Semua aman hingga keesokan harinya. Lana terbangun tepat saat jam menunjukkan pukul 7 pagi.
Entah kenapa dia jadi ingin mengetahui segala tentang kehidupan ini. Tentang kehidupan Lana yang ia gantikan ini. Ia merasa belum menemukan petunjuk apapun.
Ia bahkan tidak menemukan ponsel milik Lana sebelumnya. Dia yakin perempuan itu pasti mempunyai saat dia kemarin melihat pakaian serta aksesoris mewahnya. Yang ia tanyakan kenapa ponsel itu tidak ditemukan?
Ponsel dia taruh di mana sih! Kalau begini dia jadi tidak bisa menemukan petunjuk apapun!
Kalau bertanya tentang hidupnya ke orang lain ... apa dia tidak dianggap gila? Ohh tidak mungkin dia secara terang-terangan mempermalukan dirinya sendiri. Ia pasti akan ditertawai tanpa terkecuali oleh perempuan bernama Tina yang membuat ulah kemarin.
"Umurnya dia berapa?" Lana sibuk memikirkan bahwa tubuh yang dia tempati ini sangat tidak mungkin seorang murid sekolah. Ia tidak menemukan buku apapun. Hanya ada beberapa buku saja yang ada dan tas? Tas saja terlihat bukan seperti tas sekolah.
"Apa Lana di dunia ini udah kuliah?" Lana terdiam bingung sendiri. Tidak ada cara lain untuk menemukan siapa jati dirinya di dunia ini. Ia harus bertanya pada seseorang di sini. Lelaki kemaren pasti tahu segalanya karena dekat sekali padanya.
Lana tiba-tiba menjentikkan jarinya teringat sesuatu. "Apa gue keluar rumah aja? Kalau perkiraan gue tepat. Gue pasti masih bisa ketemu Ayah walau dalam keadaan wujud begini." Lana tersenyum memikirkannya dan segera bergerak mencari duit yang ada bisa ia temukan untuk kabur dari sini.
Ia tidak menemukan uang sepeserpun!
"Uang apa ini? Mainan?" Lana terkekeh melihat uang yang berwarna hijau lekat yang ditaruh di tumpukan baju. Ia segera melenggang pergi. Masa bodoh bahwa dia tidak punya uang. Uang mainan itu ia kembalikan kembali dan secepatnya berjalan pergi ke jalan belakang untuk segera kabur.
"Kalian tahu enggak? Si Lana buat onar banget pakai acara dorong gue segala tanpa kejelasan! Bahkan Tuan Devan sampai belain dia! Tuh orang jadi kayak anak emas banget enggak sih?" Lana mendengus kesal saat Tina membawakan gosip kepada ketiga pembantu yang sedang menyapu halaman belakang. Ia segera pergi bersembunyi agar tidak ketahuan oleh mereka.
"Dia emang dekat sama Devan karena Lana tinggal bareng dari kecil. Jadi ya emang tuh cewek suka banget jadi kayak penguasa. Baru kemaren gue liat dia beberes rumah. Biasanya ngeluh terus walaupun ya kemaren masih kayak sama aja." Lana mengembangkan senyuman saat seseorang menyadari suatu perbedaan bahwa emang Lana kemaren sore itu sudah digantikan oleh Lana yang lain.
"Ehh iya sih gue juga kaget. Dia mau aja disuruh nyuci piring bahkan hidangin makanan di meja makan. Kayak bukan seorang Lana banget. Semoga dia tobat biar enggak bikin kerja kita makin bertambah. Gue juga enggak mau dia nerima gaji disaat dia beberes rumah aja susah." Lana bisa lihat Tina dengan ekspresi marah seperti tidak menerima obrolan ini.
"Lo juga jangan lupa buat enggak males?! Mentang-mentang kemaren Lana kerja lo enak aja diem doang!"
Skakmat!
Lana tertawa melihat suasana menghibur dari acara 'mari mempermalukan Tina dengan kencang.'
"Sekarang gue mau pergi dulu pakai jalan lain!" Lana yang hendak berjalan lewat lorong lain melihat Bella dengan sapu ijuknya.
"Cepat sapu tanaman di halaman depan?! Cepat!!!"
Ohh tidak ... jangan lagi ....
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Life
FantasíaBagaimana jika dirimu masuk ke dalam novel milik sahabatmu? Itulah yang terjadi pada Lana, mahasiswi hukum yang entah terkena keajaiban atau karma masuk ke dalam buku milik Gita, sahabatnya. Ia menjalani kehidupan keduanya dalam novel yang memang di...