Cameron = cerdas
***
Mempunyai orangtua yang hidup mumpuni sejak masih berada di pabriknya membuat Cameron menjadi laki-laki yang hidup dengan harta berlimpah. Ia serba berkecukupan. Ia juga tumbuh dalam keluarga yang penuh cinta meskipun ibu dan ayahnya disatukan oleh perjodohan. Yang Cameron ingat, tidak ada pilihan di keluarganya untuk menentukan pasangan. Yang harus mereka lakukan hanyalah membuka hati dan menerima pasangan dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Cameron yakin, kalau tidak semua perjodohan itu buruk. Contohnya sudah banyak di keluarganya. Tidak ada pernikahan yang berawal dari sebuah perjodohan yang berakhir di persidangan. Orangtua Cameron apalagi. Keduanya hidup bagaikan 2 manusia yang tidak akan pernah terpisahkan.
Berbicara soal pasangan, Cameron sudah ditetapkan mempunyai calon istri sejak ia masih duduk di sekolah menengah atas. Cameron yang sejak dulu sudah dibekali ilmu tentang ajaran keluarganya yang tidak bisa ditentang hanya bisa menerima. Apalagi saat itu ia memang tidak sedang tertarik dengan siapa pun. Jadi, lebih memudahkan untuknya menerima gadis mana saja yang dijodohkan dengannya. Dan kini adalah tahun ke-4 Cameron resmi bertunangan dengan gadis itu.
"Lo ngerti gue risih gak sih?!" seru seorang gadis sambil menatap tajam pada lawan bicaranya.
Cameron yang saat itu baru saja menuruni undakan tangga dari lantai 2 di mana kelasnya berada seketika menoleh dan menatap dua pasang manusia di depannya.
Kening Cameron berkerut melihat gadis yang tadi berseru. Wajahnya tidak asing. Sedangkan lelaki di depannya jelas saja Cameron kenali. Sahabatnya yang terkenal playboy seantaro kampus.
"Lo balik?" tanya Cameron.
"Duluan aja. Gue masih ada urusan," jawab sahabat Cameron itu.
Gadis bersamanya menoleh dan menatap Cameron cukup lama sebelum laki-laki itu benar-benar menghilang sepenuhnya.
"Lo naksir sahabat gue? Jangan mimpi, dia udah punya tunangan," kekeh laki-laki yang menjadi sahabat Cameron.
Gadis di depannya sontak mengernyit. "Tunangan? Masih semester 3 udah punya tunangan?" tanya gadis itu seolah tidak percaya.
"Udah 4 tahun malahan. Bentar lagi sih mereka bakalan nikah," jelas laki-laki itu lagi.
Chandie, gadis yang baru memasuki awal perkuliahan itu seketika penasaran dengan lelaki tersebut. Ia juga penasaran dengan gadis yang menjadi tunangannya. Jika laki-laki itu saja tampannya sangat tidak nyata, pastilah pasangannya juga gadis yang cantik jelita.
"Anak kampus sini juga ceweknya?" tanya Chandie.
"Gak. Ceweknya kuliah di Singapur. Balik pas libur semester doang. Eron yang sering ngunjungi. Kadang seminggu bisa 3 kali bolak-balik."
Chandie tercengang. Secinta itukah lelaki bernama Cameron tersebut pada tunangannya? Seketika jiwa nakal Chandie bergejolak. Ia tertantang ingin membuat Cameron luluh padanya dan berpaling dari tunangannya.
"Lo ngapain masih di sini? Sana balik!" usir Chandie pada laki-laki di depannya.
"Bagi gue nomor kakak lo dulu makanya. Baru gue pergi," balas lelaki itu dengan senyuman lebar.
Di tempat lain, Cameron mengernyit mendapati notifikasi dari sang kekasih. Bukan pesan yang dikirim gadis itu. Tapi notifikasi sosial medianya yang memang Cameron aktifkan agar tahu gadis itu memposting apa saja dan ia tidak ketinggalan melihatnya.
Cameron membukanya dan semakin mengernyit saat melihat unggahan tunangannya. Di Bandar, lalu di dalam pesawat. Mau ke mana gadis itu? Tidak biasanya Cameron diabaikan. Biasanya ia selalu menjadi orang nomor satu yang tahu gadisnya akan ke mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHORT STORY NEW
Romance[MATURE 21+] Semua cerita hanyalah karangan penulis saja. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat atau kejadian, itu hanyalah ketidaksengajaan. Harap bijak dalam memilih bacaan sesuai usia. Follow dulu jika ingin mendapatkan notifikasi update. Start, 0...