Seisi rumah El Family sedang sangat sibuk karena wartawan berhasil menerobos portal dan kini berkumpul di depan rumah utama. Para penjaga sibuk membuat barikade agar para wartawan itu tidak menerobos lebih jauh. Anggota keluarga masih belum ada yang menampakan diri, mereka semua masih bersembunyi di dalam dan hanya membiarkan sekretaris Theo yang terjun ke depan kamera mewakili El Family.
Keributan itu malah menjadi keberuntungan bagi Cakra, Nevan, dan Adhisty. Ketiganya menyelinap keluar lewat pintu paling sepi dan meninggalkan rumah. Meski harus sangat hati-hati dan waspada, tapi tiga remaja itu berhasil melewati portal dengan lancar hingga kini mereka berada di jalanan besar.
Tidak ada yang tahu Cakra keluar selain pekerja yang berjaga di portal, itulah sebabnya tidak ada sopir dan bodyguard yang mengawal bungsu Lesmana itu. Malah sekarang, Nevan yang mengemudi, Cakra di sampingnya, lalu Adhisty di belakang seorang diri. Tujuan mereka tentu saja gedung apartemen tempat Amory tinggal. Tidak sopan sebenarnya tinggal di apartemen orang tanpa izin, tapi mau bagaimana lagi? Biarlah Nevan dan Cakra yang mengurus kalau terjadi masalah. Lagipula dia hanya menerima saran Nevan, bukan?
Beberapa saat berlalu, mobil yang Nevan kendarai berhenti di depan gedung apartemen. Adhisty membuka pintu mobil, keluar dari sana, lalu pergi setelah perbincangan singkat. Saat diperjalanan tadi, Cakra terpikirkan sesuatu. Dia berkata harus pergi ke ruangan kepala sekolah untuk mengambil sesuatu. Nevan setuju, Adhisty pun begitu karena menurut mereka itu memang dibutuhkan untuk misi. Terlebih sekarang saat mereka kesulitan menentukan langkah selanjutnya.
Mereka sudah mengumpulkan cukup banyak bukti, bisa saja mereka menyerahkan itu pada polisi dan meminta pihak berwenang mengurus sisanya. Namun, hey, sudah dikatakan bukan tentang betapa lucunya kota ini? Mereka tidak yakin bukti yang mereka kumpulkan cukup untuk membuat polisi kesulitan menutupinya. Memang sekarang orang-orang penting yang menyokong Adinata dan kelompoknya tengah menghadapi krisis. Mereka ditahan di kepolisian, tapi mereka belum dinyatakan bersalah. Bisa saja Adinata yang masih bebas melakukan sesuatu hingga mereka bisa keluar dan membersikan nama. Lagipula tidak ada jaminan semua orang penting di bawah Adinata berada di kantor polisi. Nevan berpikir kalau bisa saja ada lebih banyak orang penting yang tidak tercium kepolisian.
•••
Purnama Biru di malam hari benar-benar sepi. Jam patroli satpam sekolah sudah lewat 30 menit lalu yang artinya tidak ada siapapun di tempat ini. Mengingat sekolah ini adalah sekolah horror, Cakra juga Nevan tak yakin ada pengajar yang masih betah di sekolah semalam ini.
Gerbang tentu saja tidak bisa ditembus, karenanya dua remaja itu memilih untuk memanjat tembok pojokan seperti yang biasa dilakukan para anak nakal untuk kabur dari sekolah. Sedikit informasi tidak berguna, ACIN juga sempat memanjat tembok itu saat kesiangan atau bolos karena pelajaran yang membosankan.
Begitu turun, mereka langsung berada di belakang toilet siswa yang sebenarnya jarang dipakai karena posisinya yang terpisah dari gedung sekolah.
Akan sulit untuk menghindari keseluruhan CCTV, karenanya mereka memilih untuk memadamkan listrik hingga kegelapan menelan sekolah ini. Kalau tidak salah, CCTV Purnama Biru masih model lama dan tidak memiliki baterai cadangan untuk bisa beroperasi saat listrik mati. Pilihan bagus untuk memadamkan listrik!
Bermodalkan flash ponsel, Cakra juga Nevan melangkah menyusuri koridor guna sampai di ruangan kepala sekolah. Sesekali menoleh ke belakang saat merasa ada tatapan yang mengawasi mereka. Ayolah, bagaimanapun dua orang itu masih remaja SMA. Berdua di gedung sebesar ini tetap membuat perasaan mereka dilingkupi hal buruk meski hanya sedikit.
Ruang kepala sekolah sudah ada di depan mata, mengangkat tangan kanan, Nevan memutar kenop guna membuka pintu. Namun, begitu mendorongnya pintu tidak mau terbuka dan membuat Nevan ingin mengumpat karena tidak memikirkan kalau pintu ruangan petinggi sekolah pastilah dikunci. Bahkan ruang kelas pun akan dikunci, apalagi ruang kepala sekolah. Nevan dan Cakra sungguh tidak memikirkan hal itu tadi.
"Nggak mungkin juga, kan, kita rusak pintunya?" tanya Nevan.
"Nggak mungkin," balas Cakra yang kini melangkah menuju jendela. Mengeceknya satu persatu hingga senyumnya mengembang kala dia menemukan satu jendela yang bisa ditariknya. Tampaknya keberuntungan yang dimiliki Nevan berpengaruh juga pada ini.
Tanpa berlama-lama Cakra memanjat jendela, masuk ke dalam ruangan dibantu penerangan dari ponsel Nevan. Pria itu juga yang menahan jendela agar Cakra bisa naik secara leluasa.
Yang masuk hanya Cakra seorang, Nevan memilih menunggu di dalam karena memang mereka hanya akan mengambil sesuatu saja. Tak akan memakan waktu yang lama karena Cakra tahu di mana letaknya.
•••
Kepala sekolah terbiasa untuk tidak menyalakan lampu di rumahnya kecuali lampu kamar yang dirinya tempati. Itulah kenapa ruang tamu tampak gelap karena penerangan hanya bersumber dari televisi yang menyala saja.
Di depan televisi, tepat di atas sofa yang penuh dengan debu, kepala sekolah memposisikan dirinya sejak satu jam yang lalu. Setia menonton perkembangan kasus atasannya yang dia sulut.
Melihat kediaman El Family dipenuhi wartawan yang penasaran sedikit membuatnya merasa menang. Yah, meski hanya sedikit karena sampai detik ini El Family masih belum disentuh polisi. Sepertinya Hengki tidak memiliki bukti kuat untuk mendorong atasannya. Kepolisianpun sepertinya kesulitan mendapatkan bukti atas kaitan El Family dengan kelompok orang-orang itu. Mereka hanya bisa membawa orang-orang dari Level B. Akan baik kalau Level B mengatakan yang sebenarnya, berkata siapa orang dibalik mereka hingga itu pasti membuat El Family kerepotan. Namun, kepala sekolah sejak awal tahu kalau mereka tidak akan buka mulut semudah itu. Ayolah, Number 2 memberikan segalanya untuk mereka.
Pernah dengar tentang tiga hal yang bisa meruntuhkan dan menaikan seorang laki-laki? Tiga hal yang bisa membuat laki-laki mabuk bahkan sampai gelap mata. Harta, tahta, wanita. Number 2 memberikan itu semua pada orang-orangnya. Membuat itu sebagai candu yang mengikat mereka.
Kepala sekolah meraih ponsel yang disimpan di atas meja, menyalakannya, lalu membuka salah satu sosial media. Mengunjungi akun resmi Theo Lesmana dan mengecek komentar yang bertebaran.
Berbagai macam umpatan, kalimat sarkas, emoji menjijikan yang dikirim baru-baru ini memenuhi kolom komentar. Orang-orang sudah menyerang Theo Lesmana bahkan saat semuanya belum terbukti secara nyata. Beralih dari akun Theo Lesmana, dia mengecek semua akun keluarga inti El Family dan mendapati komentar serupa. Kebrutalan penduduk dunia maya... untuk kali pertama kepala sekolah mensyukurinya. Banyak yang mengatakan kalau kesuksesan El Group tidak didapat secara murni, mereka beramai-ramai mengklaim El Group besar karena suap yang mereka beri. Bantuan haram yang seharusnya tidak pernah digunakan. Kepala sekolah yakin dengan ini El Family pasti mendapat kerugian.
Beralih pada televisi, kedua mata kepala sekolah memerah dan berkaca saat mendengar saham El Group terpengaruh rumor dan turun beberapa persen. Kerugian yang pasti membuat Theo Lesmana marah karena merasa difitnah. Oh, Number 2 pasti tidak menyangka perbuatannya akan bocor dan merugikan keluarganya. Orang itu pasti sedang kelimpungan memikirkan cara untuk keluar dari masalah. Ah, apa mungkin dia sedang mencari siapa pengkhianat yang menempatkannya di situasi ini? Apakah dia akan mengira itu adalah kepala sekolah? Apakah mungkin orang itu sedang berusaha menghubunginya untuk memarahinya? Persetan, kepala sekolah sengaja meninggalkan ponsel yang biasa dia gunakan untuk berhubungan dengan Number 2 di sekolah. Dia tidak ingin Number 2 mengganggu kesenangannya.
•••
04.01.2023
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret [COMPLETED]
Mystery / Thriller"Semuanya dimulai dengan malam, hujan, dan seragam." ACIN tidak pernah menyangka kalau mereka akan terlibat dengan sebuah kasus penculikan hingga bersinggungan dengan psikopat hanya karena menolong gadis yang tak sadarkan diri di tangga gedung apart...