[25] Menghilang

41 7 1
                                    

Aku lelah ...
Semuanya terasa sangat kacau.
Bolehkah ... aku menghilang saja?
-Giandra Kamelia-

⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅⛅

Happy Reading
🌤️🌤️🌤️

Satria baru saja memberikan barang-barang milik Giandra dan Giandra pun sudah pergi meninggalkan rumah sakit selepas dia mengganti pakaiannya.

Entah bagaimana, Giandra lebih memilih untuk kembali memakai pakaiannya yang kemarin, daripada memakai gamis dan hijab.

Dia merasa tak pantas memakai gamis tersebut. Perkataan Fattah berhasil membuatnya terluka dan merasa sangat buruk.

Satria masih berdiri mematung, pandangannya lurus ke depan. Menatap kosong, padahal Giandra sudah tidak ada lagi di hadapannya.

"Hmmm," helaan nafas Satria terdengar kasar. Dia merasakan ada banyak beban yang ada di hati dan pikirannya.

Satria berbalik badan, mendengar larian dari sahabatnya yang ada di belakangnya.

"Sat, Giandra kemana?" tanya Fahmi yang lebih dulu sampai.

"Iya .... Giandra kemana?"
"Kenapa barang-barang dia kamu bawa?" sambung Yoga.

Yeri yang baru saja sampai paling akhir, mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Dia lelah sekali berlari. Apalagi untuk menandingi kecepatan kaki Yoga dan Fahmi yang jenjang.

"Sat ..."
"Satriaa ..." gumamnya sambil membungkukkan tubuh.

Ketiganya sedikit tersenyum, melihat tingkah Yeri yang kelelahan, bahkan Yeri terlihat lucu dengan wajah memerah.

Satria menunggu apa yang Yeri ingin katakan. Namun ketika Yeri melihat ke wajah Fahmi dan Yoga, dia menjadi kesal.
"Kalian ini yaa!"
"Kenapa larinya cepat sekali!?"
"Aku capek tauu ... Mengejarnya," Yeri protes.

Yoga terkekeh, "Hahah."
"Bukan kita yang larinya cepat, Yer. Tapi langkah kamu yang keciiiil."

Fahmi mengangguk sambil tersenyum, "Aku sudah memperlambat larianku. Tapi tetap saja, kamu tertinggal."

"Ishh, dasar ya kalian!"
"Tidak setia kawan!" Ketus Yeri, sambil bercanda. Dia memasang wajah kesal, padahal sebenarnya tidak.

"Satria ... Di mana Giandra?"
"Dia sudah pulang?" tanya Yeri.

Satria mengangguk dengan wajah kusut. Dia sulit sekali menutupi perasaannya yang kacau.

"Loh, kenapa dia pulang duluan?"
"Dia lagi ada masalah ya?" Yeri menatap ke Satria untuk mendapatkan jawaban, namun Satria terlihat kikuk. Dia bingung harus berkata apa. "Tadi .... Kenapa Giandra menangis? Dia sedih, karena melihat keadaan Irene?"

Yoga yang merasa heran melihat tingkah Satria yang diam saja, dia menepuk pundak Satria,
"Sat ... Satria?"
"Kamu melamun?"

"T-tidak kok."
"Saya tidak melamun."
"Hanya saja .... Kepala saya terasa sedikit sakit," Satria membuat alasan sambil memegang kepalanya sebentar.

Fahmi yang peka akan hal aneh dari gelagat Satria, dia ikut berbicara, "Sat ... Kalau ada apa-apa cerita dong sama kami. Kami khawatir sama Giandra."
"Kenapa dengan Giandra?"
"Kenapa dia nangis?"
"Dia ada masalah sama kamu, atau sama siapa?"

Yeri dan Yoga mengangguk setuju dengan perkataan Fahmi. Mereka menatap Satria, berharap Satria akan menjelaskan semuanya.

Satria yang merasa tidak enak dengan ketiga temannya itu, dia menghela nafas sangat dalam lalu terdiam sejenak. Dia terdiam, memikirkan apa yang akan dia katakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kisah Giandra [IU] On Going Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang