Bagian 8

883 81 0
                                    

.
.
.
.
....

.
...

Pagi ini matahari sudah mulai nampak memamerkan cahaya indahnya. Sudah seharusnya para manusia-manusia beranjak dari tempat tidur dan memulai aktifitas mereka.

Tapi hal itu tidak berlaku pada fazka. Setelah kemarin seharian menemani reya dan billy berkencan, semalam fazka benar-benar merasa lelah. Tapi sangat sulit untuk memejamkan mata. Bahkan, ia baru bisa tertidur pada jam 3 pagi setelah memilih pindah kekamar ayah dan bundanya.

Teya dan kadir tentu kaget saat terbangun menemukan fazka sudah ada ditengah-tengah mereka.

Dan hal yang lebih mengejutkan lagi suhu tubuh anaknya itu tinggi. Ya, fazka kembali demam.

Teya berjalan masuk kedalam kamarnya sambil membawa bubur serta obat untuk fazka.

Fazka yang memang sudah terbangun pun, hanya memandang sarapannya kali ini dengan sangat tidak semangat.
"Bunda jangan makan itu lagi dong"

Teya hanya memandang malas kepada bungsunya ini. Selalu saja susah diajak kompromi jika sudah berhadapan dengan bubur.

"Makan aja deh dek. Kamu ini lagi sakit. Lagian siapa kemarin yang pergi seharian??

Udah tau badannya baru enakan malah keluyuran seharian. Terus pulangnya makan es krim lagi. Ha? "

Memang selalu seperti ini, jika teya mengetahui fazka melanggar peraturan yang membuat tubuhnya sakit pasti teya langsung emosi.

Fazka yang mendengar omelan bunda pun hanya bisa menunduk sambil memainkan ujung selimutnya.

Sungguh fazka tidak mau seperti ini. Tidak mau punya tubuh yang lemah dan menyusahkan. Ia juga mau memiliki tubuh yang sehat seperti anak-anak lainnya.

Fazka juga mau bebas bergerak, bermain, dan melakukan apapun hobinya tanpa harus memikirkan kekhawatiran orang-orang yang menyayanginya.

Sungguh, fazka juga lelah.

"memangnya gak bisa kamu sekali aja, mikirin apa yang terbaik buat tubuh dan kesehatan kamu? Tolong jangan selalu buat bunda khawatir nak. "

"Maaf bunda, sini fazka makan bubur sama obatnya.

Bunda kerjain kerjaan bunda aja. Aku bisa makan buburnya sendiri kok. " setelahnya fazka tersenyum. Tapi teya tau senyuman itu adalah senyuman kesedihan fazka.

Namun sayangnya saat ini teya sungguh sedang diliputi dengan emosi, belum lagi hal lainnya yang membuat pikiran teya semakin kalut.

Setelahnya teya beranjak keluar kamar meninggalkan fazka sendirian.

Dan berakhir sekarang fazka memakan buburnya sendirian sambil menangis. Tidak peduli mau dibilang cengeng oleh kana. Yang jelas sekarang suasana hati fazka sedang kacau.

.
.
.
.
.
.

Kadir yang memang sedang bersantai duduk di meja makan sambil membaca koran dan sesekali menyesap kopinya melihat sang istri menuruni tangga dengan wajah yang sangat kesal.

"fazka nya gak bangun-bangun apa bun? "

Teya langsung saja menduduki kursi disamping suaminya dan menceritakan apa yang terjadi tadi.

"bunda, ayah cuma mau bilang kalau kita sebagai orang tua harus pintar mengendalikan emosi. Bunda tahu kan gimana keadaannya fazka? " pertanyaan itu hanya dijawab deheman oleh teya. 

"yaudah sekarang ayah mau liat fazka dulu ya, bunda sarapan dulu aja"

Kadir benar-benar dibuat sedih dengan apa yang dilihatnya,  bagaimana tidak. Saat ia membuka kamar sibungsu yang pertama kali dilihat adalah fazka yang makan sambil menangis sesegukan.

Rafazka ZialovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang