15. New World

63 8 2
                                    

Lana sudah selesai mencuci piring bahkan menyapu halaman depan yang perlu waktu beberapa menit menuju ke tempat. Ia baru sadar bahwa rumah ini sangatlah megah dan luas. Ia bahkan kelelahan untuk berjalan dari tempat cuci piring yang ada di belakang menuju taman di depan rumah. Ia melewati area yang ditunjukkan wanita itu yang menyuruhnya untuk berjalan memutar lewat area luar rumah.

"Jangan lewat dalam rumah lagi! Lewat luar sana!" Lana tentu saja yang sebelumnya ingin bertanya perihal jalan namun ragu karena pasti dikira orang aneh, langsung mendapat jawaban tanpa usah ditanya. Untung saja Lana yang entah siapa hingga dia menggantikannya, sedikit bebal membuat dia tahu sedikit arahan.

Lana tak lama menyapu taman luas yang sebenarnya sudah agak bersih. Hanya karena daun berjatuhan yang mungkin terkena angin kencang dan jatuh. Ia segera menyapu setelah menemukan sapu ijuk dalam perjalanannya hingga segera menyapu halaman itu sekitar 10-15 menit.

"Tumben anak itu mau membersihkan rumah." Lana bisa mendengar sayup orang berbicara. Ternyata seorang lelaki berpakaian seperti seorang supir sedang berbicara dengan wanita galak itu lagi.

Sial! Sebenarnya ada apa sih? Kenapa dia bisa di sini?

Lana berusaha untuk tidak mengeluarkan kata kasar dalam setiap pekerjaannya. Ia tenang dan tampaknya ada yang memancingnya untuk mengeluarkan suara macan ganas. Ingin berteriak kerasa memaki namun, ia mengingat Ayahnya.

Dia ingin mencari Ayahnya dan mengatakan bahwa anaknya masih hidup. Ia bahkan bisa berjalan dengan kakinya yang baru ia sadari saat menyapu. Lalu ia ingin mengucapkan kata maaf pada Ayahnya.

Namun entahlah ... dia tidak tahu di mana sekarang? Tempatnya terasa asing namun bangunan bahkan dari segi bahasa masih seperti yang orang Indonesia katakan. Ia linglung dan ingin tidur sehabis ini. Ia masih hapal ke arah kamarnya yang berada di belakang rumah bahkan menempel diantara 3 kamar lain di sana, salah satunya pasti milik wanita galak itu.

"Sial! Sudah selesai juga!" Lana menghela napas dan segera berlari cepat saat tahu wanita dengan pakaian pembantu itu masih berada di sana mengobrol dengan supir itu. Ia harus menaruh alat perabotan itu dan segera masuk ke dalam kamar. Kalau perlu ia mengunci pintu agar tidak ada yang bisa memasuki kamar buluk ini.

"Arghhh menyebalkan sekali?! Di mana aku hingga bisa sampai di rumah mewah dengan menjadi pembantu?  Ini sangat melelahkan." Lana terduduk diam menyender di balik pintu. Ia bergerak perlahan mengikis jarak badannya dengan lantai kemudian menunduk sebagai jawaban. Ia masih bingung tentang kenyataan dia ada di sini.

Sebelum itu, dia mulai melangkah mencari kaca. Ia keluar kamar dan mencari kamar mandi dan mulai menemukannya hingga sejenak menutup mukanya terkejut dengan perubahan yang ia alami. Seluruh tubuhnya berubah. Dia kira tidak ada perubahan karena nama yang dipanggil sama, Lana. Nyatanya hanya namanya saja yang sama dengan dirinya, dia beda berbanding terbalik.

"Apa yang Tuhan inginkan padaku hingga aku begini?" Lana memegang mukanya dan merabanya bahkan mencubitnya hingga terasa sakit. "Aku benar hidup? Ini asli?" Lana berharap dirinya tidak terkejut. Ia hanya menahan diri saja entah karena apa. Ia merasa dia harus sedikit merubah dirinya.

"Ohh iya nanti aku sambung—" Lana segera menatap seorang perempuan muda yang dia kira seumuran dengannya tetapi, dia malah melangkah pergi layaknya orang ketakutan.

"Ada apa? Kenapa dia takut?" Lana mulai memikirkan segala hal bahkan disaat wanita galak itu membangunkannya dan memarahinya.

Bukan dia galak, tapi sepertinya Lana dalam hidupnya sebelum dia datang, sering berbuat ulah dan tidak punya sama sekali teman di sini.

Ia ditakuti.

"Ohhh ya ampun ...." Lana mendesah pelan menanggung sedikit beban yang ia rasakan. Sifat Lana di sini mirip dengannya, namun dia bukanlah orang yang dapat melakukan pertentangan di depan banyak orang dan seenaknya. Ia masih tidak paham bagaimana bisa seseorang melakukan hal ini.

"H-hey, kamu dipanggil." Setelah dia keluar dari kamar mandi, ternyata perempuan tadi berada di depan pintunya.

"Kamu menunggu di sini selama 5 menit?" Dia diam terkejut dan terbata-bata ingin mengatakan sesuatu membuat Lana menghentikan pemikirannya. "Oke oke. Aku dipanggil oleh siapa?"

"LANA! KENAPA KAU TIDAK DATANG HAH?!" Wanita tua itu kembali memarahinya yang bahkan dia tidak tahu apa-apa. "Saya sudah menunggu lama dan kau hanya diam saja di sini?"

Lana merasakan sedikit amarah menimpanya. Ini bukan salahnya dan perempuan bodoh itu yang bahkan tidak memanggilnya. Ohh sial! Bagaimana menjelaskannya?

"Dia baru saja mengucapkannya. Aku bahkan baru tahu." Lana berusaha menenangkan diri dan menjelaskan dengan pelan dan terarah.

"Sudahlah jangan berbohong, cepat ikut saya!" Lana berusaha untuk tidak marah sekarang. Ohhh ... dasar!

"Kau tidak mau ikut?"

"Iya iya. Aku tahu! Manusia hanya memiliki dua kaki!" Lana menggerutu dan menyusulnya.

Wanita galak itu menatapnya dengan pandangan jijik. Khas sekali bahkan dengan banyak jerawat yang dimilikinya dan tubuhnya yang ia kira sekitar 150 cm membuat dia terlihat menciut di hadapannya. Ia hanya sedikit naif saja. Ya hanya sedikit ....

"Kukira kau sudah berubah. Ternyata sama saja."

Terserah kau saja. Aku tidak peduli!

* * *

18 Sept 2022

Back to LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang