⚘ Eps 18 ⸻ Semua Tak Lagi Sama

1K 131 5
                                    

________________________________________

𝚂𝚎𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖𝚗𝚢𝚊:

"Cukup sampai di sini. Hubungan kita berakhir. Jangan temui aku lagi." Final Jisung. Keputusan telah Jisung ambil. Dia akan pergi. Meninggalkan Sungchan yang sudah menyakiti baik hati dan raganya. Jisung berbalik dan melangkah pergi untuk masuk ke gedung. Bel masuk sebentar lagi akan berbunyi dan Jisung tidak mau terlambat.

Persetan dengan Sungchan yang belum mengiyakan ucapannya. Jisung ingin putus. Jisung ingin berhenti.

Dan Sungchan berdiri di sana. Memendam rasa emosi yang begitu bergejolak memenuhi rongga dadanya. Kedua tangannya mengepal dan bergetar hingga buku jarinya memutih. Tatapannya begitu tajam menatap lurus kearah dimana Jisung pergi. Rahangnya mengeras dan giginya bergemeletuk.

"Jeno.... Dia benar benar harus dilenyapkan."

。☆✼★━━━━━━━━━━━━★✼☆。
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

_____________________________________
Eps 18 ┊ 𝓢𝓮𝓶𝓾𝓪 𝓣𝓪𝓴 𝓛𝓪𝓰𝓲 𝓢𝓪𝓶𝓪
_____________________________________

Kalian tahu Parthenon di Yunani sana? Puing kuil itu sangat megah. Dan kalian harus tahu jika di atas langit sana ada yang lebih megah lagi. Itulah Olympus. Tempat berkumpulnya para dewa dewi Olympia. Bangunan dengan pilar pilar raksasa berwarna putih bersih. Dengan beberapa dekorasi emas yang membuatnya tampak lebih bersinar. Di dalam bangunan itu, di bagian tengah, terdapat sebuah ruangan yang begitu luas dengan deretan singasana beragam bentuk yang berjejer membentuk huruf U. Dan di pusat ruangan itu terdapat replika dunia yang dewa dewi gunakan untuk mengawasi dunia atas tempat manusia tinggal.

Hera menjadi satu satunya yang ada di ruangan saat itu. Dia tengah duduk di singasana miliknya. Sebuah singasana dengan bagian atas berbentuk setengah lingkaran dengan ornamen menyerupai ekor burung merak, terbuat dari marmer yang putih cemerlang. Beberapa detail emas menghiasi beberapa bagian singasana yang berukiran burung merak dan bunga teratai. Letak singasananya sendiri berada di bagian tengah dari formasi singasana itu, tepat di samping singasana sang suami—Zeus. Hera dalam wujud dewinya, duduk santai dengan kaki kanannya  ditumpangkan di atas kaki kirinya. Mata biru cemerlangnya menatap lurus pada sosok yang berjalan memasuki ruangan. Seorang wanita dengan pakaian jirah perang. Berambut coklat terang, di kepalanya terdapat helm perang yang dibiarkan terletak di atas kepalanya tanpa dipasangkan dengan benar. Dia memakai gaun yunani yang pendek sepanjang lututnya. Namun dada dan perutnya tertutupi armor perang berlapis emas. Di kakinya yang jenjang dia memakai sepatu khas yunani kuno yang terlapisi emas. Di tangan kirinya ada sebuah perisai bundar berukiran kepala medusa di permukaannnya—perisai Aegis. Dan di tangan kanannya dia menggenggam erat sebuah tombak yang panjangnya setinggi tubuhnya. Manik kelabunya tampak berkilat sebentar saat dia melihat Hera duduk di singasananya.

"Akhirnya kau datang juga, Athena. Ada yang harus kita bicarakan." Hera angkat bicara. Wanita berzirah yang baru datang tersebut berhenti berjalan tak jauh di depan singasana milik Hera. "Sepertinya kau sudah tahu alasan kenapa aku memintamu untuk menemuiku."

Athena dalam wujud dewata nya tidak merespon. Dia ingat betul Ares sudah memperingatkannya, jika dia akan menghadap Hera karena kejadian kemarin. Tapi Athena tak menyangka akan secepat ini. Di benaknya dia menduga duga sekiranya apa yang akan Hera lakukan atau hukuman apa yang akan Athena terima.

"Padahal aku sempat berpikir akan meminta bantuanmu untuk menemukan anak itu. Nyatanya justru dirimulah yang menyembunyikannya selama ini. Ku pikir kau di pihakku, Athena." Lanjut Hera. Tatapannya menajam. Dia menatap lurus ke arah kedua bola mata kelabu milik Athena.

Romance and Curse (NoSung/JenSung)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang