[18] Awal Sebuah Luka

64 8 1
                                    

Apakah setelah ini
duniaku akan hancur?

-Irene Syabela-
☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️☁️

Jangan lupa vote!

Happy Reading
🌻🌻🌻

Di kamar kos bernuansa cream terdapat Irene yang sedang duduk di kursi favoritnya, dengan setengah gelas susu yang berada di atas meja.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wajah Irene terlihat kusut setelah mengangkat telepon video dari ibunya.

Meskipun dirinya sudah mendapatkan uang kiriman, tetapi rupanya sang Ayah masih memendam amarah karena kejadian berapa minggu yang lalu.

Irene masih saja teringat, bagaimana Abinya menjauh saat kamera handphone itu didekatkan ke arahnya oleh Uminya.

Hal tersebut sungguh melukai hati Irene, karena sebenarnya dia begitu rindu dengan kedua orang tuanya.

Bahkan perkataan Abinya terdengar jelas di telinga Irene meski beliau berbicara dari jarak yang lumayan jauh.

Abinya berkata, "Untuk apa aku berbicara dengannya. Aku tidak punya anak pembangkang seperti dia."

Mengingat perkataan itu, Irene menjadi frustasi. Hatinya begitu sakit.
Apakah dia harus mengorbankan kebahagiaannya demi kebahagiaan orangtuanya?

Di kesendirian ini Irene hanya bisa melamun. Menaikkan kedua kakinya lalu dipeluk.

Pikirannya sungguh rumit.
Semua terlihat jelas dari matanya.

Entah mengapa, tiba-tiba saja meja yang ada dihadapannya tersenggol hingga membuat gelas susu itu terjatuh ke lantai.

Mau tak mau, Irene langsung turun dari kursi untuk membersihkan serpihan kaca itu.

"Aw," rintih Irene karena rupanya pecahan gelas itu melukai jari telunjuknya hingga mengeluarkan sedikit darah.

Melihat darahnya yang ada di jarinya itu, membuat air mata irene mengalir dari kelopak matanya.

Dia mencoba menyeka air mata itu dengan lengan bajunya, lalu membersihkan darah yang ada di jarinya dengan tisu yang ada di atas meja.

Lagi-lagi hal yang tidak diduga terjadi pada Irene.

Ketika dirinya berdiri untuk mengambil sapu, tiba-tiba saja roknya terinjak oleh kaki dan membuatnya tersungkur ke lantai, hingga lagi lagi pecahan kaca itu melukai dirinya. Telapak tangannya tersobek cukup lebar hingga membuatnya terluka dengan darah yang begitu banyak.

Dia merintih kesakitan dengan ekspresi marah.

Sadar akan kesialan yang terjadi pada dirinya, Irene dengan posisi kaki menjongkok, langsung mendorong meja yang ada didekatnya hingga meja itu roboh.

Kisah Giandra [IU] On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang