Bagian 18

922 95 14
                                    

-

-

-

Saat ini seluruh anggota keluarga kadirun sudah ada didalam kamar rawat fazka. Sudah lima jam juga sejak fazka dipindahkan kedalam ruang rawat ini, namun bocah manis itu masih betah dalam alam tidurnya.

Ayah kadir sedari tadi terus saja menggenggam tangan istrinya yang masih terlihat murung. Bunda Teya juga tidak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri sejak tadi.

Sedangkan zayan, reya dan afnan duduk disebelah sofa tempat ayah dan bundanya. Lalu dimana kana? Kakak satu tahun fazka itu sejak tadi duduk disamping ranjang adiknya dan tak henti memandangi wajah fazka.

Jujur kana merasa bersalah saat melihat keadaan adiknya itu, terlebih tadi bunda menceritakan kalau fazka sebenarnya sudah merasakan sakit sejak beberapa hari yang lalu. Namun takut mengatakannya karena tidak mau menghabiskan uang orang tua mereka. 

"Maafin gue dek, sumpah gue gak nyangka kalau omongan asal gue ternyata lo simpen baik-baik di hati lo" lirih kana dalam hatinya

Namun disisi lain, melihat semua orang mengkhawatirkan fazka membuat hati afnan menjerit. Ia kan anak kandung dan yang seharusnya menjadi bungsu disini. Tapi kenapa mereka semua seolah melupakan afnan? 

Ini Tidak boleh dibiarkan. "Gue akan buat lo dibenci semua orang. Gue gak mau liat lo bahagia. Lo harus secepatnya pergi dari sini brengsek!" umpat afnan juga dalam hatinya.

"Eungghh" lenguhan yang terdengar sangat pelan itu mampu membuat semua orang mendekat kearah ranjang fazka. "Adek, hey adek sudah sadar?" Tanya ayah kadir yang langsung mengambil posisi disebelah kana. 

"Apaanya yang sakit adek? bunda panggilkan dokter dulu ya" ucap bunda kemudian. Pergerakan bunda yang akan memanggil dokter tertahan oleh reya. "Biar reya aja bun. Bunda liat fazka aja ya" ucap reya yang kemudian diangguki oleh sang bunda.

Beberapa saat kemudia dokter telah datang dan selesai mengecek keadaan fazka.

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan ya, semuanya akan cepat membaik. Tapi tetap harus jaga pola makan dan jangan sampai Telat untuk check up lagi." ucap dokter  tersebut.

Kemudia dokter indra menoleh kearah fazka "Dan anak bandel ini, kalau sakit langsung bilang ya. Jangan ditahan-tahan lagi. Dokter bisa marah terus suntik pantatnya fazka nanti" ucapnya sambil bergurau yang kemudian dijawab kekehan oleh fazka. 

Setelah dokter indra pergi, bunda langsung mendekat kembali kearah fazka. Namun tak terlalu dihiraukannya karena fazka sedari tadi menatap kearah Kana. "Kak, maaf ya" ucapnya, yang kemudian membuat kana menoleh kearahnya.

"Maaf karena gue gak bisa pegang omongan yang bilang kalau gue gak bakal ngerepotin keluarga lo lagi kak. Maaf ya. Nanti gue bakal ganti kok, tadi juga gue bilang ke bunda kalau biaya pengobatannya gue pinjem dulu, nanti kalau udah bisa cari uang sendiri bakal diganti. Iyakan bun?" bunda yang mendapat pertanyaan tiba-tiba seperti itu hanya mengangguk saja.

Kana hanya terdiam saja mendengarnya, padahal sebenarnya ia ingin meminta maaf dan mengatakan jika apa yang dipikirkan adiknya itu tidak benar, namun saat ia menatap afnan, ia juga tak tega menyakiti hati adiknya itu. Ia tak mau afnan merasa  tak dipedulikan.


-

-

-

Afnan saat ini tengah berada ditaman rumah sakit, setelah mendengar perkataan fazka tadi ia langsung keluar dan pergi ketaman. Sebenarnya ia bukan orang yang jahat. Ia juga tahu jika fazka benar-benar sakit dan membutuhkan perhatian dari keluarganya. 

Rafazka ZialovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang