6. Pemukulan

74 12 2
                                    

"Kenapa lorong terlihat ramai sekali?" Dosen muda yang mengajarnya merasa sangat kesal. Padahal pintu sudah ditutup rapat, namun karena dipasang jendela di dekat lorong tanpa ada korden membuat banyak pasang mata melihat kelas ini.

Semua pasang mata di sini melihat Lana. Ia yang menjadi pusat perhatian bahkan tidak tahu apapun. Bahkan teman dekatnya yang duduk di sampingnya juga ikut menjauhinya.

Ada apa ini? Dia punya dosa apa?!

Seharusnya dia tidak masuk ke kampus jika memang seperti ini, tapi apa salah dia?! Kenapa tidak ada yang mau memberitahu?

"Ckckck, waktu 10 menit saya sia-sia karena ini." Sang dosen segera pergi keluar kelas dan membuka pintunya dengan tergesa-gesa. "Panggil bapak kalau mau nilai kalian aman." Dia menutup pintu kencang dan pergi dari sana. Lana tentu ketakutan. Ia mengira dosen itu ingin membubarkan kerumunan di luar, tapi dosen itu malah pergi meninggalkan beberapa bukunya di sana.

"Anjir dosennya kabur!"

"Kalau gini, mending lo sekarang pergi. Tau diri 'kan lo?" Lana ketakutan saat seorang lelaki menghampirinya dengan pandangan suram. "Dasar penggoda! Jijik gue liatnya! Lo mending pergi atau gue usir! Jijik gue liat pelakor ada di sini." Lana ketakutan dan terkejut setengah mati.

Apa? Bagaimana bisa?!

"Gila gila gila! Kemaren malem masih sempet loh mereka gandengan tangan nonton ke bioskop. Ihhhh jijik banget yang udah ngerebut pacar sahabatnya sendiri. Dasar enggak punya malu?!" Perempuan yang disebelahnya segera mendorong Lana dari kursinya hingga dia jatuh.

Semua teman sekelasnya bahkan mahasiswa lain yang melihatnya di luar kelas segera berteriak kencang membuatnya malu setengah mati.

Gila! Dia ketahuan!

"Please, gue enggak tahu apa-apa! Bukan gue pelakunya?!"

"Gila jangan bela orang munafik kayak dia!" Lelaki itu kembali memaki Lana. Ia mendengus kesal apalagi mengingat dia pernah menolak laki-laki itu.

Sial?! Dia balas dendam?!

"Benar tuh! Kita juga udah bukan temen dia lagi. Gue jijik banget takut pacar gue diambil. Ohhhh apa jangan-jangan seminggu yang lalu lo minta nomer pacar gue buat lo godain?" Perempuan itu melotot dan segera mengambil ponsel Lana yang jatuh di dekatnya dan segera mencekik leher Lana karena ponselnya di sandi menggunakan sidik jari.

Tika, perempuan itu dengan ganas membuka ponsel itu saat bahkan Lana sedang mencari napas karena dicekik kencang.

"Hehhh gila dia kemaren bahkan godain pacar gue! Dia juga godain 3 orang cowok lainnya!" Tika langsung memukul Lana dengan kencang dan suara mendukung dari teman kelas lainnya seakan membuat Lana ingin memakinya.

"Anjir lo bisa diem enggak?!" Tika ingin menginjak muka Lana yang berada di bawah segera pergi menghindar dan mendorong gadis itu hingga terjatuh menabrak kursi. Ia pontang panting segera mengambil tas dan ponselnya keluar kelas. Bodoh amat dengan buku dan pulpennya. Sekarang dia harus selamat.

"Hayoo lo mau lari ke mana, hah?! Tanggung jawab anjir Gita nangis karena kelakuan lo!" Mereka segera menghadang dan serta merta mulai menjambak rambut Lana hingga perih kesakitan. Rambut panjangnya terasa rontok karena itu.

Berbagai ujian Lana dia hadapi saat seseorang bahkan menggeretnya ke dalam kamar mandi. Mereka yang merupakan teman sekelas Gita segera mengguyur perempuan itu dengan ember berisi lap pel. Lana menahan amarah, tapi tak bisa melawan karena badannya yang sakit semua.

"Ini gue wakilin dari Gita yang pasti enggak bakal bisa lakuin ini karena lo temannya. Duhh cantik banget sihh pantes nih ketemu sama Kak Ardhan lo itu." Mereka berlima tertawa pelan dan Lana segera kabur saat mencari celah sempit untuk bergerak bebas menjauh dari mereka keluar dari toilet wanita.

Back to LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang