17. Stuck with you

198 22 71
                                    

Tiga hari kemudian semua berjalan seperti biasa nya, kembali pada aktivitas nya masing-masing. Hani dan Sera sudah kembali pulang ke rumah masing-masing setelah memastikan Liany baik-baik saja bersama Namjoon. Pria Kim itu pun juga sudah bekerja ke kantor seperti biasa, begitu juga dengan Liany, ia sudah lumayan sehat untuk bisa mengikuti kelas nya. Ya, walaupun ruam merah di beberapa bagian tubuhnya belum benar-benar hilang.

Hari ini Liany ada kerja kelompok di rumah Jungkook bersama beberapa teman yang lain. Akan tetapi karena hari sudah semakin sore, mereka sudah berpamit ria pada Jungkook si pemilik rumah untuk pulang. Sekarang tinggal Liany yang menunggu jemputan di depan pagar rumah sambil di temani oleh Jungkook.

"Sebenarnya aku agak meragukan kalau kak Namjoon itu adalah kakak mu, wajah kalian sama sekali tidak mirip." Ucap Jungkook yang sedari tadi banyak bertanya.

"Jung, kak Namjoon itu bukan kakak kandung ku asal kau mau tau."

"Haa? Jahat sekali kau tidak mau mengakui kak Namjoon sebagai kakak kandung mu.. astaga Liany..Liany.."

"Argh, gila kau !" Terserah saja sih kalau Jungkook tidak percaya apa kata diri nya, yang penting Liany sudah berusaha untuk jujur pada pria kelinci itu.

Lalu mereka terbahak bersama, untungnya Jungkook pun tidak melanjutkan pertanyaan-pertanyaan konyol lagi, karena klakson mobil sudah menghentikan tawa mereka.
Arti nya Namjoon sudah datang, setelah berpamitan pada Jungkook ia masuk ke dalam mobil.

"Kenapa lama sekali kak?" Tanya Liany, tadi itu serius Namjoon menjemput nya lumayan lama. Padahal dari kantor ke rumah Jungkook jarak nya dekat sekali.

Namjoon tersenyum lembut sembari mencolek hidung kekasihnya menggunakan telunjuknya.
"Maaf ya sayang, tadi itu kakak sekalian beli salep untuk kulit mu yang belum sembuh, mana harus mengantri pula."

Liany ber-oh ria. Mengangguk beberapa kali tanda mengerti. "Terimakasih kak.."

"Ei, sama sama cintaku. Mau makan malam di luar atau di rumah?"

"Di luar saja kak, biar tidak capek memasak lagi."

Hal itu segera di turuti Namjoon. Ia sedang merasa bahagia sekali. Sekarang, hal sekecil apa pun akan Namjoon tanya dan meminta pendapat dahulu pada Liany, dia jadi lebih terbuka. Kemarin sudah membahas perihal alasan mengapa Liany begitu marah pada Namjoon terakhir kali. Semua di jelaskan oleh Liany apa isi hati nya dan apa mau nya. Namjoon mengerti, ternyata selama ini ia tidak pernah bertanya apa pendapat gadis nya setiap ia melakukan sesuatu. Ia hanya berpikir 'Liany pasti akan mengerti.'

Sedangkan kalau Liany, bergerak sedikit saja itu harus berada dalam jangkauan mata nya, terlalu menganggap Liany sebagai anak kecil. Dan lagi, yang Liany tidak bisa tahan saat Namjoon membawa wanita ke dalam apartemen nya di depan kedua mata Liany. Kendati Namjoon sudah menjelaskan kalau dia dan Alice itu hanya rekan kerja untuk project milik Seokjin saja, namun Liany hanya lah seorang perempuan yang tidak bisa menyimpan rasa cemburu nya dengan baik.

****

Sudah makan, sudah pulang, sudah mandi, Liany saat ini tengah duduk di sofa sembari memasukkan marshmellow pemberian Seokjin ke dalam mulutnya. Iya, kemarin Seokjin menjenguk Liany dengan membawa banyak bungkusan marshmellow.

Sedangkan Namjoon saat ini sedang membuat teh di dapur untuk dirinya sendiri, soalnya Liany tadi menolak saat di tawarkan.

"Liany, salep nya di pakai !" Namjoon agak mengeraskan suara nya dari dapur, dengan maksud agar Liany mendengar ucapan nya.

"Iya kak!" Balas Liany.

Setelah menyelesaikan kegiatan mereka masing-masing, kini kedua nya ada di atas sofa, dengan Liany yang membaringkan kepala nya di atas paha Namjoon. Selama itu tidak ada percakapan yang timbul di antara mereka, sepasang itu hanya diam tenang namun menikmati kebersamaan saat ini. Begini lah yang Namjoon inginkan.
Tangan nya sibuk sedari tadi memberi usapan menenangkan di rambut legam milik gadis nya.
Sungguh, kenapa ia bisa sangat jatuh cinta pada Liany. Dalam benak nya, kalau saja waktu itu Liany akan tetap memilih keluar dari apartemen ini, akankah ia baik-baik saja? Apakah dia bisa menjalani hari seperti sebelum ada Liany?
Sangat tidak bisa di bayangkan oleh Namjoon.

Liany memandang cincin pemberian dari Namjoon, lalu tersenyum. Pria bermata sipit itu juga ikut tersenyum saat mengikuti arah pandang gadis nya. "Kak, nanti kalau kita menikah mau punya anak berapa?"

"Kalau soal anak kakak serahkan pada Liany saja, mau nya berapa, mau punya anak atau tidak."

"Kalau menurut kakak, mau nya berapa anak?"

"Menurut kakak, bagaimana kalau dua belas?"

Mendengar hal itu Liany membola kan kedua mata nya, lalu mereka mengudarakan tawa yang begitu keras sampai perut terasa sakit.

"Jangan gila dong kak, ada-ada saja si Namjoon ini." Ujar Liany.

"Aah, maaf maaf." Namjoon berucap dengan sisa-sisa tawa nya. Ia bahkan juga tidak pernah membayangkan kalau anak nya benar ada sampai dua belas. Tadi itu ia hanya asal berucap saja.

"Kalau dicicil dari sekarang mau tidak Liany?"

"Tidak mau."

Namjoon semakin gencar menggoda gadis nya, "Ayoo dong sayang, yukk ke kamar yukk."

"Toloonnggg! Ada pedofill!" Teriak Liany tidak mau kalah, kalau Namjoon saja bisa menggoda nya maka ia juga akan mengerjai pria itu. Namjoon bahkan sampai panik, menutup mulut gadis nya dengan telapak tangan nya.

"Huss, jangan begitu.. Nanti di dengar tetangga sebelah bagaimana." Ucap Namjoon panik tapi masih dengan senyum yang menahan tawa nya.

Kemudian mereka hening lagi..
Tenggelam dalam isi pikiran masing-masing.
Sebetulnya Namjoon sudah lama ingin sekali mengajak Liany ke suatu tempat. Tapi masih belum tau waktu yang tepat, dan bagaimana cara mengajak yang baik agar tidak menyinggung perasaan sang terkasih. Dan menurut nya kali ini hal itu tidak bisa di tunda-tunda lagi.

Maka Namjoon memberanikan diri untuk mengajak Liany sekarang juga.

"Liany. Besok.. Kita ke psikiater yaa. Kakak hanya ingin tau perkembangan kesehatan mental mu." Ajak Namjoon dengan sangat hati-hati. Ia meremas jemari gadis nya sangkin takut Liany tersinggung.

Namun tidak di sangka Liany mengangguk dengan senyuman indah terbit di wajah nya. Namjoon langsung merengkuh tubuh mungil itu masuk ke dalam dekapannya. Memberi kecupan berkali-kali di pipi sang gadis.

"Terimakasih sudah mengkhawatirkanku kak.."

Baru di sadari oleh Namjoon kalau Liany ini suka sekali mengucapkan kata maaf dan terimakasih dalam hal sekecil apapun. Pasal nya, Liany itu sedikit-sedikit langsung mengucapkan terimakasih. Tidak apa sih, hanya lucu saja di pendengaran Namjoon. Menggemaskan sekali.

Selang beberapa waktu kemudian, Namjoon menyadari Liany sudah tertidur lebih dulu di sofa saat ia asik berbalas pesan pada Seokjin. Karena sudah merasa hawa dingin semakin menusuk kulit, maka mau tidak mau Namjoon menggendong tubuh Liany untuk masuk ke kamar.

Ia letakkan hati-hati tubuh ringkih itu dan ia kecup sekali lagi dahi gadis nya sebelum ia berbalik ingin melangkah keluar. Tetapi lengan Liany menarik ujung baju Namjoon, mencegah pria itu untuk melanjutkan langkah nya.

"Kak, disini saja." Pinta Liany dengan tatapan sayu karena rasa kantuk yang mendominasi.

Namjoon sedikit menggaruk pipi untuk berpikir sejenak.
"Kalau kakak disini kita tidak akan jadi tidur nanti."

"Tapi aku ingin dipeluk kakak.."



****



Sangat boyfriendable sekali yaa bestieee, makin cintak aku jadi nya💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sangat boyfriendable sekali yaa bestieee, makin cintak aku jadi nya💜

NEOPHYTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang