2. Pembalasan

128 19 8
                                    

Sesampainya di kamarnya Gita, ia segera mengeluarkan puluhan foto yang dia tangkap pribadi dari ponselnya ke kasurnya.

Jika ditanya isinya apa. Tentu saja bukti perselingkuhan Lana dan Ardhan selama hampir satu tahun ini.

Gita menidurkan dirinya di kasur itu sembari merayap menggapai puluhan foto di bawah bantalnya dan mengingat kejadian pahit dahulu.

Setelah mengambil random beberapa foto yang ia taruh di sampingnya, ia terdiam melihat salah satu foto yang dia pegang.

Tepatnya berada di kampusnya. Tempatnya di kelas Ardhan, lelaki itu berusia lebih tua dua tahun di atasnya dan saat itu dia berada di semester lima, kejadian itu sekitar setahun yang lalu saat Gita mempergoki mereka dua kali. Ia meraba kertas itu yang menampilkan adegan ciuman Ardhan dengan Lana. Yang tidak ia duga saat datang ke tempat tersebut.

Matanya terasa berat. Gita menunduk sedih dan hampir menangis melihat kejadian yang tepat tak jauh dari tempat ia berdiri.

Ini sudah kedua kalinya Gita melihat kejadian ini. Saat seminggu yang lalu, ia melihat Ardhan memegang erat pinggang Lana. Lalu saat ini ... lelaki itu bahkan menciumnya. Lana juga tampak diam menikmatinya.

Ia benci kenyataan bahwa dia masih belum mengakui semua kejadian ini. Sedih dan takut yang bercampur aduk. Ia terdiam dengan dengan bukti yang berada di tangannya. Ia melihat dengan jelas Lana dipangkuan Ardhan. 

Dua Minggu yang lalu Ardhan berpacaran dengannya. Sekarang ia paham bahwa ucapan lelaki tidak pantas untuk dia telan dengan baik. Apalagi jika lelaki itu dekat dengan Lana, tipikal cewek perebut cowok orang.

Ia merasa sangat bodoh. Dia tidak tahu bahwa ternyata rumor buruk tentang Lana benar adanya. Ini membuatnya merasa benci terhadap perempuan itu.

Gita mengelus pipinya yang mengeluarkan air matanya. Dia tidak pantas menangisi kembali kisah lalunya. "Dulu emang gue sedih. Gue bahkan sedih dan binggung harus apa. Dulu teman gue cuma Lana. Satu-satunya yang gue pertahanin hingga akhirnya gue memberanikan diri ikut organisasi dan mencari teman baru." Gita mengumpulkan semua foto itu dengan rapih dan berjalan ke arah mejanya. Meja cokelat dengan beberapa bordir bunga dan tak lupa, sebuah tulisan tebal dari spidol yang di tempel di sebuah kertas HVS.

'H-2 untuk kemenangan.'

Gita tersenyum lebar tampak menakutkan dan tertawa terbahak-bahak. Suara itu menggelegar hingga penghujung rumahnya yang tidak ada siapapun. Ia tersenyum melupakan tangisannya yang ia alami dan menatap foto Lana yang tengah tersenyum.

Tukkk!!!

Ia menusuk foto itu dengan pulpen miliknya dengan kasar. Ia mulai berteriak frustasi hingga keringat mengalir menatap foto yang mulai rusak.

"Gue emang pendiam, tapi lo enggak bakal tahu apa yang bakal gue perbuat sama lo nanti, Lana. Tunggu semua kebencian itu dari semua orang. Seluruh orang, Lana."

Ting!!

Pesan itu berbunyi lagi dan terlihat dari penerbitan bahwa buku novel yang dia buat sudah dijual hari ini.

Siang ini. Gita akan menunggu semuanya.

Gita melihat buku novel berwarna merah di sampingnya dengan tersenyum menyeringai.

"Kena kau sialan!"

* * *

"Congrats buat buku baru lo. Gila sih laku banget loh!" Seru Hani, sahabat Gita. Kebetulan Gita bertemu dengan Hani setahun yang lalu tepatnya saat dia bergabung dengan organiasi karate. Gita senang mengingat Hani mempunyai pemikirannya sejalan dengannya apalagi tentang sesuatu yang berhubungan dengan buku novel. Mereka juga sering berkumpul dan berbincang bersama apalagi mereka satu kelas.

Back to LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang