut dibuatnya.
"Lo anak orang kaya, Cak. Masa rampas makanan anak tanpa bapak, sih?" seloroh Ian menatap nanar rotinya.
Cakra tak membalas, pria itu hanya melirik Ian sekilas seolah mengejek.
"Emang anak setan," gumam Ian tidak bisa berbuat apa-apa.
"Percaya nggak kalau semalam ada kejadian di sekolah ini?" tanya Cakra dengan roti di dalam mulutnya, membuat satu pipinya mengembung karena lelaki itu tak tanggung-tanggung dalam menggigit.
"Gue bilang juga hantu yang diger── aww." Amory meringis, menyentuh belakang kepala kala Ian menyentilnya. Ayolah, itu benar-benar sakit.
"Istighfar, Amory Moana Putri," tutur Ian dengan nada menyebalkan.
"Gue dengar, Cak, katanya cctv semalam cuma nampilin warna hitam. Nyaris seluruh lampu di sekolah mati kecuali yang di pos satpam. Orang-orang pada nggak percaya kalau itu kebetulan," ungkap Nevan yang memang mendengar (?) Ah, tidak, lebih tepatnya membaca di grup sekolah.
"Nah, kan! Udah gue bilang itu karena hantu gerga── mmmppphhh Vammppp."
Amory menggapai-gapai udara dengan kedua tangannya kala Nevan membekap mulutnya seraya menyeretnya agar masuk ke dalam kelas. Gadis itu terus berteriak meski suaranya teredam, membuat mereka seketika menjadi pusat perhatian semua orang.
•••
06.09.2022
Fyi, meski dijelaskan Amory lebih kecil dari siswi Purnama Biru kebanyakan, tapi sebenarnya tinggi gadis itu berada di sekitar 160 cm. Ayolah, meski latar tempatnya Indonesia, tapi aku mengambil cast orang-orang luar yang macam tiang listrik. Jadi, yah, begitulah. Semoga kalian mengerti🐄
°Tinggalkan jejak agar diriku senang-!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret [COMPLETED]
Mystery / Thriller"Semuanya dimulai dengan malam, hujan, dan seragam." ACIN tidak pernah menyangka kalau mereka akan terlibat dengan sebuah kasus penculikan hingga bersinggungan dengan psikopat hanya karena menolong gadis yang tak sadarkan diri di tangga gedung apart...