[10] Aku Cantik?

60 12 1
                                    

Sabar yaa ...
Semakin banyak sabar.
Kamu akan semakin cantik :)
-Giandra Kamelia-
☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀☀

Vote! Vote! Vote!

Happy Reading
🌻🌻🌻

"Irene ..."
"buka pintunya sayang."
"Umi mau bicara sama kamu."

Terdengar suara Farida dari luar kamar, sambil mengetuk pintu.

Irene yang masih kecewa oleh kedua orang tuanya, hanya bisa menangis. Tak membiarkan siapa pun masuk menemuinya.

Irene sudah berbicara berkali-kali, bahwa dirinya tidak ingin menikah diusia muda. Namun ternyata, kedua orang tuanya malah bersekongkol untuk membohonginya.

"Maaf Umi ... Tapi Irene kecewa dengan Umi," tuturnya lembut sambil sesegukkan.

"Nak, maafkan umi."
"Tapi semuanya adalah yang terbaik untuk kamu."

"Bagus orangnya soleh nak."
"Dia bisa bimbing kamu ke syurganya Allah SWT."

Farida ikut menangis, karena sang anak tidak juga membukakan pintu untuknya.

Tak habis pikir dengan apa yang diucapkan ibunya. Irene malah semakin menangis, mengacak-ngacak selimut yang ada di kasurnya.

"Kenapa dalam masalah ini, umi membawa-bawa tentang syurga?"

"Apakah syurga hanya bisa Irene dapat, jika Irene menikah dengan Bagus?" ujarnya dengan sedikit berteriak.

Irene berjalan dengan sangat emosi, membuka pintu itu. Dia menatap Farida dari jauh, menghindar ketika Farida ingin menyentuh tangannya.

"Umi ... k-kenapa umi jahat sama Irene?"

"Kenapa Umi bohongi Irene?"
"Irene pulang ... karena Irene rindu sama Abi dan Umi."
"Apakah yang terpenting bagi Umi ... hanyalah melihat Irene menikah?"

Kali ini suara Irene sudah terdengar serak, karena dirinya benar-benar terluka.

"Apa kebahagiaan Irene tidak lagi penting untuk umi?"

"Apa umi bisa menjamin bahwa Irene akan bahagia setelah menikah?!"

Farida semakin menangis, kehabisan kata-kata.

Mendengar percekcokan antara anak dan istrinya. Bahrudin menghampiri keduanya, bahkan dia menampar Irene karena berhasil membuat Farida menangis.

Plaak!

Tamparan keras itu bukan hanya membuat Irene terkejut, Farida pun ikut terkejut dan langsung memeluk suaminya agar tidak terbawa emosi.

"Jadi ini, yang kamu pelajari di kampus?!"
"Kamu sudah berani meninggikan suara kepada umi?!"

"Kamu mau jadi anak durhaka?!" Bahrudin berteriak dihadapan Irene, meskipun Irene sedang menangis memegang pipinya yang sakit.

"Kamu mau jadi anak durhaka?!" Bahrudin berteriak dihadapan Irene, meskipun Irene sedang menangis memegang pipinya yang sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kisah Giandra [IU] On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang