13. I miss you so

226 25 43
                                    

"Kakak cepat pulang."

"Urusan nya cepat selesai, jadi cepat pulang."

Entah ada angin apa sampai Namjoon dan Liany di landa kecanggungan seperti ini. Setelah beberapa waktu terlewati semenjak kepulangan Namjoon, mereka berdua duduk diam di lantai. Sepasang netra masing-masing meliar kesana kemari, tidak fokus ke satu objek saja. Kalimat ucapan di atas adalah kalimat satu-satunya yang mereka keluarkan sejak memasuki apartemen.

Namjoon juga bukan nya mandi atau sekedar menaruh koper ke kamar, ia malah betah bercanggung ria bersama Liany yang tengah duduk bersila di samping nya. Sedangkan Liany, otak nya jauh menerawang menebak-nebak apa isi koper tersebut. Apa Namjoon ingat atau malah lupa dengan oleh-oleh yang akan di bawakan untuk nya?

Dering ponsel Namjoon membuat keduanya terhenyak dari pikiran mereka masing-masing. Ada tertulis nama Ibu di layar ponsel Namjoon, segera pria Kim itu menjawab panggilan dari Ibu nya.

"Iya bu, kenapa?"

(...)

"Ada.. Liany bersamaku sekarang. Okee."

Namjoon memberikan ponselnya pada Liany, ia menjelaskan saat ini Ibu nya sedang ingin berbicara dengan sang gadis. Ada pesan dari orang tua Liany yang harus di sampaikan.
Selama Ibu dan Liany sedang berbicara lewat panggilan, Namjoon izin untuk pergi ke kamar.

"Halo bibi, ada apa?"

"Sebenarnya bibi hanya ingin menyampaikan sedikit hal pada Liany, Mama titip salam kepadamu lewat bibi, ia meminta tolong karena sungguh tidak ada waktu untuk menghubungi mu, ia sangat fokus dengan usaha yang di jalani nya agar ekonomi kalian berjalan dengan normal kembali."

"Iya bibi, tidak masalah asalkan Mama sehat terus."

"Liany disana juga baik kan? Apapun yang Liany butuhkan tolong jangan sungkan untuk mengatakannya pada Namjoon, walaupun kelakuannya agak aneh bibi yakin Namjoon itu anak yang baik."

"Kak Namjoon sangat baik padaku bi, kakak mengurus ku dengan sangat sangat baik."

Ketika mengatakan itu, Liany tidak tau ada sepasang telinga yang sedang menguping pembicaraan mereka. Namjoon dibuat tersenyum di balik pintu kamar yang terbuka sedikit, padahal posisi sedang mengganti baju, bisa-bisanya ia mengambil kesempatan itu untuk mendengar percakapan mereka. Tidak lama kemudian pintu di ketuk, pertanda Liany sudah selesai berbicara pada Ibu nya dan berniat untuk mengembalikan ponsel miliknya.

Liany menaruh ponsel di atas nakas sekaligus mengucapkan terimakasih, ingin nya sih langsung keluar dari kamar saja kalau saat ini Namjoon tidak menahan lengan nya. "Tidak rindu dengan kakak ya?"

Liany mendadak bingung dengan pertanyaan sang pria. "Rindu kok, tadi kan sudah peluk saat di luar."

"Tapi bukan ingin peluk yang seperti itu Li-yaa."
Agaknya Namjoon jadi kesal dan misuh-misuh sendiri, Liany sama sekali tidak peka. Padahal Namjoon sudah membayangkan mereka akan berpelukan mesra saat ini. Namun, ekspetasi memang tidak selalu seindah itu.

"Jadi yang bagaimana kak Joon?"

Namjoon sebal, ia lebih memilih untuk heboh mencari-cari kegiatan sendiri, mengeluarkan isi koper lalu di susun rapi di lemari tanpa menghiraukan Liany yang masih bertanya-tanya. Ini Namjoon sungguhan sedang merajuk ya? Ia sungguh tidak menggubris Liany yang mengikuti langkahnya sejak tadi.
Kali ini Namjoon berbaring di ranjang dan memunggungi Liany. Hal itu tentu saja membuat Liany menjadi menghela nafas berat. Apa sih yang salah dengan dirinya? Mengapa tidak diberi tau saja dimana letak salahnya, sudah seperti wanita saja.Tapi mau bagaimana pun Liany akan tetap membujuk Namjoon dahulu.

NEOPHYTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang