Bagian 9

787 79 0
                                    

.
Haiii
Bantu vote dan komennya ya gaess.
Gratis kok heheh

.
.
.
.

Satu bulan berlalu sejak fazka mengantarkan bekal untuk sang bunda.

Hubungan ibu dan anak itu seperti sedikit merenggang. Bukan karena perselisihan sewaktu fazka sakit, melainkan waktu teya yang tersita untuk pekerjaannya.

Bagi seorang designer memang waktu seperti inilah yang sangat mereka tunggu. Waktu dimana mereka bisa memamerkan karya-karya indahnya.

Sama halnya dengan seorang teyana. Jika selama ini ia hanya memamerkan karya-karyanya di butik dan orang-orang terdekatnya saja, saat mendapat tawaran untuk menghelat acara besar itu tentu dia menyanggupi.

Jika kalian bertanya siapa yang menawarkan, tentu saja itu adalah bapak kadirun. Suami tercintanya.

Pagi ini keluarga bapak kadirun menyempatkan untuk sarapan bersama-sama lagi setelah beberapa kali terlewatkan.

"bunda, nanti jadwal aku check up" si bungsu mencoba memecah keheningan yang membelenggu sejak tadi

Seseorang yang dituju pun menoleh kearah fazka. Menatap putra bungsunya, seolah meminta fazka mengutarakan maksudnya

"bunda temenin fazka check up ya bund"

Ayah dan kakaknya hanya diam dan menyimak, menunggu selanjutnya jawaban dari sang bunda

"fazka kalau ditemani abang atau kakak aja gimana? Bunda bener-bener belum bisa diganggu waktunya dek" ucap teya selembut mungkin, bermaksud agar anaknya mengerti

Fazka mengehal nafas, bukannya ia mau mengganggu waktu bundanya. Tapi ia sudah meminta ditemani ayah, kakak, abang kana dan abang zayan. Namun mereka semua memiliki aktifitas yang tidak bisa diganggu hari ini.

"mereka gak bisa bunda, tadi aku udah tanya duluan. Bunda aja yang temenin fazka ya? Ya? Ya bund? "
Ucap fazka dengan nada memohon, agar bundanya luluh

Helaan nafas lelah justru terdengar dari sang bunda.

"fazka. Kamu itu sudah besar, seharusnya bisa mengerti mana yang harus di prioritaskan dan mana yang tidak boleh diganggu. Bunda kan cuma minta pengertiannya sekali saja, tolong mengerti ya? "

Ayah kadir, zayan, kana, dan reya yang melihat itu ingin bersuara berusaha menengahi mereka berdua. Namun urung. Karena belum sempat mereka bersuara, fazka sudah kembali menjawab sang bunda

"iya bunda, maaf. Nanti sepulang sekolah fazka kerumah sakitnya sendiri aja. Fazka hapal jalannya kok, gak bakalan lupa. Kan fazka udah dari kecil bolak-balik kesana. Hehe"

Suasana meja makan yang tadinya tegang menjadi sedikit sendu setelah penuturan fazka barusan.

Tidak ingin berlama-lama dalam suasana yang tidak menyenangkan ini, fazka langsung pamit dan beranjak dari sana setelah sebelumnya menyalimi anggota keluarga yang lebih tua.

.
.
.
.
.

Setelah melihat kepergian adiknya tadi pagi, rasanya kana tidak tega membiarkan fazka pergi check up sendirian.

"fazka ingat jalannya kok, lagian fazka kan udak bolak-balik rumah sakit dari kecil" kata-kata fazka tadi pagi selalu terngiang dipikirannya.

"gua samperin kekelasnya aja deh" akhirnya kana berjalan menuju kelas adiknya. Kebetulan saat ini sudah memasuki jam istirahat, sekalian mengingatkan makan siang adiknya itu.

Saat memasuki kelas, kana dapat melihat fazka duduk sendirian dengan arah pandang menghadap ke jendela kelas.

"woy! Awas kesurupan lo ngelamun gitu. " kana langsung saja masuk dan duduk disamping adiknya.

Rafazka ZialovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang