Bab 15

773 91 8
                                    

.
.

Fazka is backkk!!!

Jangan lupa vote and komennya yaaa
.
.

Fazka melangkah gontai saat memasuki rumahnya.  Disekolah tadi ia dimarahi habis-habisan oleh kana. 
Sebenarnya tidak masalah jika kana hanya marah, tapi kakaknya itu juga memberikan kalimat yang benar-benar menyakiti fazka.

"gue gak kaya gitu padahal,  gak ada niat sama sekali kak" lirih andra dalam hati.

Saat memasuki ruang tengah fazka mendengar suara tegas yang sudah pastikan ini ada hubungannnya dengan kejadian disekolah tadi.

"Duduk fazka" terdengar datar tapi cukup menakutkan.

Zayyan kini menatap fazka dengan tatapan yang sangat tidak bersahabat.

"Kenapa kamu memukul afnan, fazka? "

Tepat dugaannya,  abangnya itu pasti menerima aduan dari kana.

"aku gak mukul afnan abang,  dia yang mukul dirinya sendiri" ia sadar penjelasannya ini pasti tak akan berarti.  Tapi setidaknya bolehkan afnan membela diri?

"Tapi kana bilang begitu.  Dia bilang ngeliat kamu yang sudah mukul afnan. Kamu jangan berbohong ka" ujar zayyan dengan penuh penekanan.

Fazka mengalihkan pandangannya pada bunda yang duduk disebelah zayyan.  Dan daarrrr seperti tersambar petir rasanya saat bunda ikut memalingkan wajah darinya.

"Aku beneran gak ngelakuin itu bun,  abang.-
Belum selesai fazka berucap, zayyan langsung saja menyambarnya.

"Abang gak pernah ngajarin kamu melakukan kekerasan fazka,  jangan karena

"Jangan karena afnan anak kandung dan aku anak angkat lalu aku iri sama afnan. Abang mau bilang itukan? "
Seolah tau apa yang akan diucapkan oleh zayyan.

Fazka berdiri dari tempat duduknya "Aku gak pernah iri bang,  aku cukup tau diri posisi aku sekarang gimana. Jadi aku gak akan pernah berani untuk menyakiti anggota keluarga ini. "

Saat akan beranjak,  fazka kembali berbicara sambil menunjuk luka lebam yang ada dipipinya.

"Oh iya bang,  bun. Selain kalimat tadi,  kak kana juga udah kasih aku tonjokkan dipipi.  Lumayan sakit rasanya,  tapi aku harus terima itu"

Setelah kepergian fazka,  zayan dan teya pun saling bertukar pandang.

"bang,  fazka terluka. Bungsunya bunda luka bang. Dan itu karena kakaknya sendiri. " ucap teya dengan suara lirih.

.
.
.

.
.
.

Sepulang kerja tadi,  kadirun sudah mendengarkam semua ceritanya dari kana dan zayyan.
Ia bukan seseorang yang langsung menghakimi tanpa mengetahui faktanya.

Dari apa yang diceritakan mereka berdua,  entah mengapa perasaannya berkata bahwa sibungsu tidak bersalah.

Ia tak menuduh anak ketiganya berbohong,  tapi ia yakin bahwa fazka tak akan pernah tega menyakiti seseorang.

Dengan sebuah nampan yang berisi makan malam dan susu ia pun memasuki kamar fazka.

Tok too tok

"Adek, ayah masuk ya"

Setelah itu, ia langsung masuk kedalam kamar fazka. Hal pertama yang ia lihat adalah fazka yang masih duduk dimeja belajar sambil mengerjakan salah satu PR nya.

"Anak ayah kok gak turun tadi, emang gak laper? " tanya kadir sambil mengelur surai belakang kepala fazka.

"Gak mau ayah,  nanti aku ganggu waktu keluarganya ayah kalau ikut gabung disana" ujar fazka tanpa menoleh kearah kadir.

"Kok bicaranya gitu? Fazka kan bungsunya ayah. "

"Tapi gak bagi mereka ayah. Tadi kak kana bilang kalau aku sebagai anak ang-

Belum sempat fazka melanjutkan kalimatnya,  sang ayah sudah terlebih dahulu  memeluknya.  "Ssttt,  fazka anak ayah,  bungsunya ayah.  Jangan pernah berfikir seperti tadi lagi ya nak.  "fazka hanya mengangguk dalam pelukannya.

"nak,  adek demam? "tanya kadir saat tak sengaja menyentuh kulit tubuh putranya. Terasa sangat panas.

" Gak kok yah" ucap fazka berusaha meyakinkan sang ayah. Namun,  saat fazka mendongak kadir justru semakin terkejut saat melihat luka lebam membiru diarea pipi fazka.

"Pasti karena ini ya nak? Kita kerumah sakit yuk, biar ayah siapain mobilnya sekalian ayah panggilin bunda." Namun fazka justru menggeleng saat mendengar tawaran ayahnya.

"Adek gak mau kerumah sakit ayah, biayanya mahal. Ini tadi adek udah beli plester demam sama obat diapotik kok. Nanti pasti mendingan kok yah." Fazka dapat melihat jelas raut wajah khawatir dari mimik sang ayah.

"Aku janji yah, kalau nanti aku ngerasa gak membaik ayah boleh deh bawa aku kerumah sakit."

Mendengar itu, kadirpun hanya bisa mengehela nafas. Fazka anak bungsunya itu sama keras kepalanya dengan dia.

"Janji ya?" Fazka mengangguk lalu menautkan kelingkingnya dengan kelingking ayahnya.

Sementara dibalik pintu, ada seseorang yang sedari tadi mendengar percakapan mereka "fazka gak merepotkam nak, maafkan bunda ya" lirih teya dalam hatinya.

.
.
.
.
.
.

Saat tengah malam, kana merasakan haus yang teramat. Namun sialnya persediaan air dikamarnya itu sudah habis.

Saat akan menuruni tangga, ia mendengar suara rintihan dari kamar fazka. Dengan rasa penasaran yang sangat tinggi akhirnya kana pun masuk kedalam kamar adik bungsunya itu.

Hal pertama yang kana liat adalah raut wajah tak nyaman fazka saat ini dan lagi banyak keringat sebesar biji jagung yang menghiasi dahi hingga pelipisnya. Satu hal yang lebih membuat kana meringis saat ini adalah Luka lebam kebiruan yang bersarang di pipi fazka.

Itu hasil karyanya.

"Ka, adek bangun dulu. Ada yang sakit gak? Kasih tau gue"

Fazka terbangun saat mendengar seseorang yang kini berada disisi kanannya itu. Namun saat melirik, ia kembali merasa tersakiti saat mengingat hal yang terjadi tadi disekolah.

"Lo demam ka, udah minum obat atau belum?" Tanya kana lagi.

"gue udah minum obat kok kak, lo tenang aja. Anak angkat kaya gue bakal berusaha buat gak ganggu dan ngerepotin keluarga lo. " setelah berucap seperti itu fazka membalikkan badan dan kini posisinya sudah memunggungi kana.

Kana terdiam mendengarnya. Ia sadar betul bahwa apa yang sudah ia ucapkan tadi siang sangat sangat keterlaluan "maaf dek"


.
.
.
.
.

Tbc

Haiiii
Gimana kabar kalian?
Kondisinya sekarang lagi kurang baik ya?

Aku harap.semuanya segera membaik, dan jangan lupa untuk balik cintai mereka lagi ya nanti :))))

Rafazka ZialovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang