Seductive Body 1

20K 1.5K 53
                                    

Bora = salju, kepintaran dan kecerdasan.

***

Bunyi ketukan heels menggema di lobi sebuah hotel berbintang. Semua mata menatapnya dengan penuh perhatian. Apalagi pandangan para pria yang seolah tengah menelanjanginya. Sedangkan tatapan para wanita terpancar penuh iri. Beberapa orang berdiri sejajar dan menunduk hormat padanya.

"Bu, saya minta maaf atas kelalaiannya. Saya akan pecat--"

Bora, wanita 30 tahun itu mengangkat tangan tanda ia tidak ingin mendengar lanjutan kalimat pria di depannya.

"Di mana dia? Saya ingin bertemu langsung," tanya Bora.

"Di kamar 2022, Bu, saya akan antar Ibu ke sana," jawab pria itu.

Bora menggeleng, "saya akan ke sana sendiri. Kamu pastikan hal ini tidak bocor ke tamu lain. Semua orang harus nyaman berada di sini."

Pria itu mengangguk dan membiarkan saja Bora berlalu memasuki lift. Bora menghela napas dan melemaskan pundaknya. Menjadi wanita bertopeng dengan berpura-pura tegas selama hampir 5 tahun ini ternyata cukup sulit dan menguras tenaganya. Bora rindu keseharian yang tidak dibebankan apa-apa.

"Kamu harus kuat, Bora! Sedikit lagi. Kamu pasti bisa," gumam Bora mensugestikan dirinya.

Dentingan lift bersamaan pintu yang terbuka membuat Bora kembali menegakkan tubuhnya. Ia melangkah dengan anggun sambil menenteng tas mahal di tangannya. Bora mendekati kamar 2022 dengan perasaan campur aduk.

Pintu kamar yang sedikit terbuka membuat Bora mengulurkan tangan untuk mendorongnya. Ia masuk bersamaan dengan menunduknya seorang lelaki muda. Kedua tangan lelaki itu saling bertautan dan bergetar. Ia tahu bosnya bukanlah tipe pemaaf. Dan ia sudah melakukan kesalahan fatal kali ini.

"Kamu bisa keluar," suruh Bora pada pegawainya.

Dengan patuh lelaki itu keluar meninggalkan Bora bersama dengan seorang pria di dalam sana. Ia menutup pintu dan berlalu dengan tergesa. Ia yakin pasti akan dipecat nantinya.

Bora menatap punggung seorang pria yang tidak mengenakan atasan apa pun. Bora mendekati sehelai kemeja yang teronggok di lantai tak jauh dari pria tersebut. Bora mengambilnya dan tersenyum miring saat tahu harga untuk kemeja itu cukup mahal.

"Selamat malam, Pak Bryan, saya selaku pemilik hotel sangat menyayangkan kelalaian pegawai saya. Untuk--"

Bora berhenti bicara saat pria itu berbalik. Di dalam hati Bora bersorak senang karena akhirnya pria itu berbalik menatapnya. Bora menundukkan sedikit kepalanya sehingga pria itu tidak melihat langsung wajah cantiknya.

"Saya tidak percaya hotel ternama seperti ini malah mempekerjakan orang ceroboh seperti--"

Bora mengangkat pandangan sehingga matanya dan mata Bryan bertemu. Bryan tersentak dan membeku. Berbeda dengan Bora yang memberikan senyuman lembut di bibirnya.

"Sebagai permintaan maaf saya atas hal tersebut, Bapak akan mendapatkan full service selama menginap di sini tanpa membayar sepersen pun. Saya harap Bapak tidak keberatan dan tidak memperpanjang masalah ini," mohon Bora dengan senyum yang tetap bertahan di bibir merahnya.

Bryan menelan ludah. Ia melangkah mendekati Bora, lalu mengulurkan tangan untuk sekadar menyentuh lengan wanita itu. Belum sempat bersentuhan, Bora lebih dulu mundur selangkah sehingga tangan Bryan hanya tergantung di udara.

Bryan menghela napas pelan, "oke," katanya.

Bora menundukkan kepala, "terima kasih. Saya akan utus beberapa pegawai saya untuk membersihkan kekacauan ini. Kalau begitu saya undur diri. Selamat beristi--"

SHORT STORY NEWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang