4. Love Language

212 43 44
                                    

"Dari mana?"

Kali ini Namjoon bertanya lebih dahulu, tidak mau ceroboh lagi seperti kemarin hari. Khawatir membuat malu diri sendiri di hadapan Liany. Walaupun ia sempat mengintip dari balkon kamar bahwa Liany pulang diantar seorang pria, Namjoon akan tetap mendengar penjelasan dari gadis itu dulu.

Sebagai orang yang baru saja ditanyai oleh si pemilik rumah, Liany berhenti melangkah dan akan menjawab pertanyaan dari Namjoon.

"Aku pergi mencari buku, minta ditemani Jungkook karena belum terlalu mengenal jalan." Liany menunduk, takut sekali apabila sampai dimarahkan Namjoon. Padahal pria di depannya tidak seperti itu, tidak suka memarahi wanita. Namjoon hanya bertanya pada Liany dengan lembut sekali. Lagi-lagi Namjoon memperhatikan gerak-gerik Liany seperti sedang panik, kedua tangannya terlihat bertaut dan gemetar, sementara dahinya ditumbuhi bulir-bulir keringat.

Ngomong-ngomong, Jungkook itu hanya teman sekelas di kampus, tidak ada hubungan lebih.

"Liany, tidak apa-apa. Aku tidak memarahimu."

Perlahan gadis itu mendongak dan menatap mata pria di depannya. Matanya sudah tampak berkaca-kaca, bahkan jantung juga bagaikan ingin meledak di tempat.

"Hei, maafkan aku. Aku membuatmu takut?"

Namjoon berusaha memberikan ketenangan dengan cara; membawa rambut tergerai Liany melingkari telinganya. Mengusap pelan kedua pipi pualam itu. Terakhir, Namjoon berusaha merengkuh tubuh mungil itu untuk masuk ke dalam dekapannya. Dadanya bisa merasakan jantung Liany yang berdetak kencang sekali.

"Liany baik-baik saja? Apa yang terjadi padamu Liany, kumohon katakan sesuatu."

"Aku baik-baik saja." Liany mendorong pelan bahu Namjoon untuk memisahkan diri. Kendati masih bertanya-tanya, pria itu membiarkan Liany masuk ke dalam kamar.

Ya ampun, Namjoon sungguh mau gila rasanya. Lagi-lagi ia dibiarkan dengan beribu pertanyaan yang muncul di kepala. Ia sungguh sangat penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada hidup Liany. Ia yakin, telah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam hidup gadis malang itu, benaknya mengatakan begitu. Tetapi, tak mungkin ia memaksa sang gadis untuk membongkar ingatannya. Liany harus dibuat nyaman dan merasa terlindungi terlebih dahulu, maka dengan sendirinya semua pasti akan terkuak.

Beberapa waktu kemudian, Liany keluar kamar dengan handuk kecil masih membungkus kepalanya. Namjoon yang duduk di meja kerja memperhatikan, ia sudah merencanakan hal apa yang harus dilakukan bersama Liany malam ini.

Pria Go itu dengan cepat menyusun list, kegiatan apa saja yang akan ia lakukan bersama Liany setelah berada di apartemen. Sekarang ia punya teman, ada banyak hal yang ingin dilakukannya. Tujuan utama; agar Liany terus merasa aman dengan dirinya. Namjoon benar-benar ingin membantu hidup Liany jika memang telah terjadi hal yang tidak beres.

Selain perasaan iba, kedatangan Liany di kediamannya telah memberikan warna walaupun gadis itu kebanyakan diam. Tak salah 'kan, jika Namjoon membantu ke sesama manusia?

Sebelum malam semakin larut, pria Go berniat untuk mengajak Liany menonton movie, tapi tampaknya gadis itu sedang ingin belajar. Liany sudah mengeluarkan beberapa alat tulis di meja depan televisi, duduk di karpet sebagai alasnya. Semua pergerakan Liany tak lari dari pandangan Namjoon yang duduk tak jauh darinya.

Pria itu berniat untuk bergabung, ingin membantu apa yang tidak dimengerti oleh Liany.

"Sedang belajar ya?" Namjoon mendekat dan duduk di samping Liany.

"Iya kak, bukunya sudah dibeli dan harus dipelajari."

Namjoon tersenyum mendengarnya, Liany sangat manis saat berbicara dengan nyaman begitu pada Namjoon.

NEOPHYTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang