Bagian 4

1.1K 99 0
                                    

.
.
.
.
.

Fazka!!!!

Andra yang melihat fazka hampir memukul dika pun langsung menarik fazka mundur. Andra tidak mau kejadian dulu saat fazka SMP terulang lagi.
Saat itu bahkan Fazka hampir kehilangan nyawanya karena di keroyok anak-anak kelas sebelah yang sering mencari gara-gara dengannya.

Setelah menenangkan fazka, andra kemudian mendekat ke arah dika.

"Lo kalo gak gangguin fazka gak tenang ya hidup lo? "

"Tck" Dika sontak saja mendecih "Gua gak gangguin temen lo yang lemah itu ya. Gua itu cuma nanya aja. Emangnya dia gak malu jadi cowok lemah? itu doang kok" Ucap dika sambil tertawa meremehkan.

"Mau fazka lemah atau gak bisa jalan sekalipun emang ada ruginya sama loh? Ha? Lo gak usah banyak bacot. Anjing!! " Dika lama-lama juga tersulut emosi melihat dika yang merendahkan sahabatnya itu.

"Santai aja bro. Hemat tenaga lo. Takutnya ada orang lain yang gangguin kawan lemah lo ini" dika langsung berlalu meninggalkan dua sahabat itu.

.
.
.
Fazka dan andra kini tengah bersantai di kantin sambil menikmati makan siang mereka.
Andra dengan soto favouritenya. Fazka tentunya dengan bekal dari bunda tercintanya.

"Lo tadi keren juga ya kalo ngamuk dra"

Andra yang memang tidak bisa di puji barang secuil pun langsung seperti terbang di atas awan

"Tapi ya gak bilang kalo gua gak bisa jalan juga kali ndra. Lo mau sahabat loh yang ganteng ini jadi lumpuh"

"Ya sorry faz. Kebawa emosi gua. Lo taukan kalo orang emosi itu gak terkontrol loh" Andra hanya bisa cengengesan mendengar protes dari fazka.

"Gua itu gak mau lo luka faz. Pokoknya kalo si dika mancing-mancing lo lagi jangan di tanggepin deh. Anggap hama aja tuh orang"

"Terharu gua denger omongan lo. Mau gua peluk cium gak? "

Andra yang mendengar fazka lebay seperti ini langsung bergidik ngeri.

"Jijik banget anjirrr".
.
.
.
.
.

Zayan kini tengah berada diruangan kerjanya. Dia baru saja selesai memimpin rapat diperusahaan.

Sebagai branch manager yang profesional, zayan tidak pernah mengandalkan kekuatan ayahnya untuk menangani masalah perusahaan.

Sebagai anak pertama, dia ingin mandiri. Kalau tentang bekerja diperusahaan ayahnya, itu sudah tuntutan Kehidupan memang.

"istirahat dulu sayang"

Itu adalah suara hani. Sekretaris sekaligus orang yang berhasil masuk ke hati zayan.

"Kamu jangan terlalu diporsir kerjanya dong, aku ngeri kamu sakit deh"

"Aku gak tenang aja sayang, kalo ngeliat kerjaan numpuk kaya gitu"

Kini hani sudah duduk disamping zayan, dan zayan memeluknya dari samping.

Lama mereka bermesraan sampai akhirnya zayan dan hani hampir saja berciuman.

Namun tiba-tiba

Brakkk!

"ABANG!!! ".

Suara melengking dari fazka yang tiba-tiba masuk keruangan dan reflek menutup kedua matanya. Ya, setelah pulang sekolah tadi memang fazka minta tolong ke andra untuk mengantarnya ke perusahaan Zayan karena Reya masih sibuk kelas dan kana yang sibuk dengan les untuk ujian nasional.

"kamu ngapain sih dek tiba-tiba masuk gitu? "

"Dih. Orang abang yang ketahuan lagi mesra-mesraan kok aku yang di omelin. "

Fazka langsung duduk di tengah-tengah hani dan zayan.

"Kak hani kok mau sih sama abang zay. Orang yang kerjaannya pacaran sama berkas-berkas mulu"

Hani dan fazka memang sudah akrab. Bahkan kedua orang tua mereka sudab dekat. Tapi ya begitu, karena zayan merasa belum siap untuk menikah. Jadi dia masih belum mau mengikat hani untuk menjadi istrinya.

"haha ya gimana geh dek, udah terlanjur cinta kakak tuh sama abanh kamu"

Ucap hani sambil memainkan rambut halus fazka. Hani memang sudah sesayang itu dengan fazka, bahkan sebelum zayan memberitahu hani bahwa daya tahan tubuh fazka berbeda dengan anak-anak seumurannya.

"Kamu udah makan dek? " pertanyaan hani hanya dibahas dengan gelengan kepala fazka

"kamu itu jangan kebiasaan telat makan dong dek. Nanti kalo sakit siapa yang rugi? Siapa coba yang repot kan!?" Zayan yang memang sedang pusing memikirkan pekerjaannya langsung saja tersulut emosi karena mendengan fazka melewatkan makan siangnya. Ini sudah jam 3 sore. Dan adiknya itu bahkan hanya makan roti untuk sarapan tadi pagi.

"Sayang jangan gitu ngomongnya"

"Kamu jangan belain fazka terus, han. Dia itu memang suka banget ngeliat orang lain khawatir"

"jadi abang ngerasa direpotin selama ini?" fazka memberanikan diri untuk menjawab abangnya dengan nada suara yang terdengar menahan kesal.

"kamu jangan salah tanggap kaya gitu dek. Abang ngasih tau kamu untuk kesehatan kamu"

"Tapi tadi abang bilang capek terus di repotin kan? Emangnya abang kira aku seneng jadi anak yang penyakitan? Emangnya abang kira aku gak iri ngeliat temen-temenku bisa bebas olahraga tanpa mikirin takut terluka dan kehabisan banyak darah? " suara fazka sudah sangat bergetar. Dia tidak mau menangis didepan abangnya. Dia tidak mau terlihat lemah.

"Udah ya dek, jangan gitu. Nanti sesek. Abang cuma lagi capek sama kerjaan aja kok" Hani mencoba untuk menenagkan fazka dengan terus mengelus punggung anak itu.

"aku pulang duluan aja kak. Gak suka disini. Dimarahin terus"

Fazka yang akan beranjak ditahan oleh hani. "makan dulu yuk sama kakak, ya? Nanti kamu sakit kalo makin telat makannya" Ucap hani namun melirik kearah zayan, seolah mengatakan jika adiknya itu harus dibujuk.

"Gak mau. Aku mau pulang aja"

Belum sempat fazka memang knop pintu, tiba-tiba zayan kembali bersuara.

"Marah? Ngambek? Selalu aja marah kalo dikasih tau. "

Fazka tidak memperdulikannya, dia langsung pergi dan menaiki taksi untuk pulang.

.
.
.
.
.
.
.
TBC. . .



Tanah medan dibumi lampung
18 September 2022

Rafazka ZialovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang