Liany terjaga saat waktu menunjukkan pukul dua dini hari, dengan susah payah ia menahan rasa sakit di kepalanya. Teringat akan diri nya yang sudah ikut bersama teman nya, menenggak minuman yang sangat ia hindari semasa hidup nya. Ia sangat benci sekali minuman beralkohol, karena efek dari minuman itu di tubuh nya sangat tidak bisa menyatu, mengakibatkan sakit perut yang membuat lambung nya sangat tidak nyaman dan sakit kepala yang lumayan berat. Namun siapa sangka kalau opsi ini menjadi pilihan terakhir yang berhasil di lakukan nya.
Netra nya mendapati Namjoon duduk di depan meja belajar, sedang mengerjakan sesuatu di laptopnya. Membuat hati nya bertanya-tanya, sudah dini hari mengapa belum tidur juga ? Punggung pria itu sangat ingin sekali ia rengkuh, akan tetapi ketika Liany mengingat sikap pria itu akhir-akhir ini, ia menjadi kesal kembali.
Liany bergerak karena ingin minum, lalu bersandar di kepala ranjang. Pergerakan itu menyadarkan Namjoon dan ia perlahan mendekati sang tercinta. Membantu nya untuk meletakkan minum yang sedari tadi gadis nya pegang.
Kedua mata pria itu bergerak gelisah ketika melihat gadis nya sama sekali tidak mau menatap nya."Liany.."
Gadis berbola mata coklat itu tampak diam tidak menyahut, tapi masih tetap menunggu lanjutan kalimat dari lawan bicara nya.
"Pasti aku sudah membuatmu kesal, mau memaafkan ku?"
Masih diam, enggan membuka suara.
"Aku tau kau sedang marah denganku, tapi bisakah dirimu tidak membuatku khawatir seperti ini? Tidak pulang terlambat dan pergi ke tempat-tempat dimana orang-orang dewasa berada."
Gadis ini sudah merasakan tensi nya lebih dulu melambung tinggi, ia tidak bisa ya terima dengan penuturan kekasih nya yang selalu memganggap dirinya sebagai anak kecil dan di atur-atur, sedangkan Namjoon bebas jika ingin melakukan apa pun tanpa izin dari nya. Apakah kehadiran nya disini tidak di hargai? Apakah Namjoon hanya menganggap Liany sebagai anak kecil yang bisa di bodoh-bodohi?
"Kau pikir aku anak kecil? Berhenti mengatur-ngatur ku, Namjoon. Bahkan kau saja tidak pernah mendengar pendapat apa pun dariku ketika mau melakukan sesuatu."
Hati Namjoon terluka, entah mengapa perasaannya sakit ketika Liany mengucapkan kalimat dingin pada nya, di tambah tidak memanggil nya dengan embel-embel kakak."
"Jadi kau ingin aku bagaimana Liany? Membebaskan mu dan membiarkan mu berkeliaran begitu saja?"
Oh begitu rupanya. Berkeliaran ya. Memang nya Liany gadis seperti apa bagi Namjoon? Memang nya selama ini Liany menunjukkan pribadi gadis seperti itu? Hal ini membuat tekad nya menjadi bulat untuk mencari tempat tinggal untuk diri nya sendiri.
Pria Kim itu masih belum menyadari kesalahannya, ia hanya menatap gadis nya dengan rasa penuh kebingungan."Mulai besok aku akan mencari tempat tinggal lain untuk diriku sendiri."
"Tidak. Tidak ada. Hal itu tidak ada di dalam kamus ku Liany."
Kalau Namjoon saja tidak mau kalah, Liany juga akan tetap kekeuh mempertahankan pendirian nya. Kali ini ia tidak boleh kalah.
"Ini bukan tentang boleh atau tidak. Ini adalah tentang, tolong hargai keputusanku." Ucap Liany dingin dan menekan kan kata di akhir kalimat nya.
"Pokok nya tidak boleh tinggal sendiri." Namjoon juga berhak untuk mempertahankan pendapatnya karena suatu alasan.
Namun, emosi Liany membuncah tiap kali Namjoon melarang nya ini dan itu. Diri nya tidak tahan dan tidak mau dengar pendapat Namjoon kali ini. Keberanian yang entah dari mana datang nya, tiba-tiba saja Liany cepat bangkit dari ranjang, setengah berlari menuju pintu kamar. Ya, memang tujuan utama nya keluar dari apartemen, tidak peduli sudah se-dini apa malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEOPHYTE
RomanceSELESAI, 3 NOVEMBER 2022 Meski di tengah kehidupannya yang monoton dan itu-itu saja, seorang Kim Namjoon tidak pernah bosan menjalani hari-hari. Sampai ketika warna itu datang menghampiri hidupnya yang sangat abu-abu. Warna yang setiap kali menginja...