18. Flashback

36 5 0
                                    

Lana masih terdiam memikirkan apa yang terjadi. Ia baru saja bertemu Hana saat ternyata dia mengajaknya untuk ke kampus bersama. Dia berbohong bahwa sedang tidak ada kelas sekarang, dia bahkan juga berbohong tidak menghubungi karena sibuk dengan pekerjaannya di rumah.

Dia berbohong atas segalanya yang tidak ketahui.

Ia yakini bahwa datangnya dia ke sini adalah sebuah karma. Ia ingat siapa nama Devan, Hana, dan juga Lana yang sangat membuatnya frustasi saat itu.

Dia tidak tahu kalau Lana ini adalah Lana yang sama-

-dengan pemeran yang ada di novel milik Gita.

"Sialan! Gita buat cerita tentang gue bahkan pakai nama gue sendiri!" Lana menggerutu dengan mulut terbuka tidak sadar melihat reaksi dari berbagai pembacanya yang menukik pada pemeran Lana.

Lana menoleh pada dirinya yang masih diam di kamar. Tiduran di kasur dengan bau busuk yang menyengat. Dia tidak peduli dan masih asyik menggulir cepat ponselnya. Masih tidak menyangka tentang apa yang Gita lakukan.

Gita menorehkan sakit yang nyata. Dia benci mengakuinya, tapi nyatanya Gita berhasil membuatnya tersiksa. Bahkan siksanya kini diterimanya oleh seluruh teman kampusnya.

Tentu saja dia sangat sakit akan hal itu.

"Seorang penggemarnya membuat thread! Gila! Bagaimana bisa mereka menemukan kebenaran itu?!" Lana ingin sekali membanting ponselnya melampiaskan amarahnya. Dia hancur. Masa depannya hancur dan semua itu karena Gita dan buku novel sialannya itu!

Gita mengibaratkan dirinya Hana di dalam cerita. Perempuan yang tersakiti hatinya karena pacarnya selingkuh dengan sahabatnya. Plot yang sangat berhasil sekali merendahkan orang lain dan menguburnya hidup hidup.

Tentu saja nama Kak Ardhan, yang menjelma menjadi Devan, Gita samarkan pasti karena cewek itu masih mencintai cowok itu. Ia pasti membalas dendam padanya.

Lana sibuk membaca ceritanya hingga membuatnya mulai frustasi hingga Ayahnya datang saat pulang dari pekerjaannya.

"Gita. Sorry ...." Lana akhirnya kembali mengingat nama itu. Nama yang dia lukai selama mereka berteman. Ia selalu menganggap Gita lebih rendah dari dirinya. Jika Gita lebih pintar, ia akan segera membuatnya jatuh dengan hal apapun yang dia lakukan. Jika Gita mempunyai orang yang dia sukai, ia selalu membuat lelaki itu benci padanya. Hingga akhir penyerangannya dengan perselingkuhannya dengan pacarnya, ia masih tidak sadar dan hal inilah yang terjadi.

Tuhan telah menjawab semua doa Gita selama ini.

Walaupun dia yakin semua berakhir buruk, Gita yang di penjara. Dia melakukan itu semua karena benci kepadanya.

"Gue masih ingat saat tabrakan itu. Dia melakukan itu karena marah sekali padanya. Gue selalu benci padanya dan ketika Gita benci, dia pasti tidak akan membiarkan itu terjadi." Lana terdiam sedih meneteskan air matanya. Kisah dengan Gita hanyalah kenangan pada akhirnya. Mereka tidak lagi berteman. Semua itu karena keegoisannya dulu.

"Bolehkah gue berharap untuk bisa berubah sekarang?" Lana tidak bisa kembali ke hidupnya. Dia tinggal di novel milik temannya itu.

Ini adalah tanggung jawabnya. Ia berharap Tuhan menebus dosanya. Dia akan menjadi baik saat ini ... hingga seumur hidup.

.

.

.

.

.

"Apa yang harus gue lakukan sekarang?" Lana berpikir sejenak sembari menunggu ruang tamu itu kering saat dia berhasil mengepelnya selama hampir setengah jam. Entah apa alasan Bella melakukan hal ini padanya. Dia seperti orang aneh, padahal lantai akan kering dengan sendiri. Dia bukan lap kering yang dibutuhkan di sini. Dia juga bukan penyihir yang bisa membuat lantai cepat kering.

Karena pekerjaan aneh yang harus dilakukannya ini, dia jadi bengong. Ia sudah menaruh pel yang dia pakai ke gudang. Karena gabutnya itu, ia jadi memikirkan kehidupan selanjutnya di sini.

Lana tidak bisa terkejut karena ia hidup kembali. Ia tidak lagi membahas bahwa dia terlahir dan hidup di sebuah buku. Dia hanya memikirkan tentang Gita, Ayahnya, bahkan semua orang yang selalu menjadi bahan kekesalannya.

Ia berharap bisa menebus dosanya walaupun sulit.

Lana berpikir untuk mencari ponselnya. Tentu saja sebenarnya dia sudah mencari ponselnya saat Hana berkata tidak bisa menghubunginya. Sebenarnya ke mana ponselnya itu?

Langkah kedua jika menemukan ponselnya, dia ingin segera kuliah. Ia akan sangat senang menjalaninya untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Sekarang ia butuh ponselnya untuk tahu segala hal di kampusnya bahkan letak kampusnya.

"Kalau gitu gue harus nyari ulang ponsel itu di kamar. Mungkin nanti ketemu." Lana segera pergi tentunya ke kamarnya saat lantai itu kering.

Tidak tahu saat seseorang-bahkan dua orang sedang mengikutinya dari belakang.

* * *

H

aloo👋👋👋

Sebelumnya sorry tentang ceritaku satu bab ku potong jadi 2 bagian begini🙃. Mwehehehe aku ada waktunya per hari nulisnya segitu alias dadakan nulisnya😅 maklum saja ya🤫

Ohh iya jangan lupa vote and comment🔥

Sampai jumpa besok🎉🎉🎉

23 Sept 2022

Back to LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang