Bagian 12

812 76 6
                                    


.
Baca sampai akhir ya,  karena ada surprizenya hehehe

Jangan lupa vote and komennya yaaa
.
.
.
.

Saat ini fazka tengah berada diruang tengah bersama sang bunda.  Beruntung pagelaran fashion teya sudah berakhir.  Dan dia bisa kembali fokus dengan anak-anaknya,  terutama si bungsu.
Untuk butik?  Biarlah itu menjadi urusan karyawan-karyawannya.

Sedari bangun tidur pagi tadi,  fazka benar-benar tidak mau lepas dari teya.

Teya keberatan?  Temtu saja tidak. Apalagi setelah melihat keadaan fazka semalam yang bisa dikatakan benar-benar drop.  Bungsunya itu beberapa kali muntah,  bahkan sampai anak itu menangis karena bingung apalagi yang harus dikeluarkan selain cairan bening saja.

"sa-kitt bunda hikss"

Jika mengingat ringisan fazka semalam,  rasanya teya benar-benar menyesal karena sempat mengabaikan anak itu selama beberapa waktu.

Suasana rumah hening,  sampai suara pintu menginterupsi yang memperlihatkan kana yang baru saja pulang dari sekolahnya.

Kana melihat fazka yang tertidur dengan posisi kepalanya bersandar dipundak bunda dan jangan lupakan tangan yang setia melingkar diperut teya.

Kana mendekatkan wajahnya hendak mencium pipi sang adik,  namun kalah cepat dengan teya yang langsung menghalangi wajahnya.

"kakak udah lupa?  Kalau mau sentuh atau cium adeknya harus cuci tangan bersih-bersih dulu kak.  Adeknya baru mendingan loh ini" ucap teya yang setelah mengelus surai coklat sibungsu dan mengecup keningnya.

"tapi adek udah mendingan kan bun? " teya mengangguk saja. "aku takut banget ngeliat adek kayak semalam bun.  Ya walaupun sering banget ngeliat Adek drop,  tapi kakak masih tetep gak terbiasa bun" teya mengerti bagaimana kekhawatiran anaknya itu. Apalagi kana menjadi salah satu kakak yang paling dekat dengan fazka.

"kakak percayakan kalau adek kuat? " pertanyaan teya itu diangguki olh kana. "jadi kakak harus selalu yakin kalau adek bakal baik-baik aja. Dan lagi,  mulai sekarang kakak harus lebih ekstra jagain anak bandel mama ini" ucap teya sambil menyentil hidung mancung fazka yang membuat si empunya sedikit melenguh.

.
.
.
.
.
..

Kini kana dan fazka sedang duduk santai di gazebo dihalaman belakang rumah mereka.

"lo beneran udah baikan dek? " mendengar pertanyaan kana,  fazka hanya mengangguk saja.  Karena memang benar ia sudah membaik,  walau masih sedikit pusing.

"masuk aja deh yok,  ntar gua diomen sama pak kadir loh. "

Fazka terkekeh mendengar kana menyebut nama ayahnya dengan sembarangan.

"sopan banget lo nama bapak sendiri di sebut-sebut.

Oh iya kak,  lo deket banget ya sama afnan? "

"lumayan. Kenapa tiba-tiba nanyain si afnan dah? " ucap kana kebingungan.

"ya enggak,  gua heran aja.  Lo darimana deh bisa kenal dia.  Secara lo kakak kelas dia adek kelas. Terus gua juga jarang banget liat dia interaksi sama orang lain disekolah. " jelas fazka panjang lebar.

"oh itu.  Jadi waktu itu pas gua pulang sekolah.  Gak sengaja ketemu dia di gang belakang sekolah.  Dia lagi di bully dek. "

"di bully? "

"iya.  Dia dipalakin,  terus dipukulin gitu. Gua bantuin lah akhirnya.  Pas gua tanya nomor orang tua atau saudaranya untuk bantu jemput dia pulang.  Dan lo tau gak apa jawabannya? " fazka menggeleng.

Rafazka ZialovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang