20

7 9 0
                                    

'Jika merasa nyaman itu tidak baik, maka kata asing itu lebih baik'

___________

Cheara menatap perempuan di koordinat kelas yang sekarang tertawa senang dengan tangan memberikan sesuatu kepada siswa-siswi yang berlalu lalang melewati nya, langkah Cheara mendekat kearah pintu kelas yang di halangi oleh perempuan tersebut.

Matanya menatap lekat kearah Cheara yang sama sekali tidak ada niatan untuk memperdebatkan sesuatu, bibirnya tersenyum kearah Cheara. Tangan nya terulur memberikan kertas berwarna merah jambu.

Tidak ada niatan untuk mengambil, Cheara hanya melirik tanpa minat.

"Ambil, kapan lagi loe bisa ke pesta kan?" Tanyanya yang kemudian meletakkan kertas yang sepertinya sebuah undangan ketangan Cheara.

Mata Cheara sedikit membola saat membaca nama siapa yang tertera di dalamnya, hatinya mendadak perih karena nama Rasya sangat cantik tertulis di sana.

Cheara memandang perempuan yang bernama kinan di hadapannya, matanya menusuk seolah meminta penjelasan rinci dari undangan yang ia terima.

Kinan terkekeh, "Gimana? Syok? Gwe lebih segalanya atas Rasya, loe masih kalah jauh!" Ucapnya kemudian bergegas melangkah jauh bersama teman-teman nya.

Tiba-tiba kelima temannya merangkul bahu Cheara dari samping, kelimanya seolah paham apa yang terjadi. Mereka memilih diam tidak bertanya, tangan Cheara dibawanya kedalam kelas lalu mendudukinya di kursi milik Cheara.

"Gwe udah bilang sama loe, Rasya bukan cowok baik-baik" Kriss membuka suara.

Cheara diam, matanya beralih fokus kearah Kriss yang sekarang duduk di kursi di hadapannya. "Kalian udah tahu" Tanyanya memastikan.

"Kriss udah cerita ke kita semua" Galang menimpali.

Cheara menghela nafasnya, sebisa mungkin ia menutupi rasa sakitnya karena undangan yang ia terima. Bahkan sejak kejadian kemarin malam tidak ada tanda-tanda kemunculan Rasya, bahkan hanya sekedar untuk mengirim pesan singkat saja tidak Rasya lakukan.

Ia memejamkan matanya sebentar, dan memantapkan hatinya bahwa Cheara akan mengakhiri hubungan tidak sehat itu. Cheara harus fokus pada orang-orang disekitarnya, fokus kepada orang-orang yang menyayanginya bukan fokus kepada seseorang yang bahkan sama sekali tidak menerima keberadaan nya.

"Kita bahas soal loe, kriss" Cheara mencoba mengalihkan pembicaraan, posisi mereka kini sudah merapat seperti kelompok perempuan yang akan melakukan ghibah.

Semua mata menatap ke arah Kriss, bahkan tubuh mereka sudah mencondong kedepan agar suara mereka tidak terdengar oleh telinga sekitar.

Kriss hanya mendengus kesal, mau tak mau ia harus menceritakan masalahnya. Bagaimanapun mereka sudah ia anggap sebagai keluarga kedua di luar rumah.

"Gwe sama si bangsat Rasya sodara..." Kelima pasang mata itu melotot kaget karena omongan yang mereka dengar.

Mereka sekarang sudah mengerti kenapa saat kejadian itu Kriss sangat emosi. "Tirii..." Sambung Kriss lagi yang membuat mata mereka semakin membulat sempurna.

"Anjirr, ternyata selama ini gwe temenan sama sodara si bangsat!" Ucap Vendi yang membuat Kriss menatap kearah nya.

Bima mengerjap-ngerjap kan matanya tidak percaya, "Aduh hyungg..."

Sedangkan Galang, cheara, dan Riski hanya diam seribu bahasa, ketiganya sama sekali tidak ada komentar. Tangan Cheara terulur menepuk bahu Kriss pelan, seolah paham rasa apa yang lelaki itu rasakan.

BALANCE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang