Keluar dari taksi, Nevan buru-buru masuk ke dalam rumahnya. Membuka pintu dengan kunci yang dimilikinya, pria tampan itu membawa langkah lebarnya menuju ruang kerja sang ayah. Mendekat ke arah meja kerja, dia segera membuka tiap laci yang ada di sana meski yang dia dapatkan hanya tumpukan dokumen terkait pekerjaan sang ayah.
Entahlah, setelah mendengar ucapan owner Seiren di apartemen tadi, perasaan Nevan menjadi tak karuan. Hanya sedikit, Nevan memiliki sedikit praduga buruk pada orang yang paling dikaguminya. Karenanya dia sekarang berada di sini, memberanikan diri menggeledah ruang kerja sang ayah guna menghilangkan praduga itu. Ayahnya adalah orang baik, dia adalah pria paling sempurna yang pernah Nevan tahu. Ya, itu adalah kenyataan dan Nevan tentu akan membuktikannya. Ayahnya tidak sama dengan Adinata.
Beralih dari meja kerja, Nevan membawa pandangannya ke segala arah, mencari-cari sesuatu yang dirinya sendiri tidak tahu apa itu. Mendekat ke arah rak buku, dia menggeledahnya, ingin tahu apakah ada hal yang disembunyikan ayahnya di sana.
Sebanyak dan seteliti apapun Nevan mencari, pada kenyataannya tidak ada hal mencurigakan yang Nendra sembunyikan. Ruang kerja sederhana milik ayahnya hanya berisi hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Bernapas lega, Nevan menjatuhkan dirinya pada kursi kerja sang ayah. Nevan benar, ayahnya tidak mungkin memiliki hubungan dengan kasus penculikan. Seiren Adhisty? Oh, bisa saja ayahnya mendapatkan permintaan pencarian Adhisty bukan dari Sena. Benar! Adhisty masih memiliki ayah, kan? Iya, pasti begitu, pasti Nendra mendapatkan permintaan itu dari ayahnya Adhisty.
Tanpa sengaja netra Nevan melirik sebuah figura berukuran kecil yang ada di sisi meja kerja. Rasanya dia ingin tertawa karena foto dalam figura itu adalah dirinya saat masih kecil. Tersenyum lebar menunjukan satu giginya yang hilang. Nevan tak habis pikir kenapa sang ayah malah memajang foto memalukannya seperti ini. Tangannya terulur, meraih figura itu dan membawanya guna diperhatikan. Bagaimanapun Nevan sangat jarang melihat-lihat potret dirinya sendiri saat masih kecil.
Membalikan figura, Nevan mengernyit saat melihat sebuah benda tipis kecil berwarna hitam menempel di sana. Mencabutnya, Nevan memperhatikan benda itu. itu adalah memory card. Namun, kenapa Nendra menaruhnya di tempat seperti ini? Setidaknya begitulah yang Nevan pikirkan.
Karenanya pria itu sekarang merogoh saku jaket yang dia kenakan, mengeluarkan ponsel dari sana, dan tanpa berlama-lama memasangkan memory card itu pada ponselnya. Menunggu beberapa saat, Nevan mengecek kartu memori itu dan hanya menemukan satu buah video. Tanpa ragu Nevan menekan video itu, memutarnya hingga beberapa saat kemudian tangannya seketika mendingin. Video yang Nevan berikan pada sang ayah waktu itu. Video yang ayahnya akui hilang karena dibegal sekelompok orang. Video yang menjadi senjata ACIN dan Adhisty untuk menangkap kepsek.
Nevan menaruh ponselnya, dia tidak menemukan titik terang untuk alasan kenapa ayahnya membohongi dirinya. Sejak awal, video ini tidak hilang, sejak awal ayahnya tidak dibegal. Yah, Nevan tentu tidak bisa mengklaim seperti itu hanya dari video ini. Namun, dia sekarang ingat, dia kini telah sadar. Waktu itu, tepat sebelum dirinya kecelakaan, Nendra menelponnya, mengatakan kalau dia dihadang begal, seluruh barang berharga termasuk tablet tempat video berada diambil oleh begal itu. Namun, ayahnya bisa menelponnya. Menelpon dengan menggunakan ponselnya sendiri. Kalau begal itu sungguhan, Nendra pasti tidak bisa menelponnya dengan ponsel miliknya sendiri. Ponsel yang sampai sekarang masih Nendra gunakan.
"Van..."
Panggilan itu membuat Nevan terperanjat, sontak berdiri dari duduknya kala melihat Nendra berada di ambang pintu. Menatapnya sebelum tersenyum kecil dan mendekat pada Nevan.
Nevan menelan ludahnya kasar, memundurkan langkah kaku saat sang ayah semakin mendekat.
"Ngapain kamu di sini?"
Ayahnya tampak normal, seperti Nendra yang biasanya, tapi jujur, ada ketakutan yang sekarang Nevan rasakan. Perasaan nyaman saat bersama sang ayah kini luntur setengahnya, digantikan rasa menekan yang membuat punggungnya terasa seperti dilewati angin.
"A-ayah," gagap Nevan dengan suara yang nyaris tak keluar.
Menyadari keanehan Nevan, Nendra menaikan satu alisnya, cukup heran karena putranya itu betulan aneh sekarang. Menoleh ke samping, Nendra tersenyum kecil saat melihat apa yang tertera di layar ponsel Nevan yang tergeletak di atas meja kerjanya. Dia menghela napas, memutar kursi kerja hingga menghadap pada Nevan, lalu mendudukinya. "Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya.
Nevan tidak menjawab, bukannya tidak ingin, tapi lidahnya terasa kelu, sulit untuknya menjawab.
"Sepertinya informasi owner Seiren ada di Indonesia benar, ya? Kamu ketemu sama dia?" tanya Nendra. "Sepertinya iya. Sekarang apa yang mau kamu lakukan, Nevan?"
Di sisi tubuhnya, kedua tangan Nevan mengepal. Nendra tak memberikan penjelasan soal video itu, dia malah menyiratkan kalau apa yang Nevan takutkan betulan kenyataan. Menguatkan tekad, Nevan akhirnya membuka mulut dan bertanya, "Ayah... siapa?"
Senyuman terukir di bibir tipis Nendra, memandang Nevan dalam, pria rupawan itu menjawab, "Tentu saja ayah kamu, Nendra Abraham. Pengacara kondang suaminya Dewi Kecantikan Vellia. Ayah terbaik sepanjang masa dan bucinnya Vellia garis keras." Cengiran garing tanpa dosa mengakhiri kalimatnya.
"Huh..."
Nevan bernapas lega, ketegangannya seketika sirna saat mendengar kalimat itu dari ayahnya. Yah, ayahnya adalah ayahnya. Apa yang sebenarnya tadi Nevan pikirkan? Bisa saja, kan, video itu sengaja tak Nendra ungkap pada Nevan karena Adhisty adalah buronan. Ponsel juga, bisa saja ayahnya berhasil mempertahan ponsel dari begal. Nevan jadi merasa bersalah karena telah berpikiran yang tidak-tidak mengenai sang ayah.
"Yah, maaf aku udah masuk ke sini tanpa izin," ucap Nevan.
"Santai aja. Ini cuma gudang penyimpanan ayah," balas Nendra hangat.
Nevan yang asalnya mematung, melangkahkan kakinya menuju sofa yang tersedia, menjatuhkan diri di sana, dan bersandar dengan nyaman pada punggung sofa. "Video itu... ayah dapat darimana?" tanyanya. Kecurigaannya pada Nendra memang telah berakhir, tapi dia tetap saja penasaran.
Nendra memasang raut berpikir, dia seolah menerawang guna menjawab pertanyaan Nevan. Setelahnya dia meringis, menyipitkan mata, dan berkata, "Kayaknya Ayah dikirim sama seseorang."
"Seseorang?" beo Nevan yang diangguki Nendra.
"Ah, sekarang bukan waktunya, Van. Amory udah sembuh, kan, tolong bilangin sama dia dan Seiren kalau teman mereka dapat nilai paling rendah di ujian terakhir," papar Nendra.
•••
02.02.2023
Fyi, Nendra itu kerja di sebuah firma hukum milik seniornya di univ, jadi, itulah kenapa dia nyebut ruang kerja di rumahnya sebagai gudang penyimpanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret [COMPLETED]
Mystery / Thriller"Semuanya dimulai dengan malam, hujan, dan seragam." ACIN tidak pernah menyangka kalau mereka akan terlibat dengan sebuah kasus penculikan hingga bersinggungan dengan psikopat hanya karena menolong gadis yang tak sadarkan diri di tangga gedung apart...