4

1.5K 98 0
                                    

Jay menghampiri suara tersebut dia tidak tahu jika itu Jungwon yang sedang berusaha berdiri tetapi lututnya sakit, sebab lututnya menjadi yang pertama menyanggah badannya.

"U ok?" Ucap Jay sambil menoel Jungwon dengan ujung sepatunya,
Mendengar hal itu Jungwon membulatkan matanya, seolah tahu siapa pemilik suara tersebut dia berusaha berdiri walaupun kakinya terkilir

"Si brengsek!!??"

Nada bicara Jay langsung berubah saat mengetahui orang tersebut adalah Jungwon.

Jungwon tidak menggubris Jay dengan menahan rasa sakit dikakinya dia memunguti kembali sampah-sampah yang sebelumnya berserakan.

"Dasar penguntit!"

Jungwon benar-benar tidak ingin berkelahi sekarang, selain karena lututnya sakit, hatinya juga demikian

"hanya kebetulan, pulanglah aku muak melihatmu disini"
Setelah membuang sampahnya dia berniat pergi tanpa menghiraukan Jay, dia berjalan tertatih-tatih karena lututnya masih sangat sakit.

Setelah mengatakan itu Jungwon memasuki apartemem, sedangkan Jay masih mematung.

"Dasar anak aneh!!"

Jay menggaruk kepalanya, dia merasa canggung kalau saja Jungwon melihat Yuna nyium pipinya.

"Aishhhhh"

...

Sementara itu Jungwon berjalan lesu memasuki kamar apartemen. Bayangan tadi tetap tercetak jelas di otaknya.

Jungwon tahu dia bukan apa-apa, dia sadar terlalu banyak membuat masalah karena hanya butuh perhatian orang lain, dia menginginkan perasaan itu, perasaan ketika orang lain menganggapmu sangat berharga.

"Bedebah, apa yang kamu harapkan, kamu anak sial, pembawa sial!!"

Jungwon memukul-mukul dadanya sesak, sepertinya didunia ini tidak ada yang benar-benar menganggapnya ada.

Flash back on
Seorang bocah laki-laki berwajah bulat, matanya sangat berkilau, dengan warna merah alami di kedua pipinya. Anak itu ditinggalkan begitu saja di pinggir jalan, tangan mungilnya berusaha meraih sudut baju seseorang yang beranjak makin menjauh darinya.

Saat salju pertama turun, bocah itu ditakdirkan sendiri.

saat matanya akan tertutup, seseorang memeluknya, lalu membawanya pergi, yah dia Jungwon, hari itu tuhan memberikannya kesempatan untuk hidup.

Flash back off

...

Seperti biasa sepulang sekolah Jungwon selalu mengambil pekerjaan paruh waktu, entah menjaga super market atau mengantar pesanan ayam. Di sekolah tadi dia tidak melihat batang hidung rivalnya, karena sekarang Jay sibuk untuk persiapan turnamennya.

"Jungwon kamu antar ini, di pusat pelatihan olahraga!" Kata bibi sembari menyerahkan 3 kotak ayam yang sudah dikemas.

Jungwon merasa tidak siap ke tempat pusat pelatihan olahraga, dia tau disana pasti ada Jay dan kemungkinan besar salah satu orang di tim basket yang memesan ayam.

"Kenapa mukamu jelek begitu? Ayo cepat!!"
Ujar bibi

"Aaa..h baik bi, maaf"
Setelah mengatakan itu Jungwon menyalakan motor pengantar ayamnya lalu menuju ke pusat pelatihan olahraga..

Di pusat pelatihan terlihat sepi, mengingat tempat pelatihan ini hanya digunakan oleh atlit-atlit hebat, tetapi Jay dengan mudah bisa membawa semua tim basketnya latihan di tempat se bagus itu.

Jungwon sedikit merasa memaklumi alasan kenapa Namjoon-ssaem menghentikannya jadi kapten secara sepihak, jika dibandingkan Jay dia tidak ada apa-apanya, tetapi hal itu tidak membuatnya menyerah, suatu saat dia pasti akan berlatih ditempat ini.

LOVE DISTANCE (Jaywon)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang