"Thanks ya udah buat aku happy hari ini." Lana tersenyum merekah setibanya mereka di depan rumah. Lana bahkan memegang tangan Brandon mengelusnya pelan hingga mereka saling memejamkan mata hendak berciuman.
TOK!
TOK!
TOK!
Lana mengeluh sejenak hingga ketakutan saat melihat jika yang mengetuk jendela mobil itu Devan.
"LANA! GUE TAHU ITU LO! CEPAT BUKA PINTUNYA?!"
Sekarang bahkan sudah jam 11 malam, untuk apa Devan masih terbangun dan menghampirinya seperti ini.
"Itu Devan, bukan?" Brandon merasakan Lana memegang erat lengannya dengan gemetar. Ia yang tahu segera menjalankan mobil dengan kecepatan penuh meninggalkan seorang pria yang berteriak frustasi yang sejak tadi menendang ban mobilnya itu.
"Thanks. Sorry kamu yang enggak tahu apa-apa jadi keseret ke dalam masalah ini."
"Gapapa. Kamu milih enggak cerita sekarang juga gapapa kok. Aku tunggu, babe." Lana tersenyum tipis dan mengelus pelan tangan Brandon yang menggenggamnya daritadi.
"Aku bawa kamu ke rumahku ya. Tenang di rumahku kebetulan ada pembantu." Lana mengangguk paham karena Brandon pasti menghargainya dan takut jika memang hal tidak memungkinkan terjadi jika mereka hanya berdua saja. "Tenang aja, kamu aman sekarang."
Lana terdiam. Dia harus kuat! Dia enggak boleh lemah begini sampai-sampai Brandon khawatir dengannya melihat dirinya gemetar hebat karena Devan. Ia tidak mau seperti ini!
"Nanti aku cerita di rumahmu ya, aku bakal cerita keseluruhannya."
.
.
.
.
.
.
"Aku tidak ingin dianggap bodoh, bisa 'kan kamu cerita secara keseluruhan?" Anna yang mau mengantar Hana ke depan menunggu mobil jemputan milik Hana sontak terdiam melihat kelakuan Devan yang menendang-nendang mobil marah karena Lana tidak keluar dari sana. Hana tahu sekali itu mobil Brandon, ia bahkan sempat bertemu lelaki itu yang menanyakan beberapa hal tentang kesukaan Lana, salah satunya adalah ke taman bermain.
Anna sontak dengan cepat menjelaskan agar Hana tidak salah paham. "Maaf sebenernya hubungan kedekatan mereka dibelakang Kak Hana itu benar." Hana mendengus kesal setelahnya, "t-tapi ini tidak seperti yang dilihat oleh Kak Hana tadi. Tuan Devan adalah orang yang sangat buruk! Kak Lana sudah bedubah, Kak Lana takut karena Tuan Devan sering melakukan tindakan kekerasan. Dia bahkan pernah berkelahi dengan satpam dan pembantu di sini." Hana sadar bahwa memang Lana suka memperingatinya saat bertemu dengan Devan.
Mobil miliknya tak lama datang beserta supir yang mengendarainya. "Okee thanks." Hana berjalan menjauh dan melihat Devan dengan wajah frustasi mengabaikannya dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Sedikitnya dia akan mempercayai ucapan pembantu yang bernama Anna tadi, tapi ia harus mencari sesuatu.
Saat Hana sudah masuk dan menduduki kursi belakang mobil, kendaraan beroda empat itu pun mulai melaju jauh melesat cepat.
"Kamu cari data tentang Lana dan Devan, saya minta data itu siap besok."
"Baik, Nona."
Hana mulai muak dengan perilaku Lana selama ini. Perempuan itu selalu seenaknya, ia seharusnya membalas dendamkannya dengan menyebarkan semua berita ini ke teman-temannya yang pasti akan menyebar ke satu kampus.
Tapi kenapa ... kenapa rasanya sangat berat. Hana mendesah sedih, ia melihat bahwa beberapa bulan ini Lana berubah jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Dulu dia dekat dan selalu dimanfaatkan olehnya, tapi sekarang perempuan itu mendadak tidak terlalu dekat dengannya. Salah satu yang ia ketahui bahwa Lana sekarang bekerja keras dengan menjadi pembantu. Biasanya dia digaji buta tanpa bekerja, tapi ia jadi bekerja keras. Seakan dia sudah bertobat akan segala kelakuannya sejak dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Life
FantasiaBagaimana jika dirimu masuk ke dalam novel milik sahabatmu? Itulah yang terjadi pada Lana, mahasiswi hukum yang entah terkena keajaiban atau karma masuk ke dalam buku milik Gita, sahabatnya. Ia menjalani kehidupan keduanya dalam novel yang memang di...