9. Shy Liany part II

186 33 30
                                    

Dua orang pemuda tampan bermarga Kim sedang berada di teras rumah, kini saling meminta pendapat untuk urusan keluarga masing-masing. Kalau Seokjin mengadu tentang Ibu nya yang sering menghabiskan uang untuk barang-barang tidak berguna, lain hal nya dengan Namjoon. Ia menceritakan kalau sudah tiga hari belakangan ini Liany tampak seperti menghindarinya. Lebih banyak menghabiskan waktu di kamar, bahkan Namjoon tidak boleh masuk ke kamarnya. Sudah tiga hari belakangan ini, Liany juga di antar dan di jemput oleh temannya, lelaki pula.

Namjoon jadi berpikir, apa Liany jatuh cinta dengan pria lain ?
Mau tidak mau Namjoon tidak akan bisa membiarkan hal itu terus berulang. Memang nya apa sih kesalahan yang sudah Namjoon perbuat sehingga Liany tidak mau berdekatan dengannya. Seokjin dengan gamblang bertanya kapan terakhir mereka berinteraksi, ya pada akhirnya Namjoon bercerita terakhir mereka berinteraksi itu ketika mereka melakukan kegiatan panas. Kemudian esok harinya Namjoon langsung di suguhkan oleh sifat diam nya Liany yang kembali ke permukaan.

Tertawa lah seorang Kim Seokjin mendengar penjelasan dari sahabat karibnya tersebut, kemana Namjoon yang memiliki IQ tinggi, giliran memecahkan masalah ini dia terlihat kebingungan sekali.

"Hoi Namjoon, kau gila? Gadis mana yang tidak takut jika kau cepat sekali untuk mengajaknya foreplay, seharusnya kau pelan-pelan saja. Tidak usah takut, dia tak akan pergi kemana pun, percaya padaku."

Namjoon diam sejenak memikirkan penjelasan yang dikeluarkan oleh Seokjin.
"Jadi maksudmu dia mendiamkanku karena merasa takut? Karena sudah melakukan itu?"

"Maybe.. kita tidak tau apa isi otak wanita. Kau tau, wanita selalu berpikir menggunakan hati, beda dengan pria yang menggunakan logika." Ucap Seokjin sambil menenggak kembali soda yang berada di tangannya.



****



Di sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Namjoon kembali dibuat berpikir keras oleh pendapat Seokjin tadi. Kalau saja benar Liany takut dengannya, berarti ia tidak bisa menjaga Liany. Pikirannya kacau dan mudah kalut jika menyangkut tentang gadis nya. Ia tidak bisa membiarkan Liany begitu saja membencinya, hati nya akan galau. Sudah terlanjur jatuh cinta soalnya.

Ketika sampai di depan gedung apartemen, penglihatan nya melihat ke arah pemuda yang seingatnya pernah mengantar Liany pulang, pemuda itu sedang bersandar disamping pintu mobilnya.

Karena merasa ada yang memperhatikan, pemuda itu menoleh ke arah Namjoon yang sudah menatap nya dengan tatapan garang. Ternyata kakak Liany, mau tidak mau dia harus menunjukkan rasa hormat.

"Halo, kak. Aku sedang menunggu Liany." Pemuda itu membungkukkan badan dan tersenyum manis.
Senyum terkonyol sebumi yang pernah Namjoon lihat, dan itu hanya menurutnya saja sih.

'Heh, aku tidak bertanya padamu.' Sinis Namjoon dalam hati. Ia tidak menghiraukan dan memilih melangkah masuk. Akan tetapi dari dalam gedung netra nya mendapat kan presensi Liany yang sudah rapi, ia menghentikan langkah.

"Jimiinnn! Oh, ada kakak juga. Kebetulan sekali, aku izin sebentar pergi dengan Jimin ya kak."

Oh jadi ini si Jimin Jimin itu. Yang sudah berani menjemput dan mengantar kekasih Namjoon, dan sekarang malah mau mengajak kekasihnya berjalan-jalan? Apa si Jimin ini tidak lihat hari sudah menggelap. Naik pitam sudah Namjoon dibuat bocah-bocah kecil yang berada di depannya, mana tampak akrab sekali pula.

"Tidak boleh!" Suara Namjoon membuat keduanya menoleh.
Lalu mereka bertiga diam dengan raut yang berbeda, Namjoon masih mempertahankan wajah garangnya, Jimin dengan wajah canggungnya, dan Liany dengan wajah terkejutnya.

"Kak, hanya s-"

"Tidak boleh Liany, masuk! Tidak ada yang mengizinkan mu pergi saat ini." Ucap Namjoon mutlak, ucapan itu di tuju untuk satu-satunya gadis yang berada disana. Tapi wajah datar nan dingin hanya di torehkan pada Jimin saja.

NEOPHYTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang