Bagian 14

914 100 22
                                    

.
.
.
Jangan lupa vote and komen ya gaessss
.
.
.

Hari hari berlalu sejak fakta itu terungkap, bunda dan ayahnya tak banyak berubah.

Masih dengan kasih sayang yang melimpah untuknya.

Namun, zayan dan kana tak sesuai dengan apa yang fazka harapkan.

Terlebih kana. Di sekolah dia lebih sering menghampiri afnan dibandingkan dirinya.

Berangkat bersama. Makan siang bersama. Bahkan pulangnya pun bersama afnan.

Memang, sekarang ini fazka sudah membawa mobil sendiri. Tapi tetap saja, rasa iri didalam dirinya tidak dapat ditepis.

Jam makan siang disekolah, kana sudah berada didepan kelas mereka.

Afnan masih terlihat mencatat beberapa materi yang tertinggal.

"Lo belum kelat nyatet nan? " itu kana yang sudah menghampiri afnan.

"Belum kak, dikit lagi sih ini. Lo mau kekantin? "

Tanya afnan yang kemudian dibalas anggukan oleh Kana.

"Oh, itu bareng fazka aja kak. Kayanya tadi dia juga lupa bawa bekal" jelas afnan.

Kana melirik kearah fazka yang merebahkan kepalanya diatas meja.

Kana mengguncang pelan lengan fazka.

"Dek"

"dek"

"dek" pada panggilan yang ketiga fazka menggeliat kecil.

"eeunnggg"

"Bangun dulu, kekantik yuk makan siang. Lo gak bawa bekal kan? " ucapan kana membuat hati fazka menghangat
Perhatian seperti ini yang selalu ia rindukan dari kakak jahilnya itu.

"Lo tau gue gak bawa bekal kak? Lo perhatian banget sih sama guee" ucap fazka sembari meledek kana.

"Iya gue taulah. Tapi dari afnan tadi hehehe. Udah yok kekantin. Gak mau gue bocil bacot gue sakit nanti" ucap kana dengan santai. Tanpa dia tau bahwa saat ini fazka sedang bersedih lagi.
Karena berarti, jika afnan tidak memberi tahu maka kana pun tidak akan peduli dengan dirinya.

Kana sudah beranjak brberapa langkah, namun menyadari taj ada yang mengikutinya dari belakang ia pun kembali menghampiri fazka.

"Ayo dek, kenapa gak jalan? Mau gue gendong" canda kana

"Gak ya. Nih gue mau ngambil handphone" kilah fazka yang kemudian berjalan mendahului kana.

"Dasar bocil ngambekan" guman kana.

.
.
.
.
.
.

"Ngapain lo ngajak gue ketemuan disini? " fazka. Dialah yang barusan berbicara

Dan orang yang ada dihadapannya adalah afnan.
Ya, afnan memanggilnya kemari. Setelah jam istirahat kedua tiba, ia langsung menarik fazka dan menggiringnya kehalaman belakang sekolah.

"Gue cuma mau ngingetin lo untuk gak semena-mena dirumah itu. Lo itu harus inget kalo posisi lo cuma anak angkat. Gak lebih"

Ucapan yang benar-benar menyakitkan untuk fazka.
Tanpa perlu diingatkan juga dia sudah sadar dengan posisinya saat ini.

Namun, bukannya memasang wajah melas. Fazka justru menunjukkan smirk nya.
"afnan.. Afnan.. Kenapa? Lo panik banget ya?
Lo pasti takut dengan fakta kalau mereka lebih sayang sama gue daripada lo yang notabene adalah anak kandung? " ucap fazka yang justru memancing emosi afnan.

Afnan maju mendekat kearah fazka dan mencekram kerah bajunya. Ia sudah bersiap untuk memukul fazka.

Namun terdengar beberapa langkah yang mendekat kearah mereka. Dan saat itu juga afnan memukul pipinya sendiri dan menarik fazka membuat seolah fazkalah pelakunya.

"Afnan! " yang berteriak barusan adalah kana.

Ia mendorong fazka dengan kuat dan langsung menanyakan kondisi afnan.

"K-kak" ucap fazka terbata. Jujur ia masih bingung dengan apa yang barusan terjadi.

Kana menatapnya dengan penuh amarah.
Tatapan yang bahkan tak pernah sekalipun fazka terima selama ini.

"Maksud lo apa?!!!" teriak kana.

Fazka menggeleng. "Ini gak kaya yang lo liat kak. Please percaya sama gue. "

"Terus lo mau alesan apa? "

"afnan yang mukul dirinya sendiri kak. Dia yang narik gue kesini. Lo harus percaya kak" ucap fazka memohon. Ia benar-benar tak suka dengan cara afnan yang bermain sandiwara seperti ini.

"Lo ngomong brengsek. Lo jangan fitnah gue" ucapan fazka barusan justru semakin menyulut emosi kana.

Bughhh

Kana meninju pipi fazka. Hal yang bahkan tak pernah coba fazka bayangkan selama ini.

"lo coba mau fitnah adek gue? Ha!!???
Kenapa?

Lo iri sama afnan?
Lo iri karena posisi dia kandung sedangkan lo anak angkat iya?

Lo itu harus tau diri fazka!!! " fazka terkejut mendengarnya. Lagi-lagi ia harus mendengar kalimat itu.

"G-gue tau kalo gue cuma anak angkat kok kak. Gue tau posisi gue dirumah itu bukan siapa-siapa. Tunggu sampe gue dapat informasi tentang keberadaan orang tua gue, pasti gue bakalan pergi dari sana.
" mendengar ucapan panjang fazka barusan membuat kana tersadar tentang apa yang telah ia lakukan.

"Eh. Tapikan gue dibuang ya kak, kalaupun ketemu gak mungkin mereka mau nerima gue hehehe.
" fazka mengucapkannya dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Tapi ia tidak berani memandang netra kana.

"Yaudah gue pergi dulu ya kak. Maaf udah ganggu adek kandung lo"

"Ka" panggil kana dan berusaha untuk meraih tangan fazka. Namun anak itu sudah terlebih dulu berlalu.

.
.
.
.

.
.
.

Tbc.

.
.
.
.
.
.

Hai gaesss
Ada yang nungguin fazka gak sih???

Rafazka ZialovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang