Curhat dan Keluh Kesah

459 26 0
                                    

Halo teman-teman semua 👋
Lama tak jumpa, bagaimana kabar kalian semua?
Semoga selalu selalu sehat dan senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Kuasa. Maaf ya, aku belum bisa update lanjutan cerita Mas Lingga dan Dik Mala 🙏🙏🙏 Diusahakan minggu ini aku update bab 33👌👌👌

Dari lubuk hati yang terdalam aku mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya bagi seluruh korban kerusuhan di Stadion Kanjuruhan.

Kalian boleh skip tulisan ini jika tidak berkenan membacanya. Aku hanya ingin mengeluarkan uneg-uneg yang aku rasakan 😀

Sebelumnya aku mohon maaf jika tulisanku ini menyinggung dan menyakiti hati kalian. Aku sama sekali tidak bermaksud melakukannya. Aku hanya ingin menyampaikan keluh kesah ku atas kejadian kemanusiaan yang menimpa saudara-saudara kita di Malang.

Jujur saja pertama kali mendengar berita dari sepupu tentang kerusuhan di Kanjuruhan seperti tidak percaya. Masa iya korban sampai ratusan. Kerusuhan macam apa sampai sebegitu banyak korban meninggal maupun luka-luka seperti itu. Sampai akhirnya aku mencari tahu sendiri dan ternyata benar adanya. Rasanya sangat menyesakkan mengetahui ada kejadian seperti ini.

Sebagai pecinta sepakbola sedikit banyak aku tahu bagaimana kondisi sepakbola di Indonesia. Memang sudah menjadi rahasia umum bagaimana fanatiknya suporter-suporter klub bola di Indonesia. Seperti The Jakmania, Bobotoh, Bonek, Aremania dan masih banyak lagi. Mereka sangat fanatik dan mempunyai loyalitas penuh pada klub kebanggaan masing-masing. Sayangnya fanatisme dan loyalitas yang kebablasan itu justru yang sering mengakibatkan terjadinya kerusuhan.

Di sini aku tidak men-general-kan semuanya, TIDAK. Hanya saja ada beberapa oknum yang memiliki SDM rendah yang tidak bisa bertindak secara rasional dan logis karena tak bisa mengendalikan emosi hingga orang lain menjadi korban.

Kita semua juga pasti sudah tahu bukan hanya kali ini saja menonton bola berujung kehilangan nyawa. Kejadian seperti ini sudah berulang kali terjadi. Kericuhan antar suporter bola yang seringkali hanya dipicu oleh hal-hal sederhana hingga memakan korban jiwa.

Tapi, kali ini benar-benar kejadian yang sungguh memilukan. Bukan hanya satu dua orang meninggal tapi lebih dari SERATUS orang harus meregang nyawa. Sungguh menyakitkan, bukan? Entah apa yang sebenarnya menjadi penyebab dari kejadiaan naas ini. Ada yang bilang bahwa ini karena oknum suporter yang turun ke lapangan dan bertindak anarkis mencoba menyerang pemain Arema. Ada juga yang bilang awalnya suporter yang turun ke lapangan mencoba memberikan semangat dan motivasi kepada para pemain Arema tapi kemudian menjadi ricuh. Entah bagaimana kronologis yang sebenarnya. Tetapi yang aku tangkap di sini adalah berawal dari rasa kecewa dan marah klub kesayangannya kalah akhirnya sampai nyawa harus menjadi taruhan.

Aku tidak melarang orang untuk kecewa, tidak sama sekali. Sebagai sesama pecinta sepakbola aku paham betul bagaimana kecewanya saat klub yang kita banggakan kalah. Apalagi dari rival atau bisa dibilang musuh bebuyutan. Jujur saja, meski sekarang-sekarang ini jarang mengikuti, tapi aku sangat menyukai Arema dari dulu. Bisa dibilang aku juga aremania. Dan kejadian ini sungguh menyakitkan bagiku.

Kebobrokan sepakbola di Indonesia memang suatu masalah yang sampai saat ini belum bisa diatasi dengan baik. Bukan hanya tentang anarkisme suporter semata tapi jauh dari itu semua ada masalah kompleks di dalam sepakbola itu sendiri. Mulai dari buruknya kompetisi, fasilitas, organisasi hingga mafia. Semua seperti benang kusut yang sulit untuk diuraikan. Tapi itu bukan menjadi sesuatu yang mustahil untuk dilakukan selama ada niat,kerjasama dan juga komitmen dari semua elemen secara berkesinambungan untuk memperbaiki sepakbola Indonesia.

Di bab 1. Maguwoharjo Internasional Stadium dan bab 10. Cerita tentang Hujan aku juga sudah sedikit menyinggung mengenai sepakbola. Rasanya memang tidak ada habisnya jika membicarakan sepakbola Indonesia, apalagi tentang segala masalah-masalah di dalamnya yang sudah mengakar.

Stay Here, Mas Lingga!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang