22. Kuliah

23 5 0
                                    

2000 kata lagi gaess🤭

Semoga tidak bosan ....

Jangan lupa vote and coment yaww🔥

* * *

Lana segera bersiap-siap setelah berterima kasih kepada Anna yang telah membantu membereskan pekerjaannya. Perempuan itu mengatakan dia ingin sekedar membantu Lana saja.

Tentunya Lana tidak tahu apa maksudnya. Ia masih memikirkan foto yang dia lihat di ponsel itu.

Ternyata muka nenek itu mirip dengan neneknya yang dulu sangat menyayanginya. Saat Ayahnya bekerja dulu, ia selalu bersama dengan neneknya. Neneknya selalu sabar dengan tingkah lakunya. Dia selalu membelikan makanan untuknya. Dia tidak pernah lupa mendongengkannya setiap malam.

Ternyata dirinya yang ter-isekai di sini membuat entah bagaimana luka lama mulai hadir kembali. Seakan menampar kenyataannya. Tuhan menguji dirinya di sini. Ia mengalami kehilangan lebih pahit.

Kehilangan ketika kau sadar bahwa orang itu tidak akan pernah bisa ia raih lagi. Sudah tidak bisa ia genggam dengan sempurna. Hanya menyisahkan keheningan pilu. Seakan tombak menancap tepat berada di depan dadanya.

Lana menghentikan kesedihannya dan melihat jam dinding miliknya yang menunjukkan hampir pukul 1 siang. Ia harus segera berangkat karena tepat 20 menit lagi mata kuliah akan segera dimulai.

Lana keluar dari kamar dan segera pamit pergi kepada Anna yang lewat dihadapannya sedang membaca buku. Ia merasa kasihan karena perempuan itu tidak bersekolah. Itu ia ketahui saat pulang dari makam karena Anna tidak berangkat sekolah karena tidak adanya biaya.

Cerita itu sangatlah menyedihkan.

Tidak sadar ia telah sampai di luar rumah dan melihat Devan yang berada di depan rumah.

Kenapa dia ada di sana?

Lelaki itu melihatnya dan menyunggingkan senyuman miringnya.

Ohh tidak ... ingatkanlah dirinya bahwa lelaki itu adalah salah satu orang yang bisa membuatnya bunuh diri di dalam novel ini.

Baik! Dia tidak perlu tergoda olehnya.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Gue denger lo habis nangis. Ada apa?" Lana terdiam tidak menjawab pertanyaan dari Devan.

Sungguh! Dia bisa ikut naik mobil bersama Devan karena terpaksa! Ia tidak tahu jalan dan saat inilah yang paling tepat untuk mengetahui arah jalanan yang ia lewati.

"Masih diem aja. Kenapa? Ngambek?" Lana diam saja sembari melihat ruko yang berderet dan nama jalan yang terlihat. Ia mempunyai ingatan yang sangat baik. Itu menguntungkannya untuk berangkat dan pulang sampai dengan sempurna karena keahliannya ini.

"Diamlah! Gue sibuk!" Lana menggerutu. Sifat cueknya kembali lagi karena seseorang mengganggunya.

Walaupun dia tampan. Lana sedang tidak peduli.

Lana terdiam saat Devan memberhentikan mobilnya. Entah kenapa Lana merasa bodoh baru mengingat kejadian Devan yang menggedor pintunya dengan kencang beberapa hari yang lalu.

"Harusnya gue yang marah enggak sih? Lo malah sebut Hana di acara kemaren?"

Hah apa?

"Lah, dia 'kan pacar elu, gimana sih?"

Back to LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang