Nevan telah tenang. Dia sudah lebih baik setelah beberapa nasehat yang diberikan teman-temannya. Kini, pria itu dan keempat orang lainnya tengah berada di dalam mobil yang sama. Mobil hitam yang kini melaju membelah jalanan kota ditengah guyuran hujan yang cukup deras.
Cakra berada di kursi kemudi dan Ian duduk di sampingnya. Nevan berada di kursi belakang paling kanan, Adhisty paling kiri, dan Amory berada di tengah-tengah mereka.
Melirik layar ponselnya, Ian bisa melihat timer yang dia pasang sudah menunjukan angka 10.03, waktu yang cukup karena sekarang Purnama Biru tak jauh lagi dari mereka.
Seperti yang dikatakan Number 1 dalam pesan, kecelakaan memang terjadi di sekitar Purnama Biru, kemacetan tampaknya memang sempat ada meski saat mobil Cakra lewat jalanan sudah baik-baik saja. Polisi bergerak cepat dan jalanan bisa dibereskan dalam waktu singkat.
Cakra memelankan laju mobilnya saat melihat van hitam juga beberapa mobil polisi terparkir di sekitar Purnama Biru. Beberapa petugas kepolisian juga menjaga gerbang sekolah seolah tidak ingin orang yang tak berkepentingan masuk ke dalam gedung.
Menghentikan mobil beberapa meter dari kumpulan mobil polisi, Cakra menoleh pada Ian. "Gimana?" tanyanya.
"Sejak awal kita nggak niat lewat gerbang, kan?" ucap Ian menanggapi.
"Tapi gimana kalau tembok pojok dijaga polisi?" Melihat banyaknya mobil, Cakra yakin kalau area Purnama Biru pasti sedang diselidiki. Digeledah karena memang tempat ini berhubungan dengan penculikan anak remaja.
"Kita lihat aja sendiri." Nevan berbicara seraya melepaskan sabuk pengamannya, membuka pintu, dan keluar dari mobil tanpa menunggu teman-temannya.
Setuju dengan Nevan, empat orang lainnya juga keluar dari mobil, bersama-sama melangkah cepat menerjang hujan menuju lokasi yang akan mereka tuju tanpa peduli meski tubuh mereka akan berakhir basah kuyup.
Tembok pojok sudah ada di depan mata, Nevan mengulurkan lengannya ke atas, menumpu pada ujung tembok sebelum dia menarik tubuhnya sendiri guna mengintip keadaan purnama biru. Tahu tidak ada polisi di sekitar, Nevan memanjat lebih jauh, melompati gerbang dengan mudah disusul oleh Ian, Amory, Adhisty, dan terakhir Cakra.
Tanpa berlama-lama, kelima remaja itu berjalan hati-hati menuju bagian belakang sekolah. Dalam perjalanan, tak jarang mereka harus bersembunyi dan mengendap karena melihat keberadaan petugas kepolisian dengan senter di tangan dan jas hujan yang mereka pakai.
Entah kebetulan atau ini ulah Number 1, tapi listrik di sekolah ini tampaknya mati total. Tidak ada satupun lampu yang menyala dan itu membuat keuntungan bagi ACIN. Yah, meski karenanya mereka jadi kesulitan untuk melihat, tapi karena gelap mereka jadi tidak mudah untuk bertemu dengan polisi yang menyisir area.
Cakra dan Ian yang memimpin langkah berhenti, mengintip area belakang sekolah dari balik pepohonan rindang. Buruk sekali, ada banyak anggota polisi berkumpul di sana. Cahaya senter mereka melompat-lompat, sesekali suara khas handy talkie terdengar bersaing dengan derasnya hujan. Mereka sepertinya tidak── atau mungkin belum mengetahui tentang jalan masuk atau keberadaan ruang bawah tanah. Kepala sekolah mungkin tidak buka mulut tentang itu.
"Sisa lima menit, gue nggak mau Ajeng mati," ucap Amory dengan suara pelan. Ayolah, Ajeng adalah temannya, meski mereka bersama hanya beberapa hari, tapi Ajeng sungguhan berharga bagi Amory. Seseorang yang membantunya di situasi paling buruk.
"Ajeng nggak akan mati!" tajam Adhisty terdengar penuh keyakinan. Ajeng adalah salah satu alasannya melakukan ini, selain karena dia ingin menghancurkan kepsek agar terbebas dari bayang-bayang mereka, dia juga memulai misi karena ingin Ajeng bebas sepertinya. Di tengah-tengah neraka dunia yang sungguhan memuakkan, Ajeng adalah setitik sinar yang membuatnya ingin bertahan. Tidak peduli sekasar apapun Adhisty, Ajeng hanya menanggapinya dengan tawa receh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret [COMPLETED]
Misteri / Thriller"Semuanya dimulai dengan malam, hujan, dan seragam." ACIN tidak pernah menyangka kalau mereka akan terlibat dengan sebuah kasus penculikan hingga bersinggungan dengan psikopat hanya karena menolong gadis yang tak sadarkan diri di tangga gedung apart...