"Sial! Kapan kelarnya sih?!" Lana mencebik kesal memijat bagian lututnya yang mulai timbul sedikit ungu.
Hari sudah mulai sore, ia sudah mengerjakan banyak pekerjaan mulai dari menyapu halaman depan rumah, membersihkan kolam renang, mencuci piring, bahkan dia mengepel ruang tamu yang bahkan luasnya seperti rumah tipe 31. Dia sangat pegal sekali.
"Syukur kamu bisa ngerjain semua ini dengan baik. Ada sedikit perkembangan." Bella menilai piring itu bersih atau tidak dan ternyata bersih. Bella menatap perempuan itu yang masih memijat kakinya. Dia tentu saja mendengar pekikan kasar yang timbul dari mulutnya, tapi tentu saja ia tidak terlalu peduli. Yang terpenting jika hasil kerja Lana baik, dia tidak akan memarahinya. Mungkin dia akan menyuruh Lana untuk sering mencuci piring dibandingkan pekerjaan yang lain.
Bella berharap Lana merasa bangga dengan pujiannya, tapi tidak ada tanggapan bahkan dari mimik mukanya saja dia hanya datar saja. Tentu masih tetap memijat kakinya.
Tentu ia merasa Lana baru saja jatuh dari lantai 3. Bagaimana bisa anak ini berubah?
"Ohh iya, kamu enggak ngampus?" Sontak Lana menengok dan berpikir telah mengetahui sesuatu hal yang telah ia pikirkan selama ini.
"Lagi libur." Bella diam saja tak menanggapi dan segera pergi. Lana tentu saja mulai mengetahui bahwa Lana ini sama seperti dirinya dulu sebelum meninggal, sama-sama masih kuliah entah sudah semester berapa.
Lana segera berjalan pelan menahan sakit pada kakinya. Ia berharap segera sampai di kamarnya dan tertidur lelap.
"Ohh iya gue baru sadar kepengen tahu isi rumah." Lana membawa kakinya dengan sedikit pincang mulai mengintip bila melihat seseorang. Tidak ada. Ia aman ingin menyusuri rumah. Semoga saja dia tidak tersesat.
Ia baru tahu ruang makan dan ruang tamu. Itu pun karena dia sedang melakukan tugasnya sebagai pembantu. Saat dia selesai mengepel, dia harus berjalan putar balik menuju dapur di bagian belakang karena suruhan Bella bahwa pembantu tidak boleh berkeliling menjelajahi seisi rumah.
Konyol sekali, bahkan Tina saja yang malas-malasan didiamkan saja saat dia mulai berjalan masuk ke dalam rumah. Ia melihatnya saat mengepel lantai. Perempuan itu memeletkan lidahnya dan pergi. Lagaknya sudah seperti majikan, padahal dia bawahan sama seperti dirinya.
Dasar Bella pilih kasih!
Saat ia baru saja sampai di ruang tamu, ada Tina bersama majikan yang ia ketahui Ibu yang memujinya kemarin. Ia segera berlari dengan ringisannya yang selalu keluar untuk segera menjauh dari mereka.
Misi untuk menyusuri rumah hari ini gagal!
.
.
.
.
.
"Tina dipecat. Katanya dia hampir menjatuhkan tembikar dua ratus juta milik nyonya." Lana terkejut bukan main saat mendengar dari beberapa pembantu yang saling berbisik.
Gila saja! Apa yang Tina lakukan sangatlah gila?! Tentu saja Nyonya memecatnya!
"Seharusnya sih dia tidak usah kerja di sini." Lana memutar bola matanya malas. Tina itu sangat beban sekali.
"Apa lo ngejek gue hah?! Mentang-mentang dekat sama Devan lo bisa seenaknya ngejek gue!" Lana terdorong oleh tangan kasar Tina yang seenaknya menyentuhnya.
Kasar sekali! Padahal yang dia katakan itu kebenaran.
"Lo harusnya 'kan udah pergi. Ternyata belum pergi juga ya. Pintu belakang deket tuh di sana." Lana menunjuk pintu keluar, tapi Tina tak berkutik. Dia masih memandang dirinya dengan amarah.
"Dasar gila! Seenaknya aja lo mau usir gue?! Lo siapa hah?! Jangan bilang lo simpanan Devan?"
"Ada apa ini?" Lana yang ingin menampar muka Tina tertahan oleh seorang perempuan dengan dress pink selutut menghampiri mereka.
Tunggu, siapa dia?
"Lo udah dipecat 'kan dari kemaren? Bunda udah kasih tahu ke gue dan lo masih bisa di sini? Enggak punya malu, hah?!" Perempuan itu galak sekali membuat Tina tunduk dan segera membawa kopernya yang ternyata berada di depan kamarnya dan segera berlari pergi.
Wahhh keren sekali! Ia yakin perempuan ini salah satu orang kaya lainnya yang tinggal di rumah ini.
"Makasih ya udah nolongin." Lana tersenyum, tapi dibalas perempuan itu dengan tertawa kencang.
"Hehhh beneran? Ini Lana mau cosplay jadi pembantu gue?" Dia tertawa kencang lagi. Lana hanya seperti orang bodoh saja yang tidak tahu apa-apa.
Dia merangkul bahunya. "Santai aja. Kayak sama siapa. Kayaknya lo habis dimarahin Bella nih sampai sopan banget ke sahabat sendiri."
Ohh sahabat Lana. Berarti Lana punya dua sahabat, Devan dan perempuan ini. Ia belum tahu sih sahabatnya yang lain.
"Tahu aja," jawab Lana sekenanya karena tidak tahu mau ngomong apa.
"Hana. Dipanggil sama nyonya ke depan."
"Okee, ehh bentar ya nanti gue ngobrol sama lo lagi." Lana mengangguk saja tanpa suara dan melihat perempuan bernama Hana itu berjalan pergi.
Hana dan Devan ....
Tiba-tiba dia kepikiran. Kok namanya sama kayak pemeran novel milik Gita ya ....
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Life
FantasyBagaimana jika dirimu masuk ke dalam novel milik sahabatmu? Itulah yang terjadi pada Lana, mahasiswi hukum yang entah terkena keajaiban atau karma masuk ke dalam buku milik Gita, sahabatnya. Ia menjalani kehidupan keduanya dalam novel yang memang di...