24.

3 1 0
                                    

'Semangat berjuang Abri'

____________

Cheara menghela nafasnya pelan, dilihatnya wanita yang sekarang sudah perlahan tenang karena efek dari suntik bius yang baru saja ia berikan. Tangan kirinya memegang tangan kanannya yang berdarah karena menahan serangan wanita tersebut yang akan mengakhiri nyawanya, kedua bola matanya menatap nanar kepada wanita tersebut. Di umur nya yang masih tergolong muda, Cheara yakin wanita itu belum siap kehilangan anaknya.

Seketika ingatan sosok ibu datang dipikiran Cheara, kenapa ada wanita yang begitu sayang sama anaknya? Bahkan ia sampai kena gangguan mental gara-gara kehilangan sosok buah hati? Lalu kenapa wanita yang Cheara kagumi sedari kecil memilih membuang anaknya? Ah, memikirkan hal yang sama sekali sulit di pikiran. Batin Cheara.

"Tangan dokter..." Salah satu suster meraih tangan Cheara.

Cheara menggelengkan kepalanya pelan, berati tidak apa-apa.

"Biarin dia istirahat dulu" Ucap Cheara yang kemudian keluar berbarengan dengan dua suster yang tadi menemaninya.

Cheara mendudukkan bokongnya di kursi dekat tembok, bohong kalau ia berkata luka itu tidak perih. Namun Cheara terima resiko, ia tahu menangani mental pasien bukanlah perkara mudah.

"Saya ambilkan kotak p3k dulu" Ucapnya yang kemudian pergi setelah diiyakan oleh anggukan kecil Cheara.

Tubuh Cheara membungkuk menahan rasa nyeri dan perih yang semakin menjalar, sebisa mungkin ia mengontrol dirinya sendiri. Ia tidak boleh kalut saat melihat darah, ayolah Cheara tahan... Tahan seperti biasa. Namun pertahanan nya runtuh saat matanya melihat darahnya yang keluar dari bekapan tangan kirinya, matanya menatap lurus kearah darah yang perlahan menetes keatas lantai.

Tatapannya kosong. Tidak merasakan nyeri lagi di lengannya, bahkan Cheara mengabaikan sapaan suster yang melewatinya. Bahkan mereka tidak melihat darah yang menetes jatuh ke atas lantai, dan sialnya kemana perginya suster yang akan mengambil kotak p3k itu?

Shit!

Hingga tanpa Cheara sadari seseorang kini tengah berlari kearahnya dan menarik tangannya yang terluka, tangannya bergerak mencari sapu tangan putih yang ada di saku jasnya. Kemudian di belitannya kain tersebut ke lengan Cheara yang mengeluarkan darah, tujuan nya untuk menghentikan pendarahan dan itu berhasil.

"Ra..."

Panggilan lelaki itu belum kunjung membuat Cheara terbangun, tangannya bergerak meraih kedua pipi Cheara dan diarahkan nya kehadapan wajahnya. Dapat terlihat jelas ada kekhawatiran di mata lelaki yang sekarang masih setia menepuk pipi Cheara pelan.

"Ra... Ini aku Rasya" Tambahnya masih mencoba mengembalikan kesadaran Cheara, dan entah mengapa matanya sekarang memandang Rasya.

Ia tidak habis pikir di saat ia kalut dan susah mengontrol dirinya sendiri, dan saat lelaki di hadapannya mengenalkan diri masih sangat terasa dahsyat efeknya. Oh shit.

Sepenuhnya tersadar, Cheara memundurkan kepalanya kebelakang setelah menyadari wajahnya sangat berdekatan dengan wajah Rasya. Rasya? Kenapa lelaki itu masih saja sama sedari dulu?

"Loe ngapain disini?" Tanya Cheara setelah mengatur perasaannya.

Rasya hanya diam, lalu tangannya bergerak meraih kotak P3k yang baru saja salah satu suster sodorkan kehadapan nya. Ambil kotak P3k ke bandara?

BALANCE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang